Disalin dr fb Bhante Ashin Vappa🙏
MENGAPA VEDANĀ/PERASAAN ADALAH BUKAN DIRI
“Para bhikkhu, jika vedanā adalah diri, inti dari tubuh, maka vedanā tidak akan cenderung menyakiti atau menyusahkan. Dan seseorang akan dapat mengatakan tentang vedanā, “Biarlah vedanā seperti ini (selalu menyenangkan); biarlah vedanā tidak seperti ini (selalu tidak menyenangkan). Adalah mungkin mempengaruhi vedanā dengan cara ini sesuai keinginan seseorang.
Benar, jika vedanā adalah diri, maka ia tidak akan menyebabkan kesusahan pada seseorang, karena adalah bukan sifatnya menyakiti diri sendiri, dan adalah mungkin untuk mengatur vedanā sesuai keinginan seseorang. Ini, seharusnya kita semua pahami dan ikuti dari dugaan “jika vedanā adalah diri.”
Lebih jauh lagi, jika vedanā tidak cenderung menyakiti, dan jika perasaan kita selalu senang, seperti yang kita inginkan dan tidak pernah tidak menyenangkan, maka kita harus menganggap vedanā sebagai diri yang sesungguhnya. Pernyataan dugaan ini ‘jika vedanā adalah diri’ adalah suatu bentuk instruksi untuk berhenti dan mempertimbangkan apakah ia menyakiti atau tidak, apakah vedanā dapat diatur agar selalu menyenangkan sesuai keinginan seseorang. Saat memeriksanya dengan saksama, akan terlihat bahwa vedanā hampir selalu menyakiti kita dan bahwa ia muncul, tidak menuruti keinginan seseorang tetapi sesuai dengan situasi dan kondisinya sendiri.
Para pendengar di sini akan menemukan dalam pengalaman pribadi mereka bahwa vedanā sering menyakiti mereka; bahwa mereka tidak pernah dapat memenuhi keinginan mereka untuk selalu menikmati pemandangan indah, suara merdu, bau harum, makanan lezat, sentuhan lembut, dan sebagainya. Mereka akan menemukan bahwa vedanā yang tidak menyenangkan mengungguli yang menyenangkan.
Bahwa seseorang tidak dapat memiliki vedanā yang sesuai kehendaknya karena vedanā bukanlah diri atau inti diri. Bhagavā melanjutkan menjelaskan mengapa vedanā adalah bukan diri:
Bukti langsung atas bagaimana vedanā adalah bukan Diri.
“Para bhikkhu, sesungguhnya, vedanā adalah bukan diri. Karena vedanā adalah bukan diri, maka ia cenderung menyakiti. Dan adalah tidak mungkin mengatakan tentang vedanā, “Biarlah vedanā seperti ini (selalu menyenangkan); biarlah vedanā tidak seperti ini (selalu tidak menyenangkan).”
Dalam kenyataannya, vedanā adalah bukan diri. Karenanya ia diserang oleh perasaan sakit dan kesusahan batin. Dan ia tidak menuruti kendali seseorang, karena tidak dapat menjaganya agar selalu menyenangkan dan tidak pernah tidak menyenangkan. Maka Bhagavā menjelaskan bahwa vedanā adalah bukan diri, inti diri, karena ia cenderung menyakiti; vedanā adalah bukan Diri karena ia tidak dapat diatur sesuai kehendak seseorang.
Walaupun terbukti bahwa vedanā menyulitkan, dan tidak dapat diatur, ada beberapa orang yang memiliki keterikatan kuat akan pandangan keliru tentang Diri dan keinginan kuat, taṇhā, yang percaya pada perasaan menyenangkan, melekat pada vedanā sebagai Diri dan bergembira di dalamnya. Akan tetapi, pertimbangan yang saksama, akan mengungkapkan bahwa saat-saat gembira dan bahagia adalah lebih sedikit daripada saat-saat menderita dan susah.
Dikutip dari:
Komentar Anattalakkhaṇa Sutta
Mahasi Sayādaw
No comments:
Post a Comment