Thursday, 24 December 2020

 PUPPHA VAGGA

Kisah Garahadinna

(Dhammapada 4 : 58)

Seperti tumpukan sampah yang dibuang di tepi jalan,

tumbuh bunga teratai yang berbau harum dan menyenangkan hati.

Ada dua orang sahabat bernama Sirigutta dan Garahadinna tinggal di Savatthi. Sirigutta adalah seorang pengikut Buddha dan Garahadinna adalah pengikut Nigantha, pertapa yang memusuhi Sang Buddha.

Dalam hal berkaitan dengan Nigantha, Garahadinna seringkali berkata kepada Sirigutta, “Apa manfaat yang kamu dapatkan menjadi pengikut Buddha? Kemarilah, jadilah pengikut guruku.” Setelah berulang kali dibujuk, Sirigutta berkata kapada Garahadinna, “Katakan padaku, apa yang diketahui oleh gurumu?” Garahadinna mengatakan bahwa gurunya dapat mengetahui segalanya. Dengan kekuatannya, dia dapat mengetahui masa lampau, saat ini, dan masa depan dan juga dapat membaca pikiran orang lain. Maka, Sirigutta mengundang Nigantha untuk datang ke rumahnya untuk menerima dana makanan.

Tuesday, 22 December 2020

MENGAPA VEDANĀ/PERASAAN ADALAH BUKAN DIRI

 Disalin dr fb Bhante Ashin Vappa🙏

MENGAPA VEDANĀ/PERASAAN ADALAH BUKAN DIRI

“Para bhikkhu, jika vedanā adalah diri, inti dari tubuh, maka vedanā tidak akan cenderung menyakiti atau menyusahkan. Dan seseorang akan dapat mengatakan tentang vedanā, “Biarlah vedanā seperti ini (selalu menyenangkan); biarlah vedanā tidak seperti ini (selalu tidak menyenangkan). Adalah mungkin mempengaruhi vedanā dengan cara ini sesuai keinginan seseorang.

sseorang Bhikkhu yang menghidupi ibunya

 GIJJHA-JĀTAKA

Sumber : Indonesia Tipitaka Center

“Seekor burung hering bisa melihat bangkai,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan Sang Guru tentang seorang bhikkhu yang menghidupi ibunya.

Cerita pembukanya akan dikemukakan di dalam Sāma-Jātaka 38 . Sang Guru bertanya kepadanya apakah dia, seorang bhikkhu, benar menghidupi umat awam yang masih hidup di dunia ini. Bhikkhu ini mengiyakannya. “Apakah hubungan dirinya denganmu?” Sang Guru melanjutkan. “Mereka adalah orang tua saya, Bhante.” “Bagus, bagus,” kata Sang Guru; dan meminta para bhikkhu untuk tidak marah kepada bhikkhu ini. “Orang bijak di masa lampau,“ katanya, “telah melayani orang-orang yang bahkan bukan sanak saudaranya, kewajiban orang ini adalah menghidupi orang tuanya sendiri.” Berbicara tentang ini, Beliau kemudian menceritakan sebuah kisah masa lampau.

Monday, 21 December 2020

Sifat Dhammamma

 Dhamma Nature{1} ~ A Dhammatalk by Ajahn Chah

For english please refer the comment box. 

Sifat Dhamma [1/4]

Terkadang, ketika pohon buah-buahan sedang mekar, angin sepoi-sepoi menggoyangkannya dan menyebarkan bunga-bunga yang mekar ke tanah. Beberapa tunas tetap dan tumbuh menjadi buah hijau kecil. Angin bertiup dan beberapa dari mereka juga berjatuhan! Yang lain mungkin menjadi buah atau hampir matang, atau beberapa bahkan matang, sebelum jatuh. Demikian juga dengan orang-orang. Seperti bunga dan buah dalam angin, mereka juga jatuh dalam berbagai tahapan kehidupan. Beberapa orang meninggal ketika masih dalam kandungan, yang lain hanya dalam beberapa hari setelah dilahirkan. Beberapa orang hidup selama beberapa tahun kemudian meninggal, tidak pernah mencapai kedewasaan. Pria dan wanita mati di masa muda mereka. Yang lainnya mencapai usia lanjut sebelum mereka meninggal. Ketika merenungkan atas orang-orang, pertimbangkanlah sifat buah dalam angin: keduanya sangat tidak pasti. Sifat hal-hal yang tidak pasti ini juga dapat dilihat dalam kehidupan biara. Beberapa orang datang ke biara yang bermaksud untuk ditahbiskan tetapi berubah pikiran dan pergi, beberapa dengan kepala yang sudah dicukur. Yang lain sudah menjadi samanera, lalu mereka memutuskan untuk pergi. Beberapa ditahbiskan hanya pada satu Retret Hujan kemudian melepas jubah. 

Saturday, 8 August 2020

DEWA-DEWA (Dalam Agama Buddha) .

DEWA-DEWA
(Dalam Agama Buddha) .

Dalam pandangan Agama Buddha, alam surga di mana para Dewata dan makhluk surgawi tinggal, sekalipun dalam kurun waktu yang berbatas namun tetaplah bukan keberadaan yang kekal serta bukanlah menjadi tujuan Akhir dari Ajaran Buddha.
Alam Surga terbagi menjadi enam alam, yaitu:
1. Câtumahârâjikâ,
2. Tâvatimsa,
3. Yâmâ,
4. Tusita,
5. Nimmânaratî,
6. Para-nimmitavasavattî.

Friday, 7 August 2020

Āḷavaka, Si Yakkha Pemberang. Bag. 2/2

Āḷavaka, Si Yakkha Pemberang. Bag. 2/2

Setelah gagal berkali-kali, ia memutuskan untuk menyerang dengan meluncurkan senjatanya yang paling mematikan, yaitu mantel putih sakti (dussāvudha). Seraya melayang-layang di sekitar Bhagavā, ia melontarkan senjatanya ke arah Bhagavā. Senjata itu menimbulkan bunyi yang menakutkan di udara laksana senjata halilintar Dewa Indra; senjata itu menimbulkan asap dan bara api yang besar.

Thursday, 6 August 2020

Āḷavaka, Si Yakkha Pemberang, Bag. 1/2

Āḷavaka, Si Yakkha Pemberang, Bag. 1/2

Dalam masa kediaman musim hujan Bhagavā yang keenam belas, terjadi suatu peristiwa penting yang menyangkut pengalihyakinan Āḷavaka, sesosok yakkha yang sangat pemberang.

Waktu itu, Kerajaan Āḷavī diperintah oleh Raja Āḷavaka. Sang raja memiliki kebiasaan bersantai dengan berburu di hutan sekali seminggu supaya pasukannya tetap prima. Suatu hari, tatkala ia tengah berburu, kijang buruannya melarikan diri dari tempatnya menunggu; menurut kebiasaan, sudah merupakan tugas sang raja untuk menangkapnya. Dengan bersenjatakan panah, raja segera mengikuti kijang itu. Setelah berlari sepanjang tiga gāvuta (satu gāvuta sama dengan seperempat yojana), kijang itu berbaring di pinggir kolam karena keletihan; karenanya, dengan mudah raja dapat membunuh, memotong tubuhnya menjadi dua, dan menggotongnya dengan galah.

Kisah Mahakala Thera

Cerita terjadinya syair Dhammapada 7 & 8.
(TIPITAKA: Sutta Pitaka - Khuddaka Nikāya)

Kisah Mahakala Thera

Mahakala dan Culakala adalah dua saudagar bersaudara dari kota Setabya. Suatu ketika dalam perjalanan membawa barang-barang dagangannya, mereka berkesempatan untuk mendengarkan khotbah Dhamma yang diberikan oleh Sang Buddha. Setelah mendengarkan khotbah tersebut, Mahakala memohon kepada Sang Buddha untuk diterima sebagai salah satu anggota pasamuan bhikkhu. Culakala juga ikut bergabung dalam anggota Sangha, tetapi dengan tujuan berkenalan dengan para bhikkhu dan menjaga saudaranya.

Wednesday, 5 August 2020

RENUNGAN: "Tiga Kemampuan"

RENUNGAN: "Tiga Kemampuan"

👉 Kemampuan berpikir sebelum berbicara mau pun bertindak, agar yang diucapkan mau pun diperbuat tidak menjadi masalah; oleh karena itu, sebaiknya orang sebelum berucap mau pun bertindak hendaknya dipikirkan terlebih dulu.

👉 Kemampuan berbicara bukan terletak pada soal apa yang orang bicarakan, melainkan bicaranya bisa menyelesaikan persoalan tanpa menimbulkan persoalan. Sehingga apa yang dibicarakan memberi manfaat pada pendengarnya, mau pun bermakna dan berguna bagi pembicaraannya.

👉 Kemampuan perbuatan jasmani ketika apa yang dilakukan orang terukur, bisa selesai pada waktunya, dan tidak menyisakan masalah. Karena sebelum dilakukan, semua telah dipahami dengan baik, sehingga bisa diselesaikan dengan baik serta bermanfaat.

👉 Orang yang memiliki kemampuan berpikir dengan baik, kemampuan berkata benar, dan kemampuan bertindak yang tepat; sehingga hidupnya bermanfaat bagi dirinya sendiri, mau pun pada orang lain.

✍️ (Bhikkhu Saddhaviro Mahathera)

Tuesday, 4 August 2020

Apakah kita harus menyelesaikan sebab jodoh kita atau kita bisa langsung menjadi seorang biarawan?

Dari: Ferry Liang, Yogyakarta

Namo Buddhaya,

Banthe saya mau bertanya lagi. Hidup selibat atau hidup tanpa menikah dalam arti kita membiara, bukankah menjadikan makhluk lain yang memiliki kesempatan untuk terlahir menjadi manusia menjadi hilang, dalam hal ini jika misalkan semua manusia hidup membiara. Dan bukankah Sabda Sang Buddha mengatakan bahwa semua sebab jodoh harus diselesaikan dan bila sebab jodoh itu telah muncul bukankah harus diselesaikan.

Sunday, 2 August 2020

Ambapāli, Wanita Penghibur yang Menjadi Arahāt

Ambapāli, Wanita Penghibur yang Menjadi Arahāt

Pada masa Buddha Gotama, ada seorang wanita penghibur di Vesālī yang menjadi siswa Buddha. Konon, ia terlahir secara spontan (opapātika). Pada suatu hari, tukang kebun yang bekerja pada seorang penguasa Licchavī di Vesālī menemukan seorang bayi perempuan yang tergeletak di kaki sebatang pohon mangga di taman milik raja. Ia lalu membawa bayi itu ke kota. Berdasarkan kelahirannya, bayi perempuan itu diberi nama Ambapālī—yang berasal dari kata “amba” yang berarti “mangga” dan “pāli” yang berarti “garis”.

Saturday, 1 August 2020

Ajahn menjelaskan tentang Satipaṭṭhāna?

Pertanyaan: Bisakah Ajahn menjelaskan tentang Satipaṭṭhāna?

Than Ajahn: Oke.  Satipaṭṭhāna Sutta mengajarkan langkah demi langkah praktik Dhamma. Langkah pertama adalah mengembangkan perhatian dan samādhi, misalnya dengan pergi ke hutan dan duduk di bawah pohon di mana ia sunyi. Anda menggunakan perhatian bernafas untuk menenangkan pikiran Anda untuk masuk ke dalam samādhi.

Air di dalam Guci ~ Ajahn Chah

Air di dalam Guci ~ Ajahn Chah

Ketika tidak ada bentuk-bentuk kejahatan di dalam hati kita, semua permasalahan kita lenyap. Rasa sejuk muncul karena kita menjaga diri kita sendiri. Pikiran menjadi bajik. Ketika dia menjadi hening, dia menjadi terkonsentrasi. Ketika dia hening, dia mulai berkembang menjadi kebijaksanaan. Kita tahu bagaimana membuat pikiran jernih dan cerah. Apa pun yang jahat, kita lepaskan. Apa pun yang salah, kita kesampingkan. Kita merenungkan dan mengesampingkan hal-hal, membiarkan mereka pergi.

Ini seperti air dalam sebuah kendi. Kita mengambil gayung dan kemudian membuangnya. Mengeluarkan gayung kedua dan membuang airnya, terus ambillah airnya dan buanglah. Air di dalam kendi akhirnya akan mengering. Pikiran yang masuk ke dalam latihan adalah seperti itu.

Tetapi jika kita tidak melihat hal-hal dengan seperti ini, itu seperti menambahkan air ke dalam kendi dan kemudian mengeluarkannya, menambahkan air dan kemudian mengeluarkannya. KEBAIKAN, KEJAHATAN, KEBAIKAN, KEJAHATAN; salah, benar, salah, benar; baik, buruk, baik, buruk : MENJADI TENANG UNTUK SEJENAK, DAN KEMUDIAN KITA MENDERITA.

Sumber: In Simple Terms,
108 Perumpamaan Dhamma YM. Ajahn Chah
Diterjemahkan dari bahasa Thailand ke bahasa Inggris oleh Thanissaro Bhikkhu

Friday, 31 July 2020

Kisah Ditetapkannya Aturan Mengenai Larangan Minum Minuman Beralkohol

Kisah Ditetapkannya Aturan Mengenai Larangan Minum Minuman Beralkohol

"Waktu itu B. Sāgata pergi ke pertapaan pertapa rambut terjalin di Ambatittha, dan pada saat kedatangan — setelah memasuki ruang perapian dan mengatur tikar rumput — duduk bersila dengan tubuh tegak dengan perhatian penuh pada bagian depan. Nāga (yang tinggal di ruang perapian) melihat kalau B. Sāgata telah masuk dan, saat melihatnya, merasa marah, terganggu, dan menyemburkan asap. B. Sāgata menyemburkan asap. Nāga, tak mampu menahan kemarahannya, menyemburkan api. B. Sāgata, memasuki unsur api, menyemburkan api.

Thursday, 30 July 2020

𝗠𝗘𝗠𝗔𝗔𝗙𝗞𝗔𝗡

𝗠𝗘𝗠𝗔𝗔𝗙𝗞𝗔𝗡
(Y.M. Sri Paññâvaro Mahāthera)

Seorang umat Buddha yang berada di seberang lautan jauh dari Indonesia pagi ini bertanya kepada saya, "Bhante, apakah ada ajaran memaafkan dalam Buddha Dhamma?"

Jawaban saya adalah: "Sangat pasti, Upāsikā!" Apabila seseorang mengerti Dhamma dengan benar, ia pasti memaafkan kepada siapa pun yang dirasakan berperilaku tidak baik. Pikiran memaafkan itu akan muncul dengan sendirinya karena pengertian Dhammanya yang baik --bukan karena diperintahkan oleh ajaran agama dengan ancaman kalau tidak memaafkan berarti berdosa berat sedangkan kalau bisa memaafkan pahalanya besar.

Jalan Menuju hutan belantara ~ Ajahn Chah

A Road Through the Wilderness ~ Ajahn Chah
Jalan Menuju hutan belantara ~ Ajahn Chah

Melatih pikiran adalah sesuatu yang harus kita lakukan. Saat Anda melatih pikiran dari waktu ke waktu, itu seperti membuat sebuah jalan menuju ke hutan belantara. Pada awalnya, Anda berjalan di hutan belantara, tetapi jika Anda terus berjalan di jalan yang sama setiap hari, setiap hari, jalan tersebut secara bertahap berubah. Tanahnya menjadi semakin keras. Tunggulnya menjadi runtuh [aus], dan jalan itu menjadi tempat yang mudah untuk berjalan.

Sumber: Seperti Inilah, 108 Perumpamaan Dhamma Yang Mulia Ajahn Chah
Diterjemahkan dari bahasa Thailand ke bahasa Inggris oleh Thanissaro Bhikkhu

Wednesday, 29 July 2020

Melihat kontemplatif adalah berkah tertinggi.

Ada ungkapan: samaṇāñca dassanaṁ etam-maṅgalamuttamaṁ.
"Melihat kontemplatif adalah berkah tertinggi."

(Dari Memberi Makan Pikiran dalam Pikiran yang Tinggi: Pembicaraan Dhamma tentang Ajaan Lee Dhammadharo, diterjemahkan oleh Ṭhānissaro Bhikkhu.
https://www.dhammatalks.org/books/HeightenedMind/Contents.html)

Apa artinya ini adalah bahwa siapapun yang melihat seorang yang mulia — seorang pemasuk-arus, yang-kembali-sekali, yang-tidak-kembali, atau Arahant — melihat pemandangan yang sangat indah. Tetapi Anda benar-benar harus melihat seorang mulia yang asli agar ini menjadi kenyataan. Jadi di mana Anda akan mencari yang mulia? Jenis fitur apa yang membantu Anda mengenali yang mulia? Jika Anda melihat seorang bangsawan dari luar, tidak mungkin Anda tahu pasti. Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti adalah mempraktikkan Dhamma untuk memunculkan kualitas-kualitas seorang mulia di dalam diri Anda. Selama Anda tidak memiliki sifat-sifat itu di dalam diri Anda, Anda tidak dapat melihat yang mulia. Mata Anda masih buram, jadi semua yang Anda lihat buram. Pikiran Anda adalah pikiran biasa, jadi di manapun Anda melihat, yang dapat Anda lihat hanyalah orang biasa.

Tuesday, 28 July 2020

Sebuah Baskom yang bocor ~ Ajahn Chah

Sebuah Baskom yang bocor ~ Ajahn Chah

Jika kita melakukan kejahatan dan kemudian mencoba menutup (menyumbat) kebocoran dengan berbuat baik, ini seperti menyumbat/menyumpal suatu kebocoran di dasar sebuah panci/pot dan menuangkan air ke dalamnya. Atau seperti menyumpal kebocoran di bagian bawah sebuah baskom dan menuangkan air ke dalamnya. Bagian bawah  dari panci, bagian bawah dari baskom, tidak dalam kondisi yang baik.

Pelepasan kita terhadap kejahatan belumlah dalam kondisi yang baik. Jika Anda menuangkan air, semuanya tetap saja merembes keluar dan baskom menjadi kering. Bahkan jika Anda menuangkan air kedalamnya sepanjang hari, dia tetap merembes keluar sedikit demi sedikit, dan akhirnya tidak ada air yang tersisa. Anda tidak mendapatkan keuntungan yang Anda inginkan darinya.

Sumber: In Simple Terms,
108 Perumpamaan Dhamma YM. Ajahn Chah
Diterjemahkan dari bahasa Thailand ke bahasa Inggris oleh Thanissaro Bhikkhu

Sunday, 26 July 2020

Mengubah bencana menjadi Peluang

Mengubah bencana menjadi Peluang

Jalan kehidupan tidaklah mudah bagi siapa pun. Apa pun kendaraan yang kita kendarai, kita harus melewati jalan bergelombang di jalan. Latihan Dhamma tidak berarti bahwa kita dapat melewati semua celah dan lubang. Apa yang dhamma berikan kepada kita adalah SUMBER DAYA BATIN UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN yang kita hadapi TANPA MENCIPTAKAN PENDERITAAN YANG TIDAK PERLU UNTUK MENAMBAH RASA SAKIT FISIK.

Orang bijak melepaskan belas kasihan pada diri sendiri seperti sebuah KAIN LAP KOTOR. Mereka TIDAK TERJEBAK DALAM PERTANYAAN-PERTANYAAN BERACUN seperti "Mengapa saya? Mengapa selalu saya? "Mereka TIDAK BERTERIAK di dalam PIKIRAN mereka, "Itu tidak adil! "Mereka TIDAK MENGKULIAHI DIRI SENDIRI," bagaimana Anda bisa sebodoh itu? Jika Anda hanya melakukan ini daripada itu, semua ini tidak akan terjadi. Anda sudah tahu ini. Mengapa Anda tidak mendengarkannya (kata-kata/ nasihatnya)? Anda seharusnya lebih pintar dari ini."

Orang bijak TIDAK MENGHABISKAN WAKTU berjam-jam untuk MENGKHAWATIRKAN MASA DEPAN YANG TIDAK PASTI TANPA TUJUAN.

Orang bijak berkata, “Sekarang ini seperti ini. Dia beginilah. Menjadi seperti ini, APAKAH HAL TERBAIK YANG BISA SAYA LAKUKAN DI SAAT INI? Apakah hal terbaik yang dapat saya lakukan dengan PIKIRAN saya sekarang? Apakah mungkin melakukan sedikit banyak tindakan bermanfaat atau penting untuk MENGUBAH BENCANA MENJADI SEBUAH PELUANG?

Ajahn Jayasaro

Friday, 24 July 2020

Jalan yang Sunyi / Sepi ~ Ajahn Chah

THE LONELY PATH ~ Ajahn Chah
Jalan yang Sunyi / Sepi ~ Ajahn Chah

Apa pun yang berada di dalam pikiran: jika alasan kita belum cukup baik, kita tidak bisa melepaskannya. Dengan kata lain, ada dua sisi: sisi ini di sini dan sisi itu di sana. Orang cenderung berjalan di sepanjang sisi ini atau di sepanjang sisi itu. Hampir tidak ada orang yang berjalan di tengah. Sebuah jalan yang sunyi/sepi.

Ketika ada cinta, kita berjalan di sepanjang jalan cinta. Ketika ada kebencian, kita berjalan di sepanjang jalan kebencian. Jika kita mencoba berjalan dengan melepaskan cinta dan kebencian, itu adalah jalan yang sunyi/sepi. Kita tidak mau mengikutinya.

Sumber: In Simple Terms,
108 Perumpamaan Dhamma YM. Ajahn Chah
Diterjemahkan dari bahasa Thailand ke bahasa Inggris oleh Thanissaro Bhikkhu

Wednesday, 22 July 2020

Pandangan Agama Buddha, apakah definisi 'pornografi' dan 'pornoaksi' ?

Question

Namo Buddhaya Bhante

Saya ingin bertanya :
Sebenarnya dalam pandangan Agama Buddha, apakah definisi 'pornografi' dan 'pornoaksi' ? Apakah hanya bergoyang itu pornoaksi ? Salahkah menghibur penonton dengan menyanyi sambil bergoyang 'ngebor', 'ngecor' dsb.?

Terima kasih sebelumnya Bhante.

Sunday, 19 July 2020

Apaṇṇaka Jātaka: Melintasi Hutan Belantara (Jātaka 1)

Apaṇṇaka Jātaka: Melintasi Hutan Belantara (Jātaka 1)

Ketika Buddha berdiam di Vihāra Jetavana dekat Sāvatthī, bankir kaya, Anāthapiṇḍika, pergi suatu hari untuk menghormat-Nya. Para pelayannya membawa banyak bunga, parfum, mentega, minyak, madu, manisan, kain, dan jubah. Anāthapiṇḍika bersujud dengan penuh hormat kepada Buddha, memberikan persembahan yang telah dibawanya, dan duduk dengan sepantasnya. Pada saat itu, Anāthapiṇḍika ditemani oleh lima ratus teman yang merupakan pengikut guru sesat. Teman-temannya juga memberikan penghormatan kepada Buddha dan duduk dekat dengannya. Wajah Buddha muncul seperti bulan purnama, dan tubuhnya dikelilingi oleh aura yang bersinar. Duduk di kursi batu merah, Beliau seperti singa muda yang meraung dengan suara yang jernih saat Beliau mengajar mereka sebuah khotbah dengan penuh kemerduan dan indah di telinga.

Saturday, 18 July 2020

RENUNGAN: "Cara Yang Salah"

RENUNGAN: "Cara Yang Salah"

👉 Menyalahkan orang karena orang telah berbuat salah, adalah cara yang salah; sehingga dirinya sendiri ikut berbuat salah dengan menyalahkan orang, yang telah melakukan kesalahan.

👉 Mencari kesalahan orang agar bisa untuk disalahkan, kendati tidak berbuat salah, yang penting orang tersebut bisa dijadikan kambing hitam sebagai orang yang salah. Orang menggunakan cara salah untuk menyalahkan orang, dengan mencari kesalahannya, bahkan tidak salah pun disalahkan. Sehingga dirinya berbuat salah tidak sadar, terlihat benar.

👉 Orang berbuat salah dengan niat tidak baik, dilakukan dengan cara yang salah, tujuannya juga tidak baik, merupakan kesalahan yang utuh. Semua itu dilakukan, orang merasa tidak bersalah. Karena disebabkan oleh ketidaktahuan batin.

👉 Niat salah, cara yang salah dan tujuan salah, semua bersumber dari ketidaktahuan batin. Orang yang batinnya tercerahkan, tidak lagi berbuat salah dengan menyalahkan dan mencari kesalahannya orang lain, sehingga dirinya terbebas dari berbuat salah dengan menyalahkan orang lain.

✍️ (Bhikkhu Saddhaviro Mahathera)

Friday, 17 July 2020

Kita perlu mengembangkan cinta-kasih kepada orang tua kita.

Dhamma:

Y.M. Bhante Uttamo Mahathera.

Kita perlu mengembangkan cinta-kasih kepada orang tua kita.

Mengapa kita perlu mengembangkan cinta kasih kepada kedua orang tua kita?

Karena orang tua telah melahirkan kita semua. Dan ketahuilah bahwa badan kita ini mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki itu sebetulnya bukan milik kita tetapi milik orang tua kita. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menciptakan bagian badannya sendiri. Orang tualah yang memproses dan menjaga kita selama kurang-lebih 9 bulan sejak kita berusia 0 tahun yaitu ketika kita berada di dalam kandungan dan ketika sel telur dan sperma bertemu.

Thursday, 16 July 2020

Dua Hal Yang Berbeda ~ Ajahn Chah

Two Different Things ~ Ajahn Chah
Dua Hal Yang Berbeda ~ Ajahn Chah

Jika Anda duduk di satu tempat dan suara-suara membuat Anda kesal, Anda pergi dari tempat itu dan mencari tempat lain yang sunyi. Tetapi jika ada suara-suara di sana, Anda menjadi kesal lagi. Itu dikarenakan pengetahuan Anda berasal dari persepsi. Anda tidak mengetahui sesuai dengan kebenaran. Kebenarannya adalah bahwa Anda hidup dengan suara, dan suara hidup bersama Anda, dan tidak ada masalah, karena anda merupakan dua hal yang berbeda. Saya akan memberi Anda sebuah contoh. Jika Anda mengangkat objek ini, dia (terasa) berat. Jika Anda meletakkannya, dia tidak (terasa) berat.

Mengapa dia (terasa) berat? Karena Anda mengangkatnya. Mengapa dia (terasa) ringan ketika Anda meletakkannya? Karena Anda tidak mengangkatnya. "MENGANGKATNYA" HANYALAH MASALAH BERPEGANG PADA GAGASAN BAHWA SUARA ITU MENGGANGGU ANDA. Jika Anda berpikir seperti itu, Anda menjadi kesal. Misalkan benda ini beratnya satu kilogram. Jika Anda membiarkannya di sana, beratnya hanya satu kilogram. Itu sama halnya dengan suara. Jika Anda membiarkan suara itu sendirian, dia tidak akan mengganggu Anda — KARENA ANDA TIDAK MENGGENGGAMNYA.

Sumber: Seperti Inilah, 108 Perumpamaan Dhamma Yang Mulia Ajahn Chah
Diterjemahkan dari bahasa Thailand ke bahasa Inggris oleh Thanissaro Bhikkhu

Tuesday, 14 July 2020

DHUTAṄGA (Praktik Pertapa)

DHUTAṄGA (Praktik Pertapa)

Itu dari sudut pandang kesederhanaan bahwa Buddha mengizinkan praktik dhutaṅga. Ada cukup bukti untuk menunjukkan bahwa selama kehidupan Buddha, beberapa murid-Nya mengamati praktik ketat ini. Kemudian, mereka menjadi populer dengan bagian dari Saṅgha. Tradisi ini diturunkan dari generasi ke generasi. Saat ini dhutaṅga diamati hanya oleh bhikkhu yang tinggal dalam pertapaan hutan. Ada tiga belas dhutaṅga:

Tuesday, 10 March 2020

Timbulnya Kekotoran Batin

Timbulnya Kekotoran Batin
~~~

Bagaimana kekotoran batin ini muncul? Seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya, semua nāma (fenomena atau aktivitas mental) memiliki sebuah objek, dan ia selalu menjalankan perannya dalam mengognisi objek tersebut. Apa yang sering kita sebut sebagai kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya adalah proses berkesinambungan dari pikiran kita untuk mengenali berbagai objek, atau proses berkelanjutan dari pikiran kita yang berinteraksi dengan dunia luar.

Wednesday, 5 February 2020

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 26 Oktober 2014

Inginkah dalam satu kehidupan mencapai keberhasilan? Inginkah terlahir ke Tanah Suci Sukhavati? Jika ingin maka ini tidak sulit, asalkan membangkitkan keyakinan benar dan tekad menyeluruh, menfokuskan pikiran melafal Amituofo bertekad lahir ke Alam Sukhavati, maka setiap orang dapat berhasil. Meskipun pada masa lampau menciptakan banyak karma buruk, jangan taruh di hati, dengan sepatah Amituofo, kita harus percaya pada apa yang tercantum di dalam sutra, dengan melafal sepatah Amituofo dapat mengeliminasi delapan miliar kalpa karma berat tumimbal lahir. Anda harus percaya Buddha takkan berdusta, setiap patah perkataan Beliau adalah kebenaran, insan yang percaya memiliki berkah.

Monday, 3 February 2020

Melekat Pada Milikku

Melekat Pada Milikku
Ven YM. BHante Sri Pannavaro Mahathera.

Dengan mengerti sesuatu sebagaimana adanya, kita tidak akan melekat terlalu erat pada segala sesuatu yang kita anggap menjadi milik kita. Dengan bersikap seperti itu, maka kalau suatu saat milik kita rusak, peristiwa itu tidak akan menghancurkan pikiran kita🤔, tidak akan menghancurkan batin kita. Kita melihat rusaknya milik kita sebagai suatu proses. Karena kita melihat segala sesuatu di alam semesta ini tidak kekal😌.

Misalnya kita melihat sesuatu yang menjadi milik seseorang yang tidak kita kenal, jatuh dan pecah. Tidak ada konflik yang muncul dalma pikiran kita. Apalagi kita sama sekali tidak mengenal orang yang memiliki benda ini. Mungkin bertemu saja tidak pernah. Kita hanya melihat bahwa barangnya jatuh pecah. Oleh karena itu, tidak ada persoalan bagi diri kita😶.

Tetapi, kalau benda itu milik teman, atau keluarga kita, yang kita kenal dengan baik, kemudian benda yang dia miliki satu-satunya, yang sangat berharga itu, jatuh dan rusak, maka akan timbul problem dalam diri kita, meskipun tidak besar; "Aduh, sayang amat benda berharga itu pecah. Saya ikut sedih."😥

Jika sebelum pecah, benda milik teman kita itu dinyatakan olehnya, "Benda ini sekarang saya berikan kepada Anda, benda ini sekarang menjadi milik Anda.☺" Bendanya sama saja, tidak bertambah dan juga tidak berkurang, hanya benda ini dinyatakan menjadi milik kita. Sekarang akan timbul satu masalah besar kalau benda ini jatuh dan pecah; akan menjadi problem bagi pikiran kita, menjadi beban bagi batin kita. Karena sekarang kita sudah mempunyai konsep, "Ini sekarang milikku."Dan itulah permulaan, bibit timbulnya problem, awal timbulnya problem. Begitu kita sudah merasa, "Ini milikku sekarang,' kita sudah mulai menanamkan problem.🙂

Kita tidak diharuskan untuk tidak memiliki sesuatu atau tidak punya apa-apa. Tidak diharamkan untuk memiliki sesuatu. Dan memiliki sesuatu itu bukan kotor, bukan dosa, bukan salah. Kita boleh saja memiliki. Tetapi, kita harus sadar bahwa apa yang dikatakan milikku itu hanyalah sebuah konsep. Kita tidak bisa memiliki dalam arti yang sesungguhnya. Sehingga kalau benda ini suatu ketika jatuh, rusak, pecah, kita harus siap menerima itu sebagai suatu proses yang wajar.🤔

Suatu ketika di dalam kehidupan berumah tangga , seseorang istrinya meninggal atau suaminya meninggal, anaknya meninggal. Orang menamakan itu suatu musibah, marabahaya, maut. Kemudian akan timbul suatu problem, timbullah penderitaan😭, timbullah kekecewaan. Tetapi, kalau kita berusaha menerima peristiwa kematian itu sebagia suatu proses yang sangat wajar, yang pasti terjadi dalam kehidupan ini, peristiwa kematian itu tidak akan menggoncangkan pikiran kita.😧

Jadi bukan berarti jangan punya istri atau jangan berumah tangga; Karena kalau kita tidak punya istri, maka kita tidak akan sedih karena kehilangan istri. Kalau kita tidak punya suami, kita tidak akan sedih karena kehilangan suami. Boleh punya istri, boleh punya suami, boleh punya anak. Tidak dilarang. Tetapi, pada saat terjadi perubahan pada suami, pada istri atau anak, kita harus menganggapnya itu sebagai suatu proses yang wajar🙄. Oleh karena sifat segala sesuatu adalah berubah. Kita boleh saja mengatakan, suami saya meninggal, istri saya meninggal, anak saya meninggal. Tetapi, kita harus mengerti bahwa meninggal, atau mati itu adalah suatu proses. Proses perubahan yang sudah sangat wajar dan pasti terjadi dalam kehidupan ini. Pengertian ini yang akan menjaga pikiran kita untuk tidak hancur.🙂

Rumah bisa hancur, terbakar habis, tetapi pikiran tidak akan ikut hancur. Sekarang bagaimana melindungi pikiran supaya tidak ikut hancur?😌 Pikiran dilindungi dengan pengertian bahwa rumah terbakar adalah wajar. Itu adalah proses dari alam semesta ini. Perubahan wajar. Perubahan adalah sifat yang paling jelas dari kehidupan ini. Kalau kita mengerti ini, maka kita akan bisa melihat segala sesuatu sebagaimana sewajarnya terjadi.🤗

Cara Melenyapkan Seorang Musuh

Seorang senator mengatakan pada Abraham Lincoln,
”Kalau Anda mau maju,
ingatlah bahwa Anda hanyalah anak seorang tukang sepatu.”

Mendengar pernyataan itu,
Lincoln hanya tersenyum.

Ia naik ke atas mimbar & memulai pidatonya yg singkat,
”Terima kasih sudah mengingatkan saya pada ayah saya yg sudah lama meninggal.
Setahu saya,
ayah saya lah yg membuat semua sepatu Anda sekalian.
Jadi jika Anda sekalian mungkin merasa tidak cocok dgn sepatu yg Anda pakai sekarang,biarkan saya yg memperbaikinya.”

MASUK KE ARUS DHAMMA

*MASUK KE ARUS DHAMMA
ENTERING THE STREAM OF DHAMMA*

Bagian 4 ( empat )

Oleh : Phra Acariya Thoon Khippanno

Alih bahasa :
Dra. Yasodhara Wena Cintiawati
Dra. Sujata Lanny Anggawati

Penerbit :
Wisma Sambodhi
Klaten

🌴 LANDASILAH KEBIJAKSANAAN DASAR ANDA DENGAN PANDANGAN BENAR.

Bagaimanapun juga, kebijaksanaan duniawi ini merupakan fondasi utama di dalam praktek Dhamma. Kita membutuhkannya untuk memahami Dhamma pada saat mendengarkan khotbah atau mempelajari Dhamma dasar. Pemahaman Dhamma yang mendasar membutuhkan kebijaksanaan duniawi. Pelatihan – pelatihan Dhamma, seperti misalnya berdana, menjalankan sila ( peraturan ) yang berjumlah lima, delapan, sepuluh atau dua ratus dua puluh tujuh tidak dapat dicapai bila tidak dimulai dari tingkat kebijaksanaan duniawi yang mendasar. Sila anda tidak dapat murni tanpa adanya kebijaksanaan untuk memahami maksudnya. Pelatihan konsentrasi juga membutuhkan kebijaksanaan untuk mengetahui tingkat – tingkat konsentrasi yang berbeda : konsentrasi sesaat ( khanika samadhi ), konsentrasi akses ( upacara samadhi ), konsentrasi penuh ( appana samadhi ), jhana Alam Materi Halus dan Alam Tanpa Materi. Orang harus menggunakan kebijaksanaan untuk membedakan konsentrasi yang benar dari yang salah atau konsentrasi yang bersekutu dengan moha, agar konsentrasi yang salah tidak muncul. Orang membutuhkan kebijaksanaan untuk mempelajari dan memahami hal – hal seperti Lima Penghalang – nafsu indra, kemauan jahat, kemalasan dan keraguan dan mencari cara agar pikiran terbebas dari Lima Penghalang itu.

Ringkasnya, setiap langkah di dalam praktek Dhamma membutuhkan kebijaksanaan. ‘ Kebijaksanaan ‘ di sini menyiratkan inteligensi menyeluruh di dalam praktek Dhamma. Mereka yang berlatih Dhamma harus selalu waspada dan menganalisis cara pelatihan mereka dengan bijaksana. Mereka harus siap memecahkan setiap masalah yang muncul di dalam pelatihan dan menanggulangi setiap penghalang yang menganggu perkembangan mental mereka. Inilah yang disebut ‘ pandai ‘ dalam praktek Dhamma.

🌴
KEYAKINAN MEMERLUKAN KEBIJAKSANAAN.

Keyakinan atau rasa percaya pada seseorang atau pada suatu pernyataan harus muncul baru setelah dipertimbangkan secara cermat dan bijaksana. Jangan percaya secara membuta pada apa pun juga. Ketika membaca buku, anda harus berpikir secara kritis untuk melihat apakah cukup beralasan mempercayai apa yang anda baca itu. Pilihlah bagian – bagian yang masuk akal saja untuk diikuti. Memilih merupakan proses kebijaksanaan untuk membedakan ‘ yang benar ‘ dari ‘ yang salah ‘. Anda harus memilih buku yang mengandung prinsip – prinsip yang masuk akal. Ini disebut ‘ saddhananasampayut ‘, yang artinya ‘ keyakinan yang berdasarkan perenungan ‘. Penggunaan kebijaksanaan lewat perenungan yang analitis atau kritis tentang sebab akibat di dalam segala hal ini akan membantu anda memperoleh pemahaman yang benar. Dengan demikian, anda terhindar dari pemahaman yang salah serta keraguan di dalam praktek Dhamma.

Pada zaman Sang Buddha, mereka yang mencapai tahap – tahap kesucian seperti Sotapanna ( Pemasuk Arus ), Sakadagami ( Yang Kembali Sekali Lagi ), Anagami ( Yang Tak Kembali Lagi ) atau Arahat ( Yang Tersucikan ) semua menggunakan kebijaksanaan duniawi dengan cara yang harus dijelaskan di sini. Tanpa kebijaksanaan semacam itu, mereka tidak akan dapat memahami Ajaran – ajaran Sang Buddha pada tahap pertama pelatihan. Dengan kebijaksanaan ini, mereka merenungkan Ajaran – ajaran Sang Buddha, seperti misalnya Empat Elemen ( dhatu ), Lima Khanda dan Tiga puluh dua Bagian Tubuh, Sifat – sifat Tubuh yang Menjijikkan ( asubha ), dll, sampai mereka memahami sifat hakiki hal – hal tersebut. Dengan berulang – ulang merenungkannya, mereka mengajar pikiran untuk mengembangkan Pandangan Benar sesuai dengan Kebenaran. Hasilnya, mereka menjadi lebih bijaksana. Akhirnya mereka mencapai Tahap Kesucian.

Begitulah cara Orang – orang Suci di jaman Sang Buddha mengembangkan pikiran. Tanpa kebijaksanaan dasar di awalnya, mereka tidak akan pernah menapakkan kaki di jalur pelatihan yang benar. Jika ada yang ingin berdebat mengenai ini, coba sebutkan satu Orang Suci yang mulai berlatih tanpa kebijaksanaan dasar apa pun.

Dalam proses perkembangan mental, gunakanlah kebijaksanaan untuk merencanakan pelatihan anda di sepanjang Jalan Suci menuju Pencapaian Kesucian. Dengan demikian, pelatihan anda akan maju tanpa rintangan, kecemasan atau keraguan. Pelatihan ini akan terarah langsung ke tujuan akhir, bagaikan seorang sopir yang telah mempelajari peta dengan cermat sebelum mulai perjalanannya. Dia dapat melaju dengan kecepatan penuh tanpa rasa was – was akan tersesat. Kalau tidak, dia mungkin akan berputar – putar tak menentu atau membuang banyak waktu karena harus berhenti di sana sini untuk bertanya di sepanjang jalan. Jika dia bertanya kepada orang yang juga tidak tahu jalan, bisa jadi dia malahan berputar – putar dan tidak akan sampai tujuan. Tetapi jika dia kebetulan bertanya kepada orang yang memang tahu jalan dan mau memberi petunjuk, ini merupakan keberuntungan. Jika orang yang benar – benar tahu memberitahukan jalannya tetapi dia tidak mau percaya, hal ini sungguh patut disayangkan.

Pelatihan Dhamma membutuhkan kebijaksanaan untuk merenungkan jalan itu dengan cermat agar tidak salah. Jika anda menentukan arah dengan lurus, pelatihan akan maju dengan lancar dan anda dapat mengerahkan segenap usaha untuk pelatihan itu. Walaupun kekotoran batin dan godaan mungkin datang, anda sudah siap dan sadar sehingga dapat melawan dengan tekad dan ketekunan. Tekad anda yang kuat akan dapat mengalahkan kekotoran batin dan godaan itu. Jika anda dapat melewatinya, maka dapat dikatakan bahwa anda telah memberikan kehidupan anda kepada Dhamma.

🙏