Mengintip Perjalanan Arwah (Budha,Konghucu,Tao) Bagaimana perjalanan arwah manusia setelah manusia meninggal?
Pertanyaan tersebut tentu tidak bisa kita jawab secara pribadi, karena kita tidak bisa melihat atau berkunjung ke alam arwah (kecuali bagi yg punya kemampuan untuk itu). Untuk menjawab keingin-tahuan tentang alam manusia setelah meninggal, biasanya kita hanya mencari jawabannya di kitab suci, atau buku-buku yang ditulis oleh orang-orang yang punya kemampuan untuk melihat alam arwah atau punya pengalaman berkunjung ke alam arwah, salah satu buku mengenai alam arwah adalah "MENGINTIP PERJALANAN ARWAH" Oleh Herman Utomo dan Ny Silvie Utomo, penulis saat ini bermukim di Jakarta Barat. Buku tersebut biasanya dibagi gratis di klenteng-klenteng Tri Dharma.
Pengantar
Tulisan dalam buku ini adalah pengalaman kami berdua, saya dan istri, dalam mengamati dan memperhatikan arwah orang yang telah meninggal. Terutama dari hasil dialog yang kami lakukan dengan arwah leluhur kami, juga dari penjelasan para guru roh kami berdua. Kami telah melakukan ratusan kali dialog dengan para arwah keluarga kami, arwah para teman kami, arwah tokoh nasional maupun tokoh internasional. Memang ada banyak jalan arwah yang harus dijalani oleh orang yang telah meninggal, tergantung dari amal perbuatan dan ibadahnya pada waktu dia masih hidup. Atau dalam Budhisme dikenal dengan karma-karma yang telah dibuat pada waktu dia masih hidup. Melalui dialog dengan para arwah ini, kami coba membuat sketsa sederhana mengenai alam arwah. Sketsa ini kami jelaskan terlebih dahulu sebelum 8 kasus dialog yang kami muat, untuk memudahkan anda mengikuti alur cerita tulisan ini. Kami berdua selalu mengadakan re-check dan cross-chesk terhadap apa yang telah kami peroleh dari dialog dengan para arwah ini, dan kami juga memohon petunjuk dari guru roh kami masing-masing mengenai kebenaran cerita dari para arwah tersebut. Saya dan istri mempunyai guru roh yang berbeda. Didalam buku saya ini saya hanya memilih 8 kasus dialog yang saya harapkan dapat memberikan gambaran mengenai perjalanan arwah. Dan juga tidak menceritakan seluruh perjalanan arwah samapai sejauh seperti yang ada di dalam gambar sketsa alam arwah. Karena Perjalanan arwah seseorang mempunyai sifat pribadi keluarga yang kurang baik untuk diketahui umum, maka nama-nama dalam tulisan ini telah saya samarkan. Setelah seseorang meninggal, banyak ritual duka dilakukan oleh keluarganya untuk menghibur arwah, juga untuk memberikan penghiburan keluarga almarhum. Upacara ritual duka atau ritual yang kami anggap unik dan beraneka ragam, adalah ritual yang dijalankan menurut kebudayaan tradissionil ajaran Khong Hu Cu. Tulisan dalam buku ini tidak mewakili salah satu aliran kepercayaan dan agama, kalau di dalam buku ini banyak dibahas mengenai upacara ritual dari kebudayaan tradisional umat Khong Hu Cu, semata-mata hanya karena keanekaragaman dan keunikannya saja. Penulis, Herman Utomo Ny. Silvie Utomo
Tentang Penulis
Herman Utomo Dosen, spiritualis, pemerhati metafisika dan konsultan kesehatan non medis. Lahir di kota Bojonegoro tahun 1943. Lulus Sarjana Elektro pada perguruan Tinggi terkemuka di Jakarta. Mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan ke Jepang, lulus Diploma pada bidang Refrigerating dan Air Conditioning. Menikah dengan Sylvie Yuliati Prayitno dan dikaruniai sepasang putra dan putri. Mulai menjalani laku spiritual secara intensif pada tahun 1975 dibimbing Guru Roh. Sylvie Yuliati Prayitno Lahir di kota Bojonegoro tahun 1950. Guru Kursus Bakery dan Wedding Cakes. Mulai mejalani laku spiritual dibimbing guru Roh pada tahun 1983. Sekarang sebagai Ibu rumah tangga, spriritualis, pemerhati metafisika dan penasehat penyakit non medis.
Pendahuluan
Perjalanan arwah merupakan perjalanan dari hidup setelah mati. Dan cerita mengenai hidup setelah mati sudah ditulis dalam banyak buku oleh penulis dari timur maupun barat. Sebagian besar sumber informasinya didapat melalui dialog, baik lewat medium maupun melalui hipnotis, dan lain lain. Walau seorang meninggal, butuh waktu beberapa jam sampai beberapa hari baru dia tahu kalau sudah meninggal. Begitu dia tahu kalau sudah meninggal, dia akan panik, bigung, resah dan takut menghadapi kondisi dan situasi yang begitu asing baginya. Dia tidak tahu harus berbuat apa dan harus bagaimana. Keadaan arwah seperti ini perlu mendapat penghiburan, bimbingan dan perlindungan agar arwah menjadi tenang dan pasrah menerima keadaannya. Untuk itu dibutuhkan beberapa upacara ritual duka yang sudah dikenal, sesuai dengan aliran kepercayaan atau agama yang dianut oleh almarhum atau oleh keluarganya. Arwah orang yang baru meninggal biasanya masih berada dirumah bersama keluarganya atau masih berada di alam kehidupan dunia untuk beberapa lama, ada yang selama beberapa hari sampai beberapa tahun baru dapat "naik" ke alam arwah. Arwah yang belum naik ini memang masih dapat gentayangan kemana saja yang dia mau. Dia dapat gentayangan kemana saja dia berkunjung di alam transisi atau alam peralihan dari alam dunia ke alam arwah, yang juga disebut alam arwah gentayangan. Ada banyak penyebab yang membuat arwah belum dapat naik ke alam arwah, seperti rasa dendam dan penasaran, keterikatan pada keduniawian, ilmu non Ilahi, dan lain lain. Arwah yang belum dapat naik ini perlu ditolong dan dibimbing untuk "dinaikkan" atau "diseberangkan" atau juga disebut "disempurnakan". Upacara ritual untuk arwah hanya bermanfaat untuk arwah yang belum naik atau arwah yang masih berada dalam alam arwah gentayangan. Seperti upacara "pengiriman rumah dan uang(kertas)" untuk arwah, yang dilakukan umat Kong Hu Cu dan Taois. Kiriman rumah, uang dan macam-macam barang duniawi ini hanya bermanfaat atau berguna bagi arwah yang belum naik. Setelah arwah naik ke alam arwah dan mulai menempuh perjalanan arwah, semua kiriman sudah tidak ada gunanya. Semuanya harus ditinggalkan, tidak ada satupun yang dapat dibawa masuk ke alam arwah. Umumnya arwah tidak mempermasalahkan jenasahnya dikubur atau dikremasi. Rasa khawatir dan takut kalau mati dikubur atau dikremasi yang muncul pada waktu masih hidup tidak akan ditemukan. Juga rasa khawatir dan takut kalau nanti meninggal arwahnya akan kelaparan karena tidak disembahyangi oleh keluarganya, sebab keluarganya sudah pindah agama, juga tidak akan terjadi. Kesemuanya hanya kekhawatiran manusiawi pada waktu masih hidup. Karena ketidak tahuan dan kurang mengerti, sampai sekarang masih banyak orang salah menafsirkan kemampuan arwah, mengira bahwa arwah itu serba tahu dan serba bisa. sehingga banyak orang waktu berdoa di meja abu sembahyang atau dikuburan leluhurnya, meminta kepada arwah leluhurnya untuk membantu melindungi dan mengawasi keluarganya, bahkan banyak yang meminta dibantu usahanya supaya maju. Sebenarnya kebanyakan arwah tidak mempunyai kemampuan seperti itu, tidak serba tahu dan seba bisa. Di dalam menempuh perjalanan arwahnya, sebagian besar arwah membawa dirinya sendiri saja sudah susah, apalagi kalau sampai diminta untuk membantu dan melindungi keluarganya yang masih hidup, betul-betul beban perjalanannya akan berat. Oleh karena itu jangan meminta kepada arwah keluarga anda. Perjalanan arwahnya yang sudah berat, jangan ditambah lagi dengan permintaan-permintaan. Banyak upacara ritual untuk arwah masih dilakukan oleh keluarga almarhum. Seperti yang masih banyak dilakukan oleh ummat Kong Hu Cu dan Taois. Ada meja abu sembahyang, ada sembahyang Ceng Beng, sembahyang Cio Ko, sembahyang Sin Cia dan lain-lain. Apakah semua ritual sembahyang ini berguna untuk arwah? Apakah semua arwah yang diundang dapat hadir? Apakah hidangan yang disajikan dapat dinikmati oleh arwah? Apakah ritual sembahyang untuk arwah ini baik bagi keluarga almarhum? Apakah manfaatnya?
Alam arwah dan sorga
I. Susunan dan Sketsa Alam Arwah Dengan sketsa Alam Arwah ini kami ingin mengambarkan perjalanan arwah orang yang meninggalkan badan jasmaninya. Mulai dari alam transisi(1) yang umum dikenal dengan Alam Arwah Gentayangan. Kemudian masuk kea lam arwah yang sebenarnya, dimulai di bangsal penampungan dan ruang penghakiman (2), dari sini baru para arwah itu dikirim ke bagian-bagian lain di alam arwah untuk menjalani proses perjalanan arwahnya sesuai dengan amal perbuatannya dan ibadahnya waktu dia masih hidup. Tidak setiap arwah menajalani perjalanan arwahnya dengan urutan yang sama. 1. Alam Transisi / Alama Arwah Gentayangan. Alam Transisi adalah tempat diantara Alam Kehidupan duniawi dan Alam Arwah. Ditempat inilah para arwah yang belum dapat memasuki Alam Arwah ditempatkan dan ada rumah penantian. Alam Transisi ini dihuni oleh arwah dari: a. Orang yang baru meninggal. b. Orang yang belum waktunya meninggal. c. Orang yang menyandang ilmu non Ilahi. d. Arwah yang masih terikat kuat pada keduniawian. Di Alam ini, arwah masih bebas kemanapun dia ingin pergi dalam alam kehidupan duniawi. Di Alam ini tidak ada polisi dan lain-lain untuk menjaga ketertiban, berlaku hokum rimba, yang kuat yang berkuasa. Arwah di alam ini dapat disandera atau dipelihara untuk dimanfaatkan oleh sesama arwah maupun manusia hidup yang mempunyai ilmu untuk memberdayakan arwah, misalnya untuk meramal, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik maupun tidak baik dan lain-lain. Di Alam Transisi ini ada rumah penantian untuk menampung semua arwah orang yang baru meninggal , dengan syarat upacara ritual pemakamannnya atau kremasinya “berisi”, pemimpin upacara ritualnya mempunyai kemampuan spiritual untuk menghantarkan arwah almarhum sampai ke tempat penantian ini.
2. Bangsal Penampungan dan Ruang Penghakiman. Di Bangsal penampungan ini dikumpulkan arwah yang sudah waktunya untuk memulai perjalanan arwahnya di dalam alam arwah: istilah yang lebih popular adalah arwah yang sudah mendapatkan jalan . Ruangan ini berupa bangunan seperti hangar atau bangsal yang luas sekali, berkumpul banyak arwah dari berbagai bangsa dan ras. Mereka bercerita, suasananya seperti tempat pengungsian. Yang aneh, kata mereka bahwa antara arwah yang satu dengan yang lainnya tidak dapat berkomunikasi, dan tidak pernah bertemu dengan arwah yang waktu hidupnya saling kenal. Di ruang ini ada ruang penghakiman, dimana arwah menunggu gilirannya untuk diadili. Semua kebaikannya dibeberkan dan juga semua kesalahannya diperlihatkan melalui gambar-gambar di layar. Pengadilan ini menentukan kemana arwah itu dikirim untuk menempuh perjalanan selanjutnya.
3. Api Pencucian. Tempat api pencucian ini berupa banyak sumur dengan diameter +/-1,5 meter dan 2 meter, berisi api berkobar kobar dan binatang-binatang seperti ular, ulat/belatung dan lain-lain. Anehnya, bahwa binatang-binatang itu tidak mati atau hancur terbakar, begitu juga arwah yang dimasukkan ke dalam sumur itu. Arwah yang masuk kea pi pencucian ini dibakar terus menerus tanpa memperoleh waktu istirahat sampai selesai waktu yang ditentukan. Kebanyakan arwah segan atau malu untuk menceritakan pengalamannya dihukum di api pencusian ini, karena mengira dia masuk neraka. 4. Rumah Penghukuman Tempat ini untuk menghukum arwah yang mendapat hukuman dipukuli atau dicambuk, dan lain-lain. Hukuman ini hanya dilakukan pada siang hari saja, pada malam hari diberi waktu untuk istirahat, besoknya menjalani hukuman lagi sampai waktunya telah selesai/cukup. 5. Ruang Tahanan. Berupa Ruang kecil seperti sel tahanan, dihuni satu arwah. Ruang tahanan ini dibagi 3 macam yang dibedakan oleh penerangan yang ada di dalamnya. Ada yang gelap sama sekali, ada yang memakai pelita dan ada yang memakai lampu. Di luar pintu tiap ruangan ada penjaganya. Arwah penghuni ruang tahanan ini diberi kesempatan untuk beribadah /sembahayang di tempat-tempat ibadah yang ada di dekat situ. Para arwah ini tidak diberi pekerjaan apa-apa, jadi pengangguran. 6. Tempat Kehidupan Duniawi Tempat kehidupan duniawi di alam arwah ini untuk menghukum arwah yang sangat mendambakan atau sangat menginginkan terhadap kehidupan duniawi. Di tempat ini ada keluarga (bukan keluarga waktu masih hidup) , ada pernikahan, ada perdagangan jual-beli, dan lain-lain. Akan tetapi semuanya monoton dan menjemukan serta tidak ada kebahagiaan duniawi. Arwah yang dihukum di tempat ini akan butuh waktu yang lama sekali untuk dapat direinkarnasikan lagi. 7. Rumah Besar dengan 7 Penghuni. Di dalam rumah besar ini mempunyai 7 kamar yang masing-masing dihuni oleh 1 arwah . Ada Arwah yang tanpa pembantu/pelayan, tapi ada arwah yang mempunyai 1 pelayan yang akan membantu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, jadi para arwah yang tinggal di rumah ini setiap hari diberi tugas seperti memasak, mejahit , mencuci pakaian dan lain-lain untuk arwah perempuan. Sedangkan untuk arwah laki-laki diberi tugas seperti menyabit rumput, mengecat, memelihara ternak dan lain-lain. 8. Rumah Besar dengan 5 Penghuni. Rumah besar ini dibagi menjadi 5 kamar, masing-masing kamar dihuni oleh 1 arwah. Masing-masing arwah mempunyai 1-3 pembantu/pelayan yang akan membantu tugas-tugasnya. Arwah ditingkat ini mendapat tugas seperti juru tulis, membuat laporan-laporan, seperti pengawas dan lain-lain. 9. Rumah Besar dengan 3 penghuni Rumah besar ini dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing dihuni 1 arwah, masing=masing arwah mempunyai 3-5 pembantu yang akan membantu tugas-tugasnya. Arwah ditingkat ini mendapat tugas sebagai kepala bagian, Koordinator, kepala pengawas dan lain-lain. 10. Sorga, Rumah Besar dan Bagus dengan 1 Penghuni. Pada rumah besar yang mewah ini, ad ataman yang indah. Rumah ini hanya ditempati oleh satu penghuni saja dan mempunyai 7-12 pelayan/pembantu . Arwah ini ditingkat ini tidak dibebani tuga apapun. Ke 12 pembantu ini melayani semua kebutuhan yang diinginkan penghuninya. Apa saja yang diinginkan akan segera ada pelayan yang menyediakannya. Inilah tingkat tertinggi di dalam alam arwah, tidak dibebani pekerjaan, apa saja yang inginkan segera tersedia. Inilah mungkin yang disebut dengan SORGA di dalam kitab-kitab suci.
SKETSA ALAM ARWAH II. Komunikasi di Alam Arwah. Komunikasi di Alam arwah mempergunakan bathin atau yang lebih dikenal dengan telepati. Komunikasi secara telepati ini hanya berlaku untuk arwah dengan atasannya saja. Untuk menerima intruksi dari arwah atasannya. Jadi antara arwah tidak dapat berkomunikasi atau tidak dapat berbicara. Hanya saling pandang dengan expresi wajah yang berbeda-beda dan salam tanpa sentuh.
III. Sorga itu Apa dan Dimana Menurut beberapa kitab suci agama, sorga dijelaskan sebagai suatu tempat yang sangat menyenangkan, penuh dengan kebahagiaan dan penuh kesenangan, apa saja yang diinginkan akan diberikan dan dilayani. Kalau berdasarkan penjelasan ini, maka sorga itu adalah alam arwah tertinggi. Seperti yang diceritakan oleh nenek saya pada kasus 1. nenek saya dilayani oleh 12 orang pelayan, dan ingin apa saja segera dilayani. Tempat tinggalnya besar, indah dan semuanya sangat menyenangkan. Sorga seperti ini ada beberapa tingkatan, dibedakan dari besar dan bagusnya rumah tinggal, pakaian dan segala fasilitas hidup. Hidup di sorga yang serba menyenangkan ini, harus berhati-hati, sebab semua kesenangan yang dinikmati adalah hasil dari karma baik yang telah dikumpulkan untuk kesenangan di sorga, sehingga nanti direinkarnasikan lagi hanya membawa karma baik yang pas-pasan. Sorga bukan Nirwana, yang sudah sampai ke sorga belum tentu dapat menembus nirwana. Arwah dapat mencapai sorga sebab karma buruknya sudah terbayar lunas dalam hidupnya, jadi karma buruknya sudah nol. Tetapi jika didalam kesadaran rohaninya masih ada keterikatan keduniawian, maka arwah tersebut tidak akan dapat menembus kea lam Nirwana.
Dialog dengan arwah
Pada waktu itu kami berdua sedang menerima pelajaran tentang perjalanan arwah. Oleh Guru Roh kami, banyak arwah dari para leluhur orangtua kami, keluarga atau famili yang telah meninggal dihadirkan ke rumah kami untuk dialog degan kami, menceritakan perjalanan arwahnya, keadaannya, apa yang dialami, dan apa yang dikerjakan tiap-tiap hari. Kasus 1 : Nenekku di Sorga Suatu hari hadir arwah Nenek saya dari garis Ayah, inilah ceritanya: - Oh.. jadi kalian cucu-cucuku. Hatiku senang sekali dapat bertemu dengan kalian berdua. - Nenek, salam hormat kami berdua. Bagaimana keadaan Nenek? - Keadaan Nenek baik-baik saja, aku tidak butuh apa-apa, keadaan Nenek sudah enak. - Nenek tadi bagaimana dapat datang ke rumah saya? - Sudah beberapa hari ini, setiap sore atau malam, waktu nenek memandang ke bawah melalui jendela rumah maupun dari jembatan di taman rumahku, aku melihat 2 titik cahaya berkelip-kelip[. Dalam hatiku timbul pertanyaan, apakah gerangan 2 titik cahaya kecil yang berkelip-kelip itu? Sampai suatu hari ada yang datang kepadaku dan bertanya, apakah kamu mau melihat dua titik cahaya itu? Mari kuantar ke bawah menuju dua titik cahaya kecil yang selalu berkelip-kelip itu. Ternyata setelah sampai, kutemukan kalian berdua. - Nenek sekarang tinggal di tempat seperti apa? - Aku tinggal di sebuah rumah besar, aku dilayani oleh 12 pembantu, semuanya perempuan. - Apa saja yang dikerjakan 12 pelayan nenek? - Macam-macam, ada yang mengurus makanan, pakaian, kebersihan rumah, kebun dan tanaman, mengecat gedung, dan lain-lain. - Apakah Nenek yang mengatur dan memerintahkan mereka semua? - Tidak, ada yang mejadi kepalanya yang mengatur, mengawasi dan mencatat kegiatian mereka. Aku tidak tahu untuk apa itu. Yang aneh adalah kalau aku ingin makan sesuatu, tidak lama kemudian, ada yang datang membawakan makanan yang nenek inginkan. Kalau aku ingin dipijit, tahu-tahu ada yang datang memijit nenek, dan lain-lain. Semua yang aku inginkan tidak selang lama sudah ada yang datang membawakan untukku. Jadi aku tidak pernah meminta atau memerintah, mereka sudah tahu dan datang menyediakan. - Apa yang nenek kerjakan sehari-hari? Apa nenek tiap hari masih berdoa seperti waktu nenek masih hidup dulu? - Sehari-hari Nenek tidak bekerja apa-apa, semuanya sudah ada yang mengerjakan dan menyediakan kebutuhanku. Setiap hari aku masih berdoa , mendoakan anak cucuku dan buyutku. - Nek..nenek sekarang sudah tidak perlu mendoakan anak cucu dan buyut. Mereka semua sudah punya garis hidup masing-masing. Mereka semua sudah ada yang mengatur, Nenek tidak usah memikirkan mereka lagi. Yang Nenek pikirkan adalah berdoa untuk diri Nenek sendiri. Nanti setelah Nenek pulang Nenek mulai berdoa untuk diri nenek sendiri. - Aku ini sudah tidak butuh apa-apa lagi, semuanya sudah ada , jadi untuk apa aku berdoa untuk diri sendiri? - Walaupun Nenek sudah tidak butuh apa-apa lagi, dan semuanya sudah tersedia, tetapi Nenek perlu berdoa untuk diri Nenek sendiri. - Aku harus berdoa bagaimana? - Apakah Nenek di rumah ada meja sembahyang (altar)? - Tida ada,. Meja sembahyang yang bagaimana? - Nanti kalau Nenek sampai di rumah, Nenek minta saja. Nenek menginginkan meja untuk sembahyang, dan minta juga guru untuk mengajari nenek sembahayang dan berdoa, supaya nenek dapat melanjutkan perjalanan nenek menuju tempat yang lebih tinggi. - Oh … begitu. Baiklah, Nenek akan meminta seperti yang kalian ajarkan. Sekarang aku akan pulang dulu, nanti aku akan datang lagi untuk menceritakan apa yang nenek dapat kepada kalian. - Selamat jalan Nek.
Beberapa hari kemudian, Nenek saya betul-betul hadir lagi dan inilah ceritanya: + Cucuku sekalian, apa yang telah kalian beritahukan sudah aku jalani, dan betul, sekarang dirumahku sudah ada altar sembahyang dan ada guru yang datang untuk mengajari nenek sembahyang dan berdoa, dan juga memberikan pelajaran-pelajaran kepada nenek. - Ajaran-ajaran apa saja yang enenk terima? +Cucuku, sebelum akau turun tadi, aku dipesan tidak boleh cerita tentang ajaran-ajaran yang nenek terima. Ajaran-ajaran itu semua tidak boleh diberitahukan kepada manusia. Sebab bukan untuk manusia, katanya. - Baik nenek, cucu mengerti. Nenek perlu tekun belajar dan memperhatikan serta menuruti semua yang diajarkan oleh guru nenek, sebab semua yang diajarkan oleh guru itu sangat berguna dan penting untuk nenek. + Baiklah cucuku, tapi aku mau tanya, bagaimana kalian dapat mengetahui semua ini? Darimana kalian belajar? - Kami berdua mendapat pelajaran dan bimbingan dari guru roh masing-masing, dalam laku spiritual yang kami berdua jalani. + Setelah aku selesai belajar dari guru nenek, akau akan datang lagi pada kalian untuk cerita. Sekarang nenek pulang dulu. - Terima kasih nenek, selamat jalan. Hampir satu tahun kemudian nenek saya datang lagi dan bercerita: + Cucuku, kata guruku, pelajaran untuk nenek sudah cukup. Dan guruku memberitahukan kalau aku akan dipindahkan dari rumah nenek. Cucuku, aku takut, akau akan dipindahkan kemana? - Jangan takut, nenek akan dipindahkan ke alam nirwana. Disana semuanya jauh lebih baik dibandingkan keadaan nenek sekarang ini. + Apakah nanti aku masih boleh datang ke rumahmu lagi? - Nenek perlu minta ijin terlebih dahulu, nanti cucu juga akan membantu nenek meminta ijin turun dan datang ke rumah cucu lagi. Sekitar satu bulan kemudian, nenek saya datang lagi, inilah ceritanya: + Cucuku sekalian, aku sudah dipindahkan. Kau benar bahwa keadaan tempatku yang baru ini jauh lebih baik dan lebih enak. Udaranya saja harum dan wangi seperti bunga sedap malam. Disini banyak tanaman bung ayang indah dan besar. Suasananya tentram dan membahagiakan hati. Berbeda dengan tempatku dulu.iap Yang aneh, badanku menjadi muda kembali, diriku berubah tidak sama dengan yang dulu. Aku menjadi anak remaja putri. - Cucu bersyukur nenek telah berhasil memasuki alam Nirwana, dilahirkan kembali ke alam para dewa dengan jati diri baru. Apa yang nenek kejakan setiap hari? + Tiap-tiap hari aku diberi pelajaran-pelajaran, aku harus belajar, dan juga diberi tugas untuk mengantarkan para tamu yang datang pada sebuah Istana. Istananya besar sekali dan hanya aku yang diberikan tugas sebagai penghantar tamu. - Nenek perlu belajar dengan giatdan mengerjakan tugas nenek sebaik-baiknya, agar nenek cepat naik kelas yang lebih tinggi. + Kalian berdua sekarang tidak mudah mengenali nenek lagi, jatidiriku sudah berubah dari yang dulu. Walaupun demikian, bagaimanapun juga akau dulu pernah menjadi nenekmu. Aku akan berterima kasih pada kalian berdua yang telah menolong aku sehingga akau dapat menjadi seperti sekarang ini. Mungkin di waktu-waktu yang akan datang, aku sudah tidak bisa semudah sekarang untuk turun dan bertemu dengan kalian, sulit untuk mendapat ijin turun. - Nenek tidak usah khawatir, jangan dipikirkan. Sering-sering turun berkunjung ke tempat cucu berdua tidak baik untuk nenek. Hal itu dapat menganggu dan menghambat perjalanan nenek. Nenek perlu belajar dengan sungguh-sungguh dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Semoga suatu waktu kita masih diijinkan bertemu kembali. + Baiklah, sekarang aku kembali. - Selamat jalan nenek. Sedikit tambahan untuk penjelasan: - Nenek saya ini adalah anak pertama kakek buyut saya, sangat disayang dan tidak disentuh ajaran agama apapun. - Hatinya bersih penuh rasa kasih, penuh kepedulian, kebajikan, menjalani kehiddupannya dengan keiklasan yang tinggi. Semua penderitaan hidup dijalani dengan hati yang iklas. - Pada saat meninggal di pangkuan saya, SKKB nenek mencapai Nol. Tidak ada karma buruk yang terutang. Karma buruknya terbayar lunasdalam kehidupan ini. Oleh karena itu perjalanan arwah nenek mulus, langsung mencapai tingkat tertinggi di alam arwah, yang juga disebut sebagai sorga. dan dilayani oleh 12 pembantu. - Setelah menjalani laku spiritual di alam arwah, bersembahyang, berdoa dan belajar dari gurunya, nenek berhasil menembus ke alam Nirwana atau alam dewa dengan dilahirkan kembali memakai jatidiri baru. - Guru Roh saya masih beberapa kali mengijinkan saya bertemu dengan nenek saya. Pertemuan terakhir adalah pada saat nenek datang untuk berpamitan kepada kami berdua, dan mengatakan bahwa ini adalah pertemuan terakhir sebab nenek sudah diberitahu tidak lama lagi akan turun reinkarnasi lagi. Turun sebagai manusia yang telah memiliki roh berstrata " Nirwana" atau strata "langit". - Kakek buyut dan nenek buyut (Kongco & Makco) dari istri saya, juga kakek angkat istri saya, ke-3 arwah leluhur ini juga berhasil kami pandu perjalanan arwahnya sehingga mencapai alam Nirwana. Yang lainnya masih belum berhasil.
Pamanku Suka Kabur
Paman saya, sebut saja dengan nama Pak Amir. Pak Amir ini dalam hidupnya tidak percaya gaib dan juga tidak tersentuh ajaran agama apapun. Sembahyang yang dilakukan hanyalah rutinitas kebudayaan tradisionil Konghucu, seperti sembahyang tahun baru Imlek, sembahyang Ceng Beng dan lain-lain. Sebab kakek saya masih berpegang teguh pada kebudayaan tradisionil Konghucu. Setelah tua dan mulai lemah, bahkan sampai lumpuh, dihari tuanya oleh keluarga dan anak-anaknya, Pak Amir dibaptiskan sebagai ummat Khatolik. Ketika meninggal semua upacara ritual memakai tata cara Khatolik. Jenazah Pak Amir dikremasi di krematorium Cilincing dengan memakai kayu bakar. Karena saya mengenal Pak Amir sudah puluhan tahun dan di hari tuanya saya juga sering ngobrol di rumahnya, maka saya tertarik mengintip perjalanan arwah seseorang yang sepanjang hidupnya tidak percaya gaib dan tidak tersentuh oleh ajaran agama, lalu pada saat-saat terakhir di hari tuanya dibaptiskan sebagai ummat Khatolik dengan upacara ritual cara Khatolik yang tidak dia kenal. Sore hari itu, pada hari jenazah Pak Amir dikremasi, melalui mata bathin saya, saya mencari arwah Pak Amir. Saya temukan arwah Pak Amir masih berada di krematorium Cilincing, sedang duduk menunggu jenazahnya yang sedang dibakar memakai kayu. Pak Amir waktu masih hidup memang berpesan kepada anak-anaknya agar kalau dia sudah meninggal, jenazahnya minta dikremasi saja. Hati saya terharu mengetahui arwah Pak Amir masih duduk menunggui jenazahnya yang dibakar, sedangkan semua keluarga dan pelayat sudah pulang ia bingung dan resah sebab dia tidak tahu harus berbuat apa dan harus kemana. Untuk beberapa hari arwah Pak Amir hanya mondar-mandir di dalam rumahnya saja. Setelah beberapa puluh hari sejak meninggalnya, saya dan istri mendapat izin untuk menghadirkan arwah Pak Amir ke rumah saya, Inilah ceritanya: + Ee.. Kamu Herman dan Istrimu ini. - Selamat datang Pak Amir. Bagaimana keadaan Bapak? + Aku disini kok dapat berbicara dengan yang masih hidup. Di rumahku semua orang yang kuajak bicara diam saja, apa mereka tidak dengar ya? Tapi di rumahmu ini aku bisa berbicara denga kamu berdua. - Sekarang Pak Amir tinggal dimana? Masih di rumah Bapak dulu itu? + Tidak, aku sekarang tinggal di bangunan yang besar sekali, seperti hanggar/bangsal tentara, di bangunan ini ada banyak orang berkelompok, di pojok sini ada kelompok, di pojok sana ada kelompok lagi dan masing-masing kelompok ada pemimpinnya. Aku tidak tahu kelompok-kelompok itu siapa. - Apa Bapak punya kelompok? Kalau punya, kelompok Pak Amir seperti apa? + Aku memang ikut satu kelompok itu. Dikelompokku ini sehari-hari diajak berdoa dan bernyanyi, seperti berdoa dan bernyanyi di gereja begitu. Aku ini kan tidak pernah belajar bernyanyi dan berdoa, jadi aku tidak ikut bernyanyi dan berdoa. Jadi aku sering kabur dari kelompok ini dan pulang ke rumah ibumu dan saudaraku-saudaraku yang lain. - Pak Amir ada kelompok Bapak dan di bangunan bangsal ini ada penjaganya? + Ada penjaganya, tapi karena ada banyak kelompok dan banyak orang, maka aku bisa kabur keluar. - Kelompok -kelompok yang lain seperti apa pak? + Kelihatannya seperti kelompok-kelompok agama lain. Ada yang seperti orang Hindu di Bali itu, ada yang seperti orang Islam pakai kerudung, ada yang seperti orang Budha pakai jubah. Dan aku ikut kelompok orang-orang kristen atau Khatolik seperti di gereja yang sering kulihat di TV waktu masih hidup. Herman, aku mau tanya, kenapa aku di rumah dan dirumah saudara-saudaraku, aku tidak bisa bicara dengan mereka, begiutu juga dengan mereka yang kutemui di bangsal tempat kelompok itu berkumpul, mereka juga tidak ada yang bisa bicara. Mereka tidak bisa bicara satu dengan yang lainnya. - Pak Amir, semua arwah di alam arwah memang seperti itu, arwah tidak dapat berbicara dengan arwah lain dan juga arwah tidak dapat berbicara dengan manusia hidup, kecuali manusia itu punya ilmu ataupun kemampuan untuk berbicara dengan arwah, seperti Pak Amir sekarang ini bisa berdialog dengan kami berdua. + Kalau begitu akau akan sering-sering ke rumahmu untuk ngobrol. AKu kembali dulu ya, nanti dicari-cari. - Silahkan datang lagi Pak, Selamat jalan. Sedikit tambahan untuk penjelasan: - Pak Amir memang masih sering datang ke rumah kami berdua, bercerita sudah kemana-mana meninggok adik-adiknya yang masih hidup, termasuk ke rumah Ibu saya. Sampai suatu saat Pak Amir "naik" ke alam Arwah untuk memulai perjalanan arwahnya. - Beberapa lama arwah berada di alam transisi atau di alam arwah gentayangan, tidak ada rumusannya atau patokannya. Ada yang hanya sebentar antara 1 minggu sampai 1 bulan, tapi juga ada yang sampai 100 hari, bahkan sampai bertahun-tahun. - Keluarga yang masih hidup tidak usah mengkhawatirkan keadaan arwah mereka sebab sudah ada yang menampung dan mengurus mereka di alam arwah gentayangan/transisi seperti arwah Pak Amir. Terkecuali arwah Pak Amir yang sedang kabur dari kelompoknya. - Untuk orang meninggal yang upacara ritual pemakamannya "kosong" yang dipimpin oleh Suhu, Biksu atau pendeta dan Pastor yang belum mempunyai kemampuan spiritual yang cukup untuk dapat megantarkan arwah sampai ke kelompok di ruang penampungan. Maka arwah almarhum tidak dapat memasuki ruang penampungan dan bergabung dengan kelompok-kelompoknya.
Keluhan Dari Alam Arwah
- Saya ...Wira. Saya tahu kalian waktu di kuburan bersama anak dan cucu saya. + Ya Om Wira. Sekarang keadaan Om Bagaimana? - Keadaan saya masih susah..., masih susah. Dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Tidak sesuai dengan waktu hidup saya dulu. + Apa Om sudah berdoa? - Dari dulu saya berdoa, saya berdoa untuk anak dan cucu saya. + Apa Om juga berdoa untuk diri Om sendiri? - Ya, saya juga berdoa untuk diri saya sendiri. + Apa isi doa Om untuk diri sendiri? - Saya berdoa seperti waktu saya hidup dulu, minta selamat dan sehat. + Apa Om pernah berdoa minta pengampunan dari Tuhan? - Saya rasa doa seperti itu belum pernah saya lakukan. + Sekarang Om perlu merubah isi doa Om, Om perlu berdoa memohon pengampunan atas semua dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah Om lakukan, ini yang pertama. Jangan gunakan kata-kata "kalau bersalah" "bila ada dosa-dosa" dan "jika bersalah" karena ini berarti belum menyadari dosa dan kesalahannya. Yang kedua, memohon keringanan hukuman dan yang ketiga meminta pembimbing atau guru pembimbing untuk membimbing dan mengajari Om bagaimana cara berdoa yang baik dan benar, dan juga bagaimana menjalani perjalanan arwah Om dengan baik dan benar. Dan Om jangan lagi berdoa untuk anak cucu. _ Kenapa saya tidak boleh berdoa untuk anak cucu? + Sebab mereka masing-masing sudah mempunyai garis kodrat hidupnya dan ditentukanoleh Tuhan. Dan lagi perjalanan Om lebih berat dari mereka, jadi jangan ditambah beban lagi, beban keterikatan duniawi. - Oh begitu. + Sekarang apa yang om kerjakan sehari-hari? - Kenapa bertanya seperti itu? + Untuk mengetahui sampai dimana perjalanan arwah Om dan bagaimana keadaan Om. - Sehari-hari yang saya kerjakan adalah kerjaaan yang kasar, kerjaan yang rendah, kerjaan untuk orang yang tidak berpendidikan, yaitu memberi makan kambing. Dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Suatu pekerjaan yang rendah. + Tempat tinggal Om seperti apa? - Saya tinggal di sebuah rumah besar, bersama 2 orang lain. Yang satu orang eropah dan yang satu seperti saya. Kedua orang ini sudah sering berganti-ganti, yang lama dipindahkan dan datang yang baru, tapi saya tidak pernah dipindahkan, dari dulu tetap di sini. - Om punya pembantu? + Saya punya 3 pembantu, satu yang mengurus makanan, satu untuk urusan pakaian dan satu lagi untuk kebersihan. + Berdoalah seperti yang saya ajarkan tadi, dan mintalah meja sembahyang (altar) dan guru pembimbing, maka tidak lama Om akan dipindahkan ke tempat dan pekerjaan yang lebih baik dan enak. Kalau Om mau, om bisa berdoa disini dan saya akan membantu doa Om ke Tuhan Yang Maha Kuasa. - Apa saya boleh sembahyang di sini? + Boleh, saya akan membantu doa Om. Silahkan. - .....Luar biasa, belum pernah saya melihat seperti ini, setelah saya sembahyang, sya melihat cahaya terang sekali dan di tengahnya ada malaikat yang ada sayapnya, turun mendatangi saya, tangannya yang dikatupkan dibuka dan diletakkan di kepala saya. Dalam hidup ini, baru kali ini saya mengalaminya. + Apa yang Om lihat mengenai rumah saya? - Wah rumah ini begitu indah dan besar, ada bangunan Klenteng, ada gereja, ada Vihara, ada seperti Pura, ada Masjid dan ada Salib Emas yang besar sekali melebihi diri saya. Bangunan itu bertingkat-tingkat dalam arti ada yang menempel di tanah, ada yang mengapung di udara dan ada yang mengapung lebih tinggi. Sudah ada yang menjemput saya. Saya berterima kasih telah ditolong dan permisi untuk kembali. + Selamat jalan Om. Ny, Wira - Bagaimana kalian dapat kenal dengan anak dan cucu saya? Saya tadi telah ikut mendengarkan semua yang dibicarakan kalian dengan suami saya, semuanya sudah saya mengerti, apakah saya juga boleh sembahayang disini? + Boleh tante, saya akan membantu doa tante. Silahkan. - .....Luar biasa sekali, ada malaikat yang turun menjemput saya, terima kasih kalian telah menolong saya, permisi untuk kembali. + Selamat jalan Tante. Sedikit tambahan untuk penjelasan: 1. Sebenarnya arwah Wira ini sudah berada pada tempat yang baik, dengan memiliki tiga pembantu dan tempat tinggal di rumah besar. Akan tetapi karena kemelekatan pada kehidupan duniawinya dulu, maka dia masih berkeluh kesah terhadap keadaannya, apalagi terhadap pekerjaan sehari-hari yang dianggapnya pekerjaan yang rendah dan kasar. Kemelekatan inilah yang membuat macet dan terhambat perjalanan arwahnya. 2. Pada waktu hidupnya Wira adalah orang kaya di kotanya, tidak pernah berpikir olehnya bahwa setelah meninggal, dalam perjalanan arwahnya harus mengerjakan suatu pekerjaan yang menurut dia sangat rendah dan kasar. 3. Di dalam alam arwah, arwah masih perlu berdoa, isi doanya perlu diubah dan disesuaikan, sebab doa yang bersifat duniawi sudah tidak cocok untuk arwah. Umumnya arwah masih terbawa oleh kebiasaan berdoa seperti waktu hidupnya, isi doanya hanya keduniawian saja. Oleh karena itu biasakanlah berdoa yang bersifat kerohanian sewaktu masih berada di alam kehidupan ini.
Arwah Ibuku Mencari
Dialog pertama kali yang kami lakukan adalah dialog dengan Mama Kandung saya, dari dialog ini kami mengetahui bahwa sakit diwaktu hidupnya masih dapat terbawa di alam arwah, dibutuhkan izin untuk berkunjung ke rumah anak-anaknya, ada pengawal yang menjaga dan mengantar, ada tempat ibadah dan tidak dapat berbicara dengan arwah lain, dan lain-lain. + Loh..., kamu sekarang jadi pintar dapat berbicara dengan orang yang sudah meninggal. - Ya, ma, karena kami berdua telah mendapat berkah dari Tuhan dan sekarang keadaan Mama bagaimana? + Ini loh, bekas operasi yang dulu kok masih sakit dan tidak sembuh-sembuh, masih keluar cairannya dan sakit, dulu ada dokter Trisno yang mengobati, sekarang tidak ada yang mengobati Mama, jadi Mama datang ke rumahmu untuk minta diobati. Mamah datang tidak dapat lama-lama, sebentar lagi akan ada yang menjemput untuk dipulangkan, rumahku jauh sekali, pulang pergi akan melelahkan sekali. - Kok sampai melelahkan sekali, apa tidak cuma seperti terbang gitu? + Ya tidak, mana bisa terbang segala, ya ada kenderaannya, kereta ditarik seperti menjangan dan ada kusirnya. Mamah kalau kemari harus minta ijin dulu, lalu ada yang mengantar, kadang-kadang kalau Mama lagi sakit, mama minta ijin untuk kemari dan minta tolong padamu, sering kali kau dan istrimu tidak tahu, yah mama harus kembali lagi dalam keadaan masih sakit. Walaupun telah sering kau obati, tapi masih sakitnya timbul dan timbul lagi . Mungkin ini karena dosa-dosaku karena aku dulu aku tidak mau berdoa dan beramal seperti yang kau ajarkan. Aku mengira kalau suah meninggal itu sakit-sakitnya akan dapat hilang semua, ternyata tidak. - Ya... nanti lama-lama kan bisa sembuh, itukan masih terbawa perasaan saja. + Perasaan-perasaan bagaimana? Diberitahu kok malah dibilang hanya perasaan saja, ini sakit benaran, bukan perasaan. - Ya ya, Mama mau diobati sekarang atau nanti saja. + Nanti saja, aku mau ngobrol dulu, waktu tahun baru imlek yang lalu kenapa tidak mengadakan sembahyang? Aku sudah senang-senang dan datang kerumahmu, tapi disini sepi-sepi saja tidak ada apa-apanya. - Ya karena waktu itu ada banjir besar dan tahun barunya jatuh pada satu hari sebelum lebaran, jadi tidak dapat menyediakan makanan dan kue-kuenya. + Ah .., sembahyang seperti itu tidak perlu repot-repot, dihidangkan semangkok nasi dan sayur serta secangkir teh sudah cukup, untuk arwah orang mati itu semua makanan mempunyai rasa yang sama, kau sediakan makanan begitu banyak rasanya semua sama dan tidak bisa dirasakan. - Semua rasa sama itu hanya Mama yang merasakan begitu atau yang lain juga merasakan seperti itu? + Ya ngak tahu, ya kau tanyakan situ kepada Ayahmu dan Kakekmu. - Apa Mama tidak pernah tanya kepada mereka? + Ngga bisa, mau ngomong saja susah, aku ajak ngomong mereka diam saja, apa mereka tidak dapat dengar atau bagaimana, tapi mau ngomong saja susah sekali. Kok arwah orang mati itu begitu ya? Ngga bisa ngomong dan ngobrol. - Ya mungkin harus punya kekuatan dulu untuk bisa berbicara antar arwah. + Nah kalau begitu coba aku dimintakan kekuatan supaya aku dapat gobrol dengan nenekmu dan saudara-saudaraku, aku ingin sekali ngobrol dengan mereka tapi tidak bisa, kalau dirumahmu sini lumayan bisa ketemu sampai dekat, yang bikin jengkel adalah tidak bisa ngobrol. Waktu masih hidup dulu dengan sekarang setelah mati, mau berpergian susah sekali, makanan rasanya sama semua, mau bicara nga bisa, orang-orang di sekitar yang dekat juga tidak ada yang kenal. - Mamah waktu hidupnya dulu senang berkenalan dengan orang-orang disekeliling mama, apa sekarang sudah banyak kenalan atau teman? + Aku malas kenalan, kau tidak tahu orang seperti apa yang ada disekitarku, orang bule, orang yang hitam, orang arab, semua asing bagiku, jadi malas. - Mama kalau ketemu dengan mereka itu ditempat seperti apa? + Ya agak susah untuk diceritakan karena beda dengan di dunia, rumahnya beda bentuknya. - lalu apa yang dikerjakan sehari-hari? + Aku sehari-hari tidak melakukan apa-apa, ya ngangu. Rumah yang kau kirim dulu itu sudah tidak ada lagi, aku hanya sebentar tinggal disitu, mungkin tidak sampai satu tahun. Memang waktu aku tinggal di rumah itu aku senang sekali, di rumah itu semua ada, ada pelayannya, ada kebonnya, ada ayam dan lain-lain. Tapi aku tinggal disitu tidak lama, aku dijemput dan dipaksa untuk diajak pergi dan ditaruh di rumah kecil yang hanya ada satu ruangan kecil yang tidak ada apa-apanya, aku tidak betah. Di sana juga ada klenteng dan aku sering ingin masuk ke klenteng itu tetapi tidak boleh, ada penjaganya. Maksudnya aku mau berdoa minta ke Dewi kwan Im supaya bisa kembali ke rumahku yang lama, tapi tidak bisa. Klenteng saja dijaga, tidak seperti dulu, siapa saja boleh masuk. Ceritakan ini semua kepada saudara-saudaraku, siapa tahu nantinya mereka ada yang bisa aku ajak berteman disini. Beritahu mereka bahwa kalau sakit disini tidak ada yang memberi obat, sedangkan anak-anak mereka belum tentu ada yang bisa mengobati seperti yang kau lakukan. - Bagaimana saya harus memberitahu mereka atau anak-anaknya, mana mereka mau percaya, sedangkan dulu waktu masih hidup , kalau saya ceritakan seperti itu toh mamah juga tidak percaya. Tapi walaupun begitu nanti saudara-saudara mamah yang anak-anaknya percaya dan mau minta tolong untuk arwah-arwah orangtuanya saya pasti akan menolongnya. + Aku ini kangen sekali dengan saudara-saudaraku yang telah meninggal tapi tidak pernah bisa bertemu dengan mereka, walaupun hanya sekali, kecuali pada saat acara sembahyangan di tempatmu,semuanya dapat hadir dan bertemu, tetapi tidak dapat bicara, aku ingin sekali dapat ngobrol dengan mereka seperti waktu masih hidup dulu. Ini semua dosa-dosa apa yang sebenarnya disandang oleh mereka masing-masing. Dulu waktu masih hidup tidak ada yang mau percaya kok sekarang jadi susah begini. Aku mau berkunjung ke anak-anakku saja susah sekali, kalau setiap tanggal satu atau limabelas akau dapat ijin berkunjung sebentar dan aku diminta milih mau berkunjung yang mana, ya aku milih berkunjung ke rumahmu saja karena aku bisa minta obat, tapi kok baru sekarang aku bisa bicara dengan kamu berdua. Bersyukur sekali bahwa Tuhan telah memberi kalian berdua dapat berbicara dengan kamu berdua. Kok adik-adik tidak bisa seperti kau dan aku sebetulnya ingin sekali kalau anak dan cucuku banyak yang bisa seperti kau berdua, supaya nanti dapat menolong para arwah orangtuanya. Loh kok aku sudah dijemput, disuruh kembali, beritahu supaya menunggu sebentar dan aku diobati dulu supaya aku kembali sudah tidak sakit. - Selamat jalam mamah. Tedrima kasih atas kunjungannya. Sedikit tambahan untuk penjelasan: - Arwah Ibu saya adalah arwah yang paling banyak dan paling sering hadir di rumah kami. Banyak dialog dan cerita yang disampaikan kepada kami berdua tentang perjalanan arwahnya. Dipindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Terakhir tinggal di rumah besar dengan 3 penghuni. - Tiap tahun hadir bersama-sama arwah dari keluarga besar kami berdua, di dalam upacara sembahyang Sin Cia (Tahun Baru Imlekj). Mereka Bisa saling bertemu di Upacara sembahyang ini, setelah itu masing-masing kembali ke tempat masing-masing dan tidak dapat bertemu sama sekali. - Tidak semua arwah dari silsilah keluarga besar kami berdua dapat hadir. Ada yang idak dapat hadir sebab masih menjalani hukuman yang cukup berat. Dan juga tidak dapat hadir lagi karena sudah Reinkarnasi kembali. - Ada sakit yang masih terbawa terus ke alam arwah, tetapi juga ada yang hilang begitu saja setelah arwah meninggalkan tubuhnya. - Rasa semua makanan adalah sama yang dikatakan oleh Ibuku tidak untuk seterusnya, hanya sementara saja.
Perjalanan Arwah Bang Dullah
Bang Dullah adalah teman saya dalam satu sanggar spiritual. Setelah meninggal arwahnya hadir sebanyak 5 kali di rumah kami, dia menceritakan perjalanan arwahnya, inilah rangkuman dialog yang kami lakukan. Nama-nama dalam tulisan ini bukan nama yang sebenarnya. Meninggal waktu nonton TV, arwahnya ikut ke rumah sakit dan masjid. + Assalammualaikum - Mualaikum salam + Dik Herman, saya telah menjadi arwah, saya kepingin tahu kalau sudah mati itu terus bagaimana? Kesana kemari saya nengok Mansur, nengok dik Mardi, nggak ketemu, saya mencari dik Giman ini rohnya dimana, di rumahnya ngga ketemu, saya nenggok sekolah saya, disana lagi sepi. - Bang Dullah ini sementara tinggal dimana? + Saya ini tidak punya rumah, jadi saya ini kalau kepingin pulang ya di Batanghari. Lha barang-barang saya kan masih di sana semua, kan belum ada yang membereskan, itu kalau dianggap pulang. Nah sekarang aku mau cerita perjalanan saya. Orang mati itu rasanya begitu ya, jadi ceritanya saya nonton TV, lha kesenangan saya itu kan nonton TV wayang, Saya ditemani satu-satunya murid saya. Kebetulan dia dolan menemani saya, tiba-tiba jantung saya kok berdebar-debar. Rupanya saya tidak siuman, saya dirumah sakit meninggal, saya tunggui jenazah saya itu. Ya itu mungkin sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Lalau saya Zikir, saya Zikir di sebelah jenazah saya. Saya Zikir terus sampai pagi, sampai kemudian saya melihat saudara-saudara saya, keponakan -keponakan yang datang berdoa, kemudian saya dirawat, dirapikan semua, dimasukkan peti dan disemayamkan di masjid. Belum siap meninggal, Zikir dan ditegur malaikat. + Saya ini sebetulnya tidak siap, tidak terpikir oleh saya kalau mati mendadak. Yang saya pikirkan selama saya hidup ialah ilmu saya itu akan saya ajarkan sebanyak-banyaknya, saya gali terus sedapat mungkin, wong saya sudah tua ya sebisanya saja, sambil nggelatuk/pelan-pelan saya ajarkan. Setelah saya meninggal ini, saya coba melakukan zikir, didalam zikir itu saya sebagai arwah, saya melihat ada malaikat datang, saya dituding: " Kamu itu zikir terus itu mau apa?" Lho Wong zikir kok mau apa? Zikir itu kan memuliakan Allah, kewajibannya manusia, saya heran, apa salah manusia itu zikir memuliakan Allah? M "Zikir itu tidak salah, tetapi kalau dilakukan tanpa batas, ya salah!" + "Memuliakan Allah itu kok ada batasnya, itu bagaimana ceritanya?" M " Kau manusia tahu apa! Apa kau pernah belajar tata hukum yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa? Hukumnya alam gaib, Hukum-hukum yang dibuat oleh yang Maha Kuasa itu apa kau tahu? Siapa yang memberitahu kamu kalau memuliakan Tuhan itu boleh dilakukan terus tanpa batas? Siapa yang mengajarkan kepadamu? Di buku suci mana kau membaca bahwa memuliakan Tuhan itu boleh dilakukan tanpa batas. Kalau kau dapat menyebutkan darimana kau tahu, siapa yang mengajarkan dan dari buku mana yang menyebutkan itu, katakan padaku!" + Aku cep kelakep, tidak bisa menjawab. O, jadi begitu ya. Wah wah ... ini kalau manusia sok pintar, ya begini ini oleh-olehnya. Nah sekarang ini caranya bagaimana memberitahukan manusia. Tapi saya juga paham, saya yang begitu mendalami ajaran ajaran agama, saya tahu persis seperti apa penafsirannya, ternyata penghayatannya yang kurang. Nah ini makanya saya datang untuk menceritakan kepada anda sekalian, silahkan dipelajari sendiri. - Ya terima kasih Bang Dullah, tapi ini semua hanya untuk kami berdua saja lho, karena orang lain tidak akan percaya. + Ya saya memang tahu, saya sudah tahu. Saya sendiri waktu masih hidup juga begitu, nah itulah, cuma apakah anda sekalian bersedia menceritakan kepada teman-teman sendiri seperti Noto, dik Mardi, ya yang masih hidupi saja? - Oh ya, saya bersedia bang, saya bersedia. + Manusia ini memang tidak ada yang sempurna, saya tadi juga ikut mendengarkan petunjuk-petunjukknya Sang Dewi Welas Asih untuk anda sekalian, saya mendengarkan dan itu memang benar sekali, yang Maha Sempurna, yang Maha Tahu itu hanya satu, yaitu Gusti Allah. Arwahnya keliling keteman-teman yang masih hidup. - Bang Dullah, apa abang sudah bertemu dengan Dewi Mumtaz dari India? + Wah, saya tidak bisa ketemu dengan Mumtaz. Saya sudah berkelana kemana-mana. - Sudah ketemu siapa saja abang? + Setelah saya berkeliling kesana kemari, ya ke sanak keluarga, teman-teman, ke pejabat-pejabat, itu semua teman-teman saya. Saya lihat dan saya datangi mereka, seperti silaturahmi saja, saya tidak bisa melihat sesuatu yang lain. Ya melihat mereka sehari hari, seperti kalau ketemu begitu. Itu yang dolan ke tempat-tempat kenalan. Bertemu sesama arwah dan keadaan alam arwah gentayangan/alam Transisi.
+ Tapi disamping itu ada sisi lain yang justru ingin saya sampaikan, yaitu sisi alam gaib. Jadi begini dik, setelah saya meninggal saya ketemu arwah-arwah lain yang tidak saya kenal. Malah yang saya kenal tidak ada satupun yang saya temukan, yang dulunya pernah saya kenal. Nah, dialam gaib itu tern yata tidak dapat berkomunikasi, tidak dapat berbicara, jadi ya diam-diaman saja, nah itulah anehnya. - Kalau nanti bisa berbicara, arwah-arwah itu akan ribut bang, saling hujat dan memaki. + Nah benar, benar Jeng Herman, nanti kalau bisa bicara malah berkelahi, benar adanya itu. Jadi karena tidak dapat berbicara ya kalau marah langsung patentengan/bersitegang dan langsung jotosan. Kalau tidak ya diam saja dan minggir. Di dalam gaib juga ada jotosan. Ya ada rebutan tempat, umpamanya kalau mau berteduh di suatu teras, kalau disitu sudah ada yang berteduh, ya kadang-kadang dia diam saja, berarti kalau mau ikut berteduh boleh. Tapi kalau yang sudah ada disitu pentolan atau preman, kalau hujan dia tidak menginginkan yang lain ikut berteduh. Emperan/teras yang saya maksud itu bukan seperti terasnya orang hidup, tetapi teras di alam gaib. Di dalam alam gaib ini juga ada bangunan rumah gaib, rumah di alam gaib. Kemudian saya mencari-cari di alam gaib ini apakah ada mushola atau tidak, saya mau sholat. Ternyata mushola di alam gaib tidak ada, jadi saya masuk ke mushola benaran, musholanya orang hidup. Saya masuk dan saya ikut sholat. E, ternyata disitu juga ada beberapa arwah yang ikut sholat. Saya melihat ada yang sholat, ada yang sembahyang tetapi tidak ada suaranya, jadi jengkang-jengking begitu aja. Lha saya ya sholat sendiri, setelah sholat saya keluar lagi. Lha Masjid itu, masjidnya orang hidup itu ada penjaga gaibnya, jadi kalau sudah sholat ya diusir keluar. " Ini bukan untuk tiduran, bukan untuk istirahat, ini untuk orang sembahyang," katanya. Yah sehari-hari saya ya begitu saja. Saya kesana kemari, waktu sembahyang masuk ke mushola, habis sembahyang keluar, keliling, berteduh di sana dan berteduh disini, tidak mempunyai tempat lagi. - Lho Bang Dullah apa sudah tidak di Batanghari lagi? + Saya sudah tidak kesana lagi, kan jagad dunia ini sebegini besarnya, untuk apak kembali ke sana lagi? Ya saya keliling kemana-mana, kepingin tahu, saya mengitari alam dunia ini. Waktu saya masih hidup dulu harus butuh uang untuk keliling. Sekarang mumpung tidak usah membayar, saya keliling dunia melihat kemana-mana. - Apa Bang Dullah sudah ke India? + Saya sudah ke India, tapi tidak ketemu dengan Mumtaz. Saya tidak ketemu. Begitulah, dialam gaib itu rumit-rumit sekali. - Ya bang, sekarang ini abang masih dalam alam Transisi, kalau nanti masuk ke alam arwah akan lain keadaannya. + Ya saya tahu, saya tahu saya sekarang ini kan arwah gentayangan, belum menempuih jalannya menuju Gusti Yang Maha Kuasa. - Nanati suatu saat abang akan memasuki jalan itu. + Betul-betul, sekarang masih bisa gojek/bercanda dengan kalian. Saya tahu di dalam ilmu yang saya anut ada juga alamnya arwah di dalam alamnya manusia, yang disebut alamnya arwah gentayangan. Sebetulnya bukan gentayangan, tapi alam arwah yang masih di dunia ini, ikut alam dunia. Itulah yang disebut alam barsa. Nah itulah, nanti disitu mulai ada pengadilan, pengadilan Allah dimulai, nah saya belum sampai disitu. Mudah-mudahan sesecaptnya sebab bagaimanapun saya ingin meningkatkan spiritual saya juga. Mengunakan ilmu yang saya pelajari waktu hidup itu, ingin saya pergunakan untuk meniti perjalanan saya.
Manusia dilihat oleh arwah - Bang Dullah, kalau abang melihat saya sekarang ini, apakah abang melihatnya masih seperti dulu kalau abang masih hidup? + Tidak sama, saya melihat anada berdua ini seperti melihat film, agak transparan. Tapi saya melihat anda berdua ini, saya melihat ada aura, aura anda berdua ini bagus. Yang dik Herman ini auranya melingkupi seluruh badan, kira-kira tebalnya 5 cm, menurut perkiraan saya, warnanya mirip es tapi lebih bening, lebih jernih. Kalau kaca es kan tidak tembus pandang, tapi ini lebih bening. Kalau Jeng Herman ini auranya lebih tipis tapi tembus pandang, seperti kaca bening. Nah ini lho, di atas kepalanya ada lingkaran putih seperti piring. - Apa kelihatan jelas? + Iya jelas, saya tidak mengerti itu maknanya apa, tapi dalam perjalanan saya keliling dunia, memang saya temui beberapa manusia seperti jeng Herman, mempunyai tanda itu. Nah sekarang giliran anda berdua cerita! - Ya bang, yang dapat saya ceritakan kepada bang Dullah adalah cerita dari arwah-arwah yang pernah datang kemari. Nanti kalau bang Dullah telah memasuki alam arwah, akan abang temui tempat api pencucian, kemudian akan ada ruang besar dimana arwah-arwah itu menerima pengadilan atas laku-lakunya sewaktu masih hidup. Kemudian akan ada ruang kecil, katanya kalau di dunia ini ya seperti ruang tahanan begitu, katanya Pak Giman juga sudah sampai di situ. + Oh ya? - Dan kalau terus naik, nanti akan sampai pada apa yang disebut sebagai sorga itu. Keliling dunia gratis, Mekah, Roma dan Taj Mahal. Di Mekah dibawa malaikat naik ke langit. + Saya sempat keliling dunia gratis, tapi saya tidak naik pesawat dapat keliling dunia. Saya pergi ke Mekah di batu hitam itu lho. Hajar Aswat yang hitam persegi, yang diputari kalau orang mau naik haji. Saya kesitu, saya melihat, mendekat dan memegang batu itu. Luar biasa kekuatan yang ada disitu. Kalau dilihat oleh mata nya orang mati, tidak seperti yang terlihat oleh orang hidup yang tampak hitam, ditutupi , tidak seperti itu. Secara gaib itu adalah sesuatu yang cemerlang sekali. Bersinar dan sinarnya gebayar-gebyar berpendar-pendar gemerlapan seperti berlian atau apa-apa yang berpendar-pendar gemerlapan seperti berlian atau apa-apa yang berpendar-pendar gemerlapan seperti berlian atau apa-apa yang berpendar-pendar dan clorot-clorot. - Warnanya apa bang? + Putih, putih cemerlang sekali, bagus sekali. Di empat sudutnya ada yang jaga, di empat sudutnya di jaga masing-masing satu kadam yang membawa sebuah pedang panjang, luar biasa sekali.ha saya ini tidak mengerti, kok dijaga itu supaya apa? - Waktu abang kesitu, apa tidak ada penjaga yang melarang abang masuk. + Lho saya diijinkan kok, lha saya ini kan orang Islam. Nah saya kan boleh masuk, saya menyebut."Salam mualaikum" - "Mualaikum salam." Lha itu tandanya saya orang Islam, jadi saya boleh masuk. Saya bersujud dan saya mencium batu itu, kemudian ada malaikat turun, tangan malaikat itu diletakkan di kepala saya, diubun-ubun saya, kemudian dia mengucap sesuatu, tapi saya tidak jelas, itu bahasanya bahasa apa? Dia meletakkan dikepala saya, di ubun-ubun saya, kemudian dia mengucap sesuatu, tapi saya tidak jelas, kemudian dia mengucap sesuatu, tapi saya tidak jelas, itu bahasanya bahasa apa? Dia meletakkan tangannya di atas kepala saya sambil mengucapkan sesuatu. Kok sepertinya di ayat-ayat Al-Quran tidak ada. Nggak tahu saya ngomong apa itu, pada saat itu langit seperti terbuka terang benderang. Cemlorot ada cahaya besar, sebesar pohon yang besar. Kira-kira 5 rentangan tangan orang kalau digandeng-gandeng membuat lingkaran, cemlorot dari langit. Nah, kemudian saya diangkat oleh tangan malaikat dibawa naik ke atas. Saya diangakat meniti cahaya itu, ibaratnya naik ke atas. Saya diangkat meniti cahaya itu, ibaratnya seperti jalan. Mungkin kalau orang mati sudah dapat jalan ya seperti itu ya. dijemput malaikat menaiki cahaya itu naik ke langit. Tapi setelah sampai kok saya dimasukkan ke dalam rumah begitu saja lalu ditinggal. Jadi saya tidak mengerti kalau selanjutnya harus bagiamana, saya tidak tahu sayan harus bagaimana? - Minta bang, minta diajari abang harus bagaimana? + Minta, itu minta kepada siapa? - Minta kepada penjaga itu bang. Minta supaya abang dikirmi guru untuk mengajari abang berdoa dna menempuh perjalanan abang di alam arwah. + Oh begitu ya. Saya kira karena tidak ada siapa-siapa, lalu saya mau minta kepada siapa? Nah selama di tempat itu saya bukannya tidak beribadah, tiap pagi-sore pada waktu-waktu sholat saya tetap sembahyang 5 waktu, juga berzikir seperti waktu hidup dulu. Saya lakukan sembahayang 5 waktu sebagaimana umat Islam. - Abang harus minta, kalau abang diam aja, ya akkan didiamkan aja. + Iya ya, Lha wong ngga ngerti, lho ini kok ndilalah/kebetulan sampaean lebih tahu. Belum pernah mati malah lebih ngerti? - Yah saya mengerti karena diceritain oleh arwah-arwah yang datang kemari. + Ya itu bagus dik. Jadi dapat diceritakan seperti kepada saya ini. Yah... kedatangan saya sowan / berkunjung ke tempat sampaean kok tidak sia-sia, ya ada saja yang saya peroleh manfaatnya dan tetap menyambung tali silahturahmi. - Iya bang.
Melihat aura manusia, pendamping gaib manusia dan cahaya langit
(masih kisah perjalanan arwah bang Dullah) :
+ Menyambung cerita saya mengenai aura manusia, waktu saya di rumah jeng Yani, saya melihat beberapa orang. Dimatanya orang mati, melihat manusia itu seperti begitu ya. Saya melihat aura anda berbeda dengan istri anda. Begitu juga jeng Yani, saya melihat Onny juga lain, melihat Budi lain lagi. Ada beberapa perbedaan. - Bedanya bagaimana bang? + Ya, ya, saya akan ceritakan, seperti yang pernah saya ceritakan kepada anda, anda punya aura yang putih, putih itu seperti kaca susu, kaca es, tetapi lebih bening dari kaca es. Saya melihat jeng Herman auranya putih seperti kaca tembus pandang, bening tapi di atas kepalanya ada lingkaran seperti piring, seperti rembulan di atas kepalanya. Kemudian saya melihat Budi, auranya tipis, tipis sekali dan bagus, putih bersih auranya. Kemudian jeng Yani, dia mempunyai aura yang lain, auranya agak kebiru-biruan, saya tidak tahu apa artinya. Aura itu berbeda sekali dengan semua yang hadir di situ. Nah kemudian saya lihat Diah, dia mempunyai aura yang agak kuning, putih kekuning-kuningan seperti rembulan yan gagak kuning, tapi agak tebal auranya. Kemudian di belakang Diah itu ada sosok yang mengikuti, laki-laki mengenakan pakaian kejawen, memakai jas jawa yang memakai krah di leher, seperti krah cina, warnanya krem memakai kain jarik lereng, memakai blangkonseperti adatnya orang jogya, bajunya orang jogya, memakai rantai yang dikaitkan ke kantongnya jam. Nah sosok ini mengikuti Diah. Kemudian Onny, Onny ini kok aneh ya, waktu saya hidup, saya mengenal Onny ini banyak menolong orang, dia punya ilmu untuk menyembuhkan orang, salah satunya dari garis Islam. Saya tidak tahu kalau dia masih punya ilmu-ilmu yang lain. Tapi Onny ini myah ini mohon maaf ya dik Herman, auranya dia itu kelabu, kok aneh toh dan yang mengikuti dia ini bukan arwah, tidak seperti Diah tadi. Tapi yang mengikuti dia ini bocah kecil-kecil banyak...ya banyak sepuluh lebih dan semuanya bukan sebangsa manusia, tangannya panjang-panjang...ya, ya saya kira itu jin. Nah kalau begitu Onny ini ilmunya bukan hanya ilmu Islam. Yang lain yang hadir biasa-biasa saja, jadi yang saya lihat yang ada auranya itu tidak banyak. Yah hanya itu yang bisa saya ceritakan mengenai aura. Waktu saya keliling dunia itu saya sempat selain ke Mekah, saya juga ingin melihat beberpa tempat-tempat suci yang lain. Saya berkunjung ke gereja Roma saya lihat sinar putih bening tegak lurus ke langit, tingginya tidak terukur oleh jangkauan mata. Selain itu saya juga melihat ada beberapa tempat yang mempunyai cahaya seperti itu, lha wong di tanah jawa saja ada kok. Di tanah jawa ini ada beberapa tempat yang bagus, sinarnya juga tembus ke lanbgit. Ada tiga tempat, di jawa timur, jawa tengah dan jawa barat juga ada. - Ketiga tempat itu dimana saja bang? + Karena saya tidak datang di tempat itu, saya hanya melihat dari jauh, sinar itu tampak lurus kelangit. Gusti Allah mengirim guru gaib. Pada kesempatan yang lain, bang Dullah menceritakan guru gaib dan pelajaran yang diterima di alam arwah. Inilah ceritanya: + Saya datang kemari untuk memenuhi janji saya dengan jeng Herman. Waktu itu saya diberitahu "Belajar bang Dullah, perlu belajar!" Nah cara belajarnya bagaimana? Katanya nanti berdoa supaya meminta dan nanti akan ada yang datang untuk memberi pelajaran. Lalu saya jalankan saran Jeng Herman tadi, saya nyuwun/memohon ke Gusti Allah Yang Maha Kuasa, saya minta itu lho pelajaran pelajaran yang jeng Herman katakan, katanya disuruh belajar spiritual. Setelah saya nyuwun/memohon, benar-benar terjadi. Dihadapan saya datang berdiri seorang guru gaib. Diluar dugaan saya sama sekali, saya kira wong saya ini sufi atau tawasuf yang datang ini ya arwahnya pendeta Budha, lho, lho ini bagaimana ya... mau ngak mau wong saya nyuwunnya kepada Gusti Yang Maha Kuasa, ya saya bilang "Ya monggo/silahkan, saya inim mau diajari apa? Apa saya ini mmau diajari pengetahuan agama Budha?" Pelajaran yang mengejutkan dan pelajaran khusus untuk arwah. + Ini yang mengejutkan lagi, yang datang ini pendeta Budha, tetapi yang diajarkan bukan agama Budha. Lha, lha heran lagi say, heran dua kali saya. Ini begini dik Herman dan Jeng Herman, kalau saya meminta pelajaran spiritual, saya kan tidak menyebut kalau saya meminta diberi pelajaran tawasuf atau yang bergaris Islam, nah karena saya tidak minta seperti itu, ya yang datang itu mau pendeta Budha atau Hindu atau Krristen, ya bukan salahnya Gusti Allah. Lho kan betul toh menurut logika manusia. Lha tapi yang mengejutkan saya, wong pendeta Budha kok yang diajarkan bukan ajaran Budha. Saya diajari yang universal, betul betul universal, tidak menitik beratkan pada salah satu agama. Jadi ajaran yang saya terima itu, kalau dipetani/diteliti di buku-buku Budha, Islam, Hindu, Kristen atau agama-agama yang ada di Indonesia ya tidak ada. Tidak akan ditemukan satupun. Semua betul-betul pelajaran spiritual untuk arwah, murni untuk arwah. Jalan menuju Yang Maha Kuasa itulah yang diajarkan kepada saya. Nah ini benar-benar berbeda dengan apa yang telah saya tekuni waktu saya masih hidup. Kalau saya dulu begitu yakin, bukan saja 100%, tetapi 1000% bahwa yang saya jalani itu jalan Allah, ternyata tidak begitu, ya memang yang saya pelajari itu jalan Allah, tetapi bukan satu-satunya, jalan Allah itu ternyata banyak, wong tidak ada agama saja bisa kok masuk sorga. Katanya sang guru, kalau hatinya bersih, nuraninya bersih, lakunya becik/bijak dan selalu ingat ke Gusti Yang Maha Kuasa, orang yang tidak beragama itu ya bisa ingat ke Yang Maha Kuasa Kok, Yang dipuncak gunung, yang di tempat terpencil, yang tidak mengenal pendidikan, selama dia mempunyai nurani, memandang ke langit, memohon kepada hakikat alam semesta, yang dia tidak tahu disebut apa. Yang penting dia berharap kepada hakekat alam semesta, berharap yang baik, berharap yang bersih, yang murni untuk kebajikan, ya itu beribadah. Ya itulah yang saya dapat sampaikan, sejau ini wong saya ini masih sekolah kok, masih meneruskan pelajaran dan itupun di pesan untuk tidak diceritakan kepada manusia, isi dari ajaran-ajaran ini hanya untuk arwah.
Diadili dan dihukum masuk api
+ Saya masih ingat dulu, semasa saya masih hidup dulu, saya mempelajari agama Islam. - Ya, betul bang. + Tawasuf, ilmu saya itu tawsuf, dan saya itu mengajar agama Islam. Kemudian setelah saya meninggal, rasanya saya masih bisa kesana kemari, ketemu bekas murid-murid, ya kawan-kawan, ya semua itu. Kemudian saya dijemput oleh malaikat, saya diadili di ruang sidang, perbuatan saya yang baik dibeberkan, yang keliru juga dibeberkan. Tetapi kelirunya manusia ini kalau menurut pendapat manusia ya benar. Tapi kalau katanya malaikat adalah salah. - Benar bang, karena pemahaman manusia dan malaikat agak beda. + Ya itulah. Kemudian saya dimasukkan ke dalam api, masuk api saya ini. - Ya bang, itu namanya api pencucian untuk membersihkan. + Kalau menurut saya ya dihukum. - Ya, tapi abang akan dipindah. + Ini begini dik, saya sudah tidak di api lagi, Saya sudah dientas/diangkat, dan setelah di api itu, api ini aneh, api ini bukan lautan api dan banyak orang yang nyemplung begitu, tapi seperti sumur. Ya kira-kira dalamnya 2 meter lah, didalamnya banyak ular belatung, banyak ular. Semuanya pada merayap, walaupun apinya berkobar-kobar begitu, merayapi badan saya. Kemudian saya dientas/diangkat ke atas, dipindahkan pada satu bangunan luas sekali seperti orang ngungsi, campur aduk bangsa apa saja ada. Nah di situ seperti ada semacam kursus, jadi kalau pagi, seperti di asrama. Waktunya mandi disuruh mandi sendiri-sendiri. Mandinya di sungai/kali. Setelah mandi diberi ransum, makanan dibagi-bagikan untuk makan, setelah makan, mereka itu masing-masing kemana saya tidak tahu. Tapi saya disuruh bekerja, diberi pekerjaan, pekerjaan saya itu jadi pengawas. Pengawas tapi bukan untuk mengawasi orang-orang itu, tapi mengawasi orang-orang yang ada di lubang itu lho, lubang api. Mengawasi orang-orang yang ada di api dan menunggui, ya mengawasi aja begitu. Kalau sudah mengawasi begitu saya laporkan kalau orang ini, hari ini disini, namanya ini...ini...ini, hari ini sudah di situ. Wis ya cuma begitu saja, yang lain saya tidak tahu, saya tidak ketemu mereka dik.
Ajaran yang berbeda di dunia dan akhirat
+ Setelah itu kalau sore disuruh mandi lagi, kemudian makan dan tidak ada sembahyang. Nah dari situ setelah sekian lama saya dipindahkan ke kamar kecil, seperti sel kecil, saya diberi pelita dan satu Al-Quran. Al-Quran-nya berbeda dengan Al-Quran-nya di dunia orang hidup, berbeda sekali. Di Al-Quran itu dijelaskan lengkap dengan tafsirannya, artinya dan maknanya tiap-tiap ayat dijelaskan. Nah disitulah letaknya, penjelasannya sangat bertolak belakang dengan pemahaman yang ada didunia. Begitu berbedanya tafsiran itu, saya tidak mengerti. Nah kemudian saya nyuwun piso,"Ya Gusti Allah, kok bisa begini itu bagaimana, mbok ya hambamu ini diberi penjelasan." Eh, datang.... satu guru, guru ini kalau dibilang orang Arab ya bukan, orang jawa ya bukan, malah orang bule. Nah Bule ini juga bukan Islam, saya kan heran toh, yang memberi penjelasan ini malah bukan oang islam. Saya tanya agamanya apa? Jawabnya '"Saya tidak beragama." Lha wong tidak beragama kok mau menjelaskan agama Islam, tapi saya pikir begini dik, kalau yang mengirim itu Gusti Allah, kalau bukan hanya alam mimpi saya saja, lho ya mesti betulnya kalau Gusti Allah yang mengirim. Ya Sudah, saya terima kedatangan guru itu, saya tanyakan pelajaran-pelajaran yang tafsirnya bertolak belakang tadi. Kemudian dia menjelaskan satu persatu ayat-ayat Al-Quran yang tidak saya mengerti tadi. Disitulah pikiran saya terbuka lebar sekali, kebesaran Gusti Allah betul-betul luar biasa, sangat-sangat luar biasa sekali. Cuma sayangnya, semua itu tidak boleh diberitahukan kepada manusia. Saya protes, lho ajaran yang baik kok, itu kan menuntun manusia, kok tidak boleh diajarkan. Agama sebagai kenderaan untuk menjalani kodratnya masing-masing. + Manusia hidup itu sudah diberikan akal pikiran, nomor satu manusia itu hidup sudah membawa kodratnya sendiri-sendiri, hidupnya selalu bagaimana, kemudian nitis lagi ya itulah perbuatan-perbuatan yang ditanam waktu itu dan buahnya dipetik pada hidupnya sekarang ini. Nah supaya adil, maka dari itu untuk melewati kodratnya itu, manusia diberi akal pikiran dan diberi kebebasan-kebebasan untuk menentukan, ya memilih, ya menafsir, ya bagaimana berpikirlah, dialah pikirannya bagaimana caranya melewati kodrat itu. Agama-agama itu hanya kenderaan untuk melewati, kalau naik kenderaan ini, kau pakai ngebut atau pelan-pelan, kenderaan ini, kau pakai ngebut atau pelan-pelan, kenderaannya kau rawat dikisik/digosok mengkilat atau tidak pernah dicuci, atau dipakai terus menerus tidak pernah diberi oli, ya sesuka-sukanya begitu. Waduh ini luar biasa sekali, nah sekarang yang ingin saya tanyakan kepada dik Herman sekalian. - Ya bang, apa yang akan abang tanyakan? + Apakah dik Herman sekalian juga mempunyai pemahaman bahwa agama adalah suatu kenderaan, yang para nabi itu sebetulnya turun hanya untuk memberikan kenderaannya saja tanpa memberikan cara mengunakannya? Cara merawatnya? Apa dik Herman punya pemahaman seperti itu? - Kami berdua setelah mendapatkan pelajaran-pelajaran dari guru roh kami yang memberikan bimbingan pemahaman, kami berdua sudah mempunyai pemahaman seperti itu, jadi saya mengerti sekali apa yang diceritakan oleh Bang Dullah. + Ya, sebenarnya kita membentuk perkadangan/persaudaraan itu kan terlambat toh dik, coba dari muda sudah kenal, sudah bergaul, kumpul dan bisa diskusi satu sama lain. - Ya, itu sebenarnya agak agak susah dibilang bang, saya sebenarnya sudah sering memberitahukan, menjelaskan, memberi pemahaman, tetapi kepada orang-orang yang sudah terikat pada satu agama, itu biasanya sulit bang, salah-salah bisa dianggap orang tidak waras. + Betul dik, memang betul Jeng Herman barusan bilang,"Dirinya sendiri mau menerima pemahaman orang lain ya susah, menyampaikan pemahamannya sendiri untuk orang lain ya susah," ya memang betul. Saya dulu terlalu keras kepala, berkukuh, ya itu dapatnya ya dik kalau orang fanatik ya. Padahal perasaan saya, saya dulu ya ngga fanatik, saya mudah menerima, menyerap ajaran-ajaran orang lain. Tapim itu terbatasnya manusia. Ya, begitu sajalah dik, cuma saya penasaran, maka itu saya kelingan/ingat, saya ini kok sepertinya punya kadang/saudara, jadi saya ingin menanyakan begitu lho. - Tadi Bang Dullah datang kemari atas kehendak abang sendiri atau ada yang memberitahu abang? + Kemauan saya sendiri dik, kemauan saya sendiri. Ya begitu saja dik, nanti kapan-kapan saya turun lagi. Sepertinya dulu saya pernah berjanji kapan-kapan akan datang lagi untuk berbincang-bincang. - Ya bang, silahkan, itu juga akan banyak menambah pengetahuan kamibang, menambah wawasan kami berdua, cerita-cerita abang sangat bermanfaat bagi kami. Selama ini kami dapat mengetahui keadaan alam gaib kan dari cerita arwah-arwah yang datang kemari. + Ya begitu saja dik. Asalam Mualaikum. - Mualaikum salam, selamat jalan bang Dullah.
Takut menyalahi ajaran agama
+ Pak Herman, Bu Herman, kok saya bisa berada disini? - Ya bu..., bagaimana keadaan Ibu? + Baik, keadaan saya baik. - Waktu upacara ritual sebelum kremasi, ibu kenapa begitu ketakutan? + Iya, waktu itu, suasana di sana sangat menakutkan, saya tidak tahu apakah yang lain-lain itu bisa melihat atau tidak. Waktu di cilincing itu saya melihat begitu banyak, ribuan itu yang bergerombol-gerombol kotor dan bau. Semuanya ngelihatin saya, jadi saya terpaksa gondelin Pak Herman dan Bu Herman, Maaf ya, pak dan bu. - Tidak apa-apa Bu Rina, kami tahu keadaan Ibu. + Sukurlah, kalau tidak kan hati saya tidak enak. - Ibu tadi kemari diantar siapa? + Ada, saya ini begini lho pak. Di Cilincing itu kan sayaikut dalam mobil bapak. Dan waktu bapak dan yang lain makan, kan saya tidak boleh ikut. Waktu ke supermarket saya juga tidak boleh ikut. Sampai di rumah Pak Herman saya disuruh naik ke atas lantai dua. Lha saya ini yang bagaimana toh..., masuk rumah orang kok nyelonong saja. Jadi saya ya naik, sebab saya disuruh/diperintah . Sampai di atas itu saya kaget, lho dirumah Pak Herman ini yang menerima saya kok sepertinya dewa-dewa diklenteng gitu. Lha saya tanya kok saya disuruh kesini itu ada apa? Nah saya lalu dioberi sedikit keterangan keterangan lah, saya nanti bakal dimana, nanti mesti bagaimana, mau dibawa kemana, itu semuanya diberitahu. Lha saya iya kan saja. Setelah itu saya diantar pulang. Di Rumah saya itu, saya lama, saya tidak tahu berapa hari, saya kadang-kadang ya ke rumah adik-adik saya, kepingin lihat adik-adik , kepingin lihat mamah. Terus begitu, saya tidak tahu, berapa hari itu, saya dijemput. "Sudah, sekarang kamu sudah waktunya naik, ayo ikut." Ya saya ikut, saya dibawa naik di tempat yang besar begitu lho, orangnya banyak. Tapi tidak lama pak, saya disitu. Ada beberapa harilah, kalau pagi disuruh mandi, setelah mandi diberi sarapan, ya seperti diransum begitu. Setelah itu diabsen satu satu. Ada yang dibawa keluar, ada yang tetap di dalam terus. Saya yang termasuk di dalam terus. Tidak diajak kemana-mana, di dalam saya tidak berbuat apa-apa, ya diam saja. Tidak lama, saya terus dipanggil,"sekarang kamu harus pindah tempat," ya saya ikut. Saya dibawa ke rumah yang besar, di rumah itu orangnya ada beberapa ya, banyaknya ada lim a lebih. Saya ditempatkan disitu. kalau pagi disuruh mandi, setelah mandi ditanya mau sembahyang atau tidak. Lha saya tanya kalau sembahyang itu apa ada gereja? Jadi saya diantar ke gereja. Gerejanya seperti kapel saja. Jadi saya ya berdoa digereja itu, seperti kalau saya berdoa digereja waktu masih hidup itu, berdoa ke Yesus Kristus dan Bunda Maria. Setelah berdoa di gereja, saya diantar ke rumah lagi, terus saya dikasih pekerjaan. Lha saya tidak tahu kalau sudah meninggal masih dikasih pekerjaan. Saya dikasih pekerjaan untuk mencatat, mencatati orang yang baru dipindah-pindah itu lho. Saya diantarkan kesuatu tempat begitu, seperti orang mengabsen, menunjukkan kamu ke sana, kamu ke sini, seperti itu. Seperti saya dulu itu lho. Terus mau dipindah itu mesti tempat yang bagaimana, itu semua saya yang disuruh-suruh mencatat-catat begitu. Sampai sore, kalau di dunia ya mungkin seperti jam kantor begitu. Setelah itu saya diantar pulang. Ya mandi dan makan lagi begitu, ya tidur, ya seperti orang hidup begitu. - Bu Rina apa Ibu sebelum sampai di sini tidak pernah ditempatkan di ruangan yang kecil-kecil begitu? + Oh...tidak pak. Dari rumah yang besar itu saya langsung di tempat ini, rumah ini. Apa mestinya ke situ dulu toh pak? - Tidak, tergantung kalau lakunya tidak bagus ya kesitu dulu. + O, jadi saya ingat pak, waktu itu Tonny anak saya mengatakan,"Mama, ditempat Mama beramal itu juga roh suci Ma, bukan yang dilarang oleh agama, itu roh suci kan diutus oleh Tuhan, ya sama saja Mama mau amal dimana-mana, disitu juga tempat baik, bukan tempat setan-setan. Dan waktu Mama sakit kan sudah terbukti Mama telah ditolong oleh roh suci dari tempat itu, dimana Mama pernah beramal. Nanti uang Mama damalkan lagi ya?" Saya bilang "Ya, sesuka kaulah Ton, mau diamalkan kemana," semuanya ya saya serahkan ke Tony toh pak. Ya sukur pak kalau amal itu bisa menolong saya seperti ini. Pak Herman dan Bu Herman, saya minta maaf ya, saya ini kan tidak mengerti sebelumnya, di gereja itu kan ajarannya tidak boleh keluar dari jalur, jadi saya tidak berani, jadi saya kan tidak salah toh pak? Dan saya yang terakhir kan ikut apa yang disarankan Tony, dan akhirnya saya kok yang dapat pertolongan seperti ini. Saya ya terima kasih sama Pak Herman dan Ibu, saya telah dibimbing seperti ini. Ini tadi saya diberitahu oleh yang mengantar saya,"kamu nanti boleh turun sebentar, kamu disuruh cerita pengalamanmu,"tapi kok ya ada yang dipesan, ada yang tidak boleh diceritakan, jadi saya tidak boleh sembarangan. Jadi saya minta maaf, sebab yang boleh saya ceritakan pada Pak Herman ya yang itu tadi. Oya, ya, tapi saya tiap hari juga berdoa Bu Herman. Kalau saya disuruh ke Gereja itu, saya ya berdoa , doa saya untuk suami dan anak. Suami saya kan sakit, jadi saya berdoa supaya dia dapat pertolongan dan anak saya kan sekarang sudah saya tinggal, supaya hidupnya dapat mapan begitu lho. - Bu Rina, ibu tidak usah mendoakan suami dan anak, Ibu perlu berdoa untuk diri Ibu sendiri, suami dan anak sudah berdoa sendiri-sendiri, tidak perlu didoakan oleh Ibu. Mereka sudah punya garis hidupnya sendiri sendiri. Yang penting Ibu perlu berdoa untuk diri Ibu sendiri, mintalah pengampunan atas kesalahan dan dosa yang telah Ibu lakukan , mintalah keringanan hukuman dan minta juga bimbingan agar Ibu dapat menempuh perjalanan arwah Ibu dengan baik dan benar, yang direstui dan diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. + O, begitu ya, kalau begitu nanti saya akan melakukannya kalau saya berdoa. Ini ya terima kasih sekali lho Bu Herman, saya telah diajari seperti ini. Saya nanti akan minta dibimbing. Ya maaf lho pak, saya kira yang tidak diajarkan oleh gereja itu tidak boleh, takut menyimpang dari ajaran agama saya. - Apa yang Ibu kerjakan sehari-hari? + Sehari-hari yang saya lakukan ya seperti itu tadi, mencatat, seperti orang ngantor ngitu lho. Di rumah yang saya tinggali, saya tidak dapat berbicara dengan penghuni lain. Jadi kumpul serumah tetapi seperti orang asing saja. Dan anehnya satu rumah itu orangnya, bangsanya lain-lain semua. Ada yang bule, ada orang yang hitam sekali, ada yang cina sekali, jadi lain-lain. Ada juga yg mirip India atau Arab gitu. Semuanya tinggal bareng. kalau sudah pergi kerja begitu, saya juga tidak tahu mereka itu kerja apa. - Itu kamarnya sendiri-sendiri? + Iya, semuanya dikasih kamar sendiri-sendiri. - Coba Ibu kalau berdoa, minta meja atau altar untuk sembahyang di kamar Ibu. - Oh, gitu ya Pak, boleh minta meja sembahyang? - Coba saja minta. + Meja sembahyangnya yang ada Bunda Maria gitu ya Pak? - Terima saja apa yang diberikan, sebab yang diberikan itu pasti yang terbaik untuk Ibu. Nanti kalau sudah dikasih meja sembahyang, Ibu minta guru untuk membimbing dan mengajari sembahyang dan doa. + Jadi nanti kalau dikasih, belum tentu Yesus ya pak. - Ibu akan dipilihkan yang terbaik. + Oya, ya saya mau. Kalau dilangit itu, yang dikasih itu tentunya yang baik ya pak. - Ya, pasti yang terbaik dan cocok untuk Ibu, terima saja dengan senang hati. + Iya ya, Wah terima kasih sekali pak, saya sempat dikasih datang kemari. Saya diberi petunjuk ini sangat berharga sekali. Saya disana itukan tidak ada siapa-siapa, sendiri saja, lha saya tanyai ini siapa? Gitu lho. Jadi saya disuruh turun ini, saya senang banget. Saya kan ingat-ingat, nanti saya harus minta meja sembahyang/altar dan guru ya. Ini saya dipanggil, diajak kembali. Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Herman dan Bu Herman. kalau saya dapat datang lagi ke sini, saya senang sekali lho pak, Bu Herman. - Jadi semua yang telah kami beritahukan tadi jangan sampai lupa untuk memintanya. + Ya betul, nanti saya akan minta semua itu, saya pamit dulu ya pak, bu. - Selamat jalan Bu Rina.
- Itu yang paling penting pak, biasanya yang waktu hidupnya tidak tahu, tidak mengenal, maka waktu menempuh perjalanan arwahnya dia tidak dapat memohon atau berdoa seperti yang bapak lakukan. + Begitu ya, kalau begitu inilah keuntungan saya waktu hidup dulu, sempat mengangkat guru roh. Itulah yang sangat saya syukuri, saya sangat bersyukur bahwa saya masih mendapat kesempatan mengangkat guru waktu saya masih hidup. Dan Mengaltarkan guru di rumah saya. Saya juga mengharapkan istri saya masih menjalani semua itu. Disini saya mau minta pertolongan kepada Pak Herman dan Bu Silvie untuk tetap dapat membimbing istri saya memnunjukkan jalannya. Maksudnya di jalur seperti yang saya jalani ini, yang telah saya rasakan hasilnya. Sampai ke alam gaib pun masih ada yang saya rasakan hasilnya. - Pak Tri, Bapak naik itu apa betul 10 hari setelah Bapak meninggal? + Saya tidak bisa menghitung hari, saya tidak tahu pak. Saya ketika itu ada acara, setelah acara itu lalu saya naik, saya dijemput diantar untuk naik. Tapi bukan guru yang menjemput. - Begini Pak Tri, saya menulis buku saya yang ke -4 mengenai perjalanan arwah. Apa yang dapat bapak pesankan? + Wah, wah..., saya terus terang belum banyak yang dapat saya ceritakan. Tapi yang telah saya sampaikan itu tadi adalah sebagian yang saya alami. Ketika saya dijemput, saya naik itu, yang menjemput saya ada 2 pak, kedua-duanya berpakaian sama, seperti seragam, dua-duanya berwajah Tionghoa, mengawal saya di kiri dan kanan saya, ya kalau gaib ya dibilang terbang ya. - Bapak dibawa kemana? + Dibawa naik sampai ke suatu bukit, dari mulai naik ke angkasa sampai ke suatu bukit. Kemudian di situ ada gerbangnya, ada ruangannya. Jadi di pintu itu ada satu petugas, dimana pendamping saya melaporkan, kemudian dilihat catatan, dicocokkan, kemudian dikasih ijin untuk lewat. Setelah masuk, melewati petugas lagi, di gerbang kedua, jadi prosedurnya sama seperti pertama tadi. Ada petugas yang duduk menghadap meja, dicocokkan lagi, setelah OK disuruh masuk lagi, lolos lagi. - Petugasnya itu pakaiannya seperti apa? Pakaian Tionghoa? + Pakaiannya ini.... seperti pakaian prajurit ya. Tapi pakaian itu seperti prajurit mana ya saya tidak tahu. Tapi semacam prajurit. Kemudian setelah melewati pos ke-2 saya menuju ke suatu bangsal dan tinggal sampai sekarang. Ruang saya cuyma punya satu pintu dan dijaga oleh 2 penjaga. Tetapi setiap harinya ada beberapa petugas, membagi tugas ke beberapa orang, dipilih per kelompok, ada beberpa kelompok, dan diantaranya saya ada +/- 12 orang yang dibawa ke tempat ibadah. Setelah selesai ibadah kembali diantar ke situ dan kegiatannya masih agak mirip dengan kegiatan di alam dunia. Diberim jatah makan, masih ada jatah makan. Kemudian ya beristirahatlah. - Pak Tri, apa Bapak sudah diberitahu kejadian-kejadian dimasa hidup, mana yang baik, mana yang tidak baik. + Sudah, jadi sebenarnya ketika melewati pos ke-2 itu, saya dimasukkan ke suatu ruangan, semacam ruang sidang. Ada meja besar, ada petugas-petugas semacam hakim, memegang kertas yang digulung. Dia menanyakan nama saya, nama saya ditanya dan ya betul. Kemudian saya dibacakan riwayat kehidupan saya, mulai dari saya lahir sampai anak-anak, dewasa, menikah, apa saja yang saya lakukan. Itu garis besarnya, tapi sebetulnya saya dihadapkan ke suatu dinding, dinding itu semacam layar bioskop, yang diputar seperti memutar kaset biasa, jadi saya bisa melihat mulai saya lahir sampai dewasa, yang diperlihatkan disitu, perbuatan baik apa yang saya lakukan dan perbuatan buruk apa yang saya lakukan, disitu ada semua. Dijelaskan perbuatan baik ini pahalanya apa, perbuatan buruk yang saya lakukan hukumannya apa, lengkapnya semua ada di situ. Kemudian juga diperlihatkan saya didampingi Pak Herman di Vihara Tuban mengangkat guru. Jadi sisitu saya melihat Pak Herman, saya melihat Pak Herman dan Bu Silvie dan rombongan yang lain-lain, semuanya terlihat di situ. Kemudian juga yang di welahan, istri saya juga ada di situ. Dan juga waktu saya mandi di Jumprit juga diperlihatkan. - Jadi lengkap ya pak. + Ya, betul, itu semua masih ada diingatan saya sebetulnya. Kemudian saat terakhir saya sakit. Ya sudah selesai. Jadi saya tahu, eh ... saya diberitahu, setelah ini apa saja yang akan saya alami dalam perjalanan saya, berapa lama saya harus menjalani hukuman-hukumann. Kemudian diberitahu pahala-pahala apa saja yang dapat saya terima yang akan diberikan setelah masa hukuman habis. Pahala itu diantaranya yang dapat saya terima dalam perjalanan saya di alam gaib. - Pak Tri, Bapak tadi kemari diberitahu atau tahu-tahu sudah ada disini? + Ah... saya tidak diberitahu pak. Jadi setelah selaesai acara di rumah saya tadi, saya naik ke atas, kemudian ada petugas yang menjemput saya, tanpa bicara apa-apa saya dijemput, saya juga tidak tanya, tahu-tahu saya sudah ada di rumah ini. - Pak Tri, kalau bapak lihat saya sekarang ini apakah masih seperti dulu waktu bapak masih hidup? + Yang bertanya seperti ini rupanya cuma Pak Herman dan Bu Silvie ya. Tapi memang saya mengetahui pak. Selama hidup saya, dimana saya mengenal ibadah, ketika di kampung halaman saya, terakhir saya bertemu dengan Pak Herman dan Bu silvie, belum pernah ada yang seperti Pak Herman ini, jadi saya akui itu, dan saya berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa dalam kehidupan saya, saya diberi keberuntungan untuk dapat bertemu dengan pak Herman dan Bu Silvie yang membawa saya ke jalan yang sekarang saya tempuh ini. Saya rasa kalau saya tidak bertemu dengan pak Herman dan Bu Silvie entah kemana jalan saya. Saya juga tidak akan ketemu dengan guru saya, karena Pak Herman kan tahu, sebelum ketemu guru, saya beribadahnya dimana. Itu Pak Herman sudah tahu, Pak Herman juga tahu setelah itu saya sudah tidak berhubungan lagi ke situ. - Ya, saya tahu. Itulah yang saya kagumi terhadap Pak Tri, karena jarang sekali, umumnya yang sudah menjalani berpuluh tahun, susah sekali untuk merubah apa yang telah diyakini dan apa yang telah dijalani, Pak Tri bisa melakukannya, yang lain belum ada yang bisa. + Masak iya pak...ah pak Herman bisa saja. - Iya benar. Banyak yang telah saya temukan, mereka yang telah datang ke rumah saya, saya beritahu apa itu jalan spiritual, bagaimana menjalaninya, bagaimana cara untuk tahu benar atau tidaknya laku spiritual yang telah dijalaninya. Seperti yang telah saya tulis di buku biru saya itu. Tapi mereka hampir semuanya kembali kecara-cara dan metode yang telah mereka tekuni berpuluh-puluh tahunitu. Mereka umumnya lebih percaya pada bisikan yang mereka terima dalam meditasi atau lebih percaya pada medium-medium atau orang-orang yang mereka anggap guru spiritual, dibandingkan bertanya sendiri di altar Vihara Tri Dharma. Tanya kepada roh suci yang ada di altar. Pak Tri, kalau Bapak lihat rumah saya sekarang ini, apakah sama dengan yang bapak lihat waktu bapak masih hidup dulu? + Itu Pak, dari atas tadi waktu saya lihat dari atas, rumah ini sekelilingnya yang gelap gulita ada cahaya terang sekali dan ada batang cahaya yang naik ke atas jernih putih dengan sinar yang jelas sekali, runcing ke atas, yang panjangnya tidak dapat saya perkirakan, tinggi sekali. Kemudian waktu saya turun tadi, saya tidak habis pikir di rumah Pak Herman dan Bu Silvie ini, ditengah-tengah ada bangunan besar yang berbentuk Pat Kwa, dan ditengah-tengahnya ada altar. Altar yang saya lihat, yang duduk di altar itu, altarnya ada banyak pak, salah satunya yang saya ingat adalah dewi Kwan Im. Tapi saya lihat ada dewa-dewa yang lain, yang saya tidak bisa jelas melihatnya. Sosok Dewi Kwan Im tadi jelas sekali, duduk di atas teratai dan tangannya memegang vas, yang ada daunnya, seperti gambar-gambar itu. Ada Sanghiang Budha, ada dewa Tay Siang Lo Kun, ada dari garis Hindu, dan lain-lain yang tidak saya tahu dan kenal. - Iya, Pak Tri, saya senang sekali dapat membawa pak Tri ke jalan yang benar, saya senang sekali. + Dalam saya berdoa, sebab saya juga ingat pesan Pak Herman maka saya berdoa memohon bimbingan, jadi setiap kali saya beribadah, saya didampingi pendamping yang mengajarkan apa kata-kata yang perlu saya ucapkan dalam doa saya. - Itu benar dan perlu Pak Tri, sebab biasanya mereka berdoanya masih seperti berdoa di dunia, sebetulnya harus lain, berdoa di alam arwah dan di alam dunia isinya tidak sama, yang dimohon tidak sama. + Itulah, saya menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Pak Herman dan Bu Silvie yang telah menunjukkan jalan yang sekarang saya tempuh ini. Yang saya harap jalan ini juga akan ditempuh oleh istri saya. Kalau anak saya, masih jauh pak, saya tidak berani bilang dan mereka juga bisa memilih sendiri nanti. Saya juga berharap dan saya ingin sekali mendoakan untuk mereka, tapi dilarang oleh pembimbing saya, mereka harus berdoa sendiri. - Itulah yang selama ini selalu saya tekankan pada mereka, jangan minta didoakan, mereka harus berdoa sendiri, berdoa untuk kepentingannya sendiri. + Saya masih ingin meminta pertolongan Pak Herman dan Bu silvie, supaya Bapak dan ibu masih bisa mendampingi istri saya, mengarahkan istri saya, karena sayan tahu istri saya yang senang kemana-mana bergaul ke sana ke sini, dan mempunyai sifattidak tegaan. Kalau tidak kesana tidak enak. Sifat itu saya kenal betul dan saya ingin istri saya itu hanya mengambil satu jalan saja. Tapi kan saya tidak bisa melarang dia. - Iya pak, memang beda dengan bapak ada disitu. Itu memang agak menyusahkan, saya akan berusaha , tapi tidak langsung dari saya, tapi melalui orang-orang yang dekat dengan istri Bapak, sebab kalau langsung dari saya mungkin nanti menjadi lebih susah. + Baiklah, pengalaman yang dapat saya ceritakan hanya itu semua, yaitu tadi, saya sudah tahu akan mengalami apa saja. - Pak Tri perlu untuk selalu minta bimbingan dan minta diajari berdoa oleh pembimbing Bapak, agar perjalanan Bapak bisa terus naik dan dapat menembus alam nirwana. + Oya.. ya..., Bu Herman, saya akan selalu minta bimbingan dari pembimbing saya, agar saya dapat mencapai Nirwana. - Itu semua harus diusahakan dengan tekun, Bapak sudah tahu arahnya dan tahu caranya. + Baik baik, saya akan jalankan semua itu, saya akan tekun melatih diri untuk meningkatkan roh saya. Baik Pak Herman, saya rasa cukup ya pak. - Ya cukup [pak, sebab pembicaraan ini akan saya pakai dalam tulisan saya yang ke-4. + Iya...ya, semoga Pak Herman berhasil menjalankan misi, begitu juga Bu silvie. Dan semoga ada lebih banyak lagi orang-orang yang dapat menempuh jalan yang seperti saya tempuh ini dibawah bimbingan Pak Herman. Pak, saya ketemu Pak Herman cuma singkat sekali, sehingga yang saya dengar dari Pak Herman tidak banyak sebetulnya. Tapi saya senang, semua itu hasilnya telah saya rasakan, saya rasa orang lain belum tentu, yang tidak menempuh jalan ini, belum tentu bisa semulus yang saya alami. - Betul pak Tri, itu betul. + OK, saya rasa cukup. Apakah saya masih bisa datang kembali dan diijinkan untuk berbincang lagi atau tidak saya tidak tahu, tapi saya disini saya ucapkan terima kasih sekali lagi kepada Pak Herman dan Ibu Silvie. - Iya pak Tri, bapak nanti akan dijemput dan diantar kembali. + Oya..iya, ini juga pengalaman yang menakjubkan melihat rumah Pak Herman dari alam gaib, sisi gaibnya dan dapat melihat siapa Pak Herman yang sebenarnya. Itu cuma tiga yang diperlihatkan kepada saya, siapa Pak Herman sebenarnya. Pasti masih ada yang lain-lain yang tidak diberitahukan kepada saya. - Iya Pak, terima kasih atas cerita-ceritanya, pengalaman-pengalamannya yang sangat menarik. Gambaran tentang siapa diri saya yang sebenarnya memang masih ada yang lain, tapi semuanya saya tidak akan beritahukan kepada orang lain, biarlah mereka tahu dari guru roh mereka masing-masing, sesuai kehendak guru roh mereka sampai sejauh mana mereka boleh tahu. Seperti Pak Tri diperbolehkan tahu tiga gambaran saja siapa jati diri saya yang sebenarnya oleh guru Bapak. + OK Pak Herman, Bu Silvie, semoga dapat berjumpa lagi. - Selamat jalan Pak.
Punya Strata Belum Punya Guru
+ Pak Herman, Bu Silvie, selamat malam. - Pak Irwan, selamat datang. Bagaimana keadaan Bapak sekarang? + Baik...baik. Semua OK. - Bapak sudah kembali ke tempat asal? + Sudah. Bu Silvie tanya, apa saya ikut dengar apa yang diceritakan oleh Pak Tri tadi. Saya ada kok tadi, saya ada. Jadi begini Pak Herman, saya juga sama seperti yang tadi datang, seperti diceritakan Pak Tri tadi. Saya dijemput, dibawa naik, kemudian ke bukit ada pintu gerbangnya, kemudian ke ruang pengadilan, itu saya alami juga. Kemudian saya disitu diperlihatkan juga masa hidup saya sampai saya meninggal. Nah... disitulah saya baru tahu kenapa Pak Herman tidak bersedia mendampingi saya memohon inisiasi mengangkat guru. Disitu saya tahu alasannya, tadinya saya kecewa sekali kenapa Pak Herman tidak mendampingi saya mengangkat guru. Tapi di sini saya tahu, bukan Pak Herman yang tidak mau tetapi guru yang tidak mau menerima saya, dan alasannya juga saya diberitahu. Saya sudah mengerti, dan saya sudah dapat menerima. Cuma bedanya tadi, kalau Pak Tri diperlihatkan Pak Herman dengan wujud-wujudnya, saya tidak Pak. Walaupun saya ada disamping Dia, tapi saya tidak diberi penglihatan seperti pak Tri. - Iya, tapi saya beruntung, saya ikut mendengar cerita tentang Pak Herman. O...saya kaget pak, Pak Herman itu dulu siapa. Saya jadi tahu, wah...wah... luar biasa sekali. Rumahnya Pak Herman, saya juga lihat gaibnya, yang diceritakan Pak Tri tadi, saya juga tahu semua. - Lah, Pak Irwan kemari, apa ada yang memberitahu? + Maksudnya? - Pak Irwan mau datang ke rumah saya tadi diberitahu dulu atau tidak? + Tidak, saya langsung dijemput dan dibawa kesini. Saya juga di bangsal begitu, tapi tidak ketemu dengan Pak Tri tadi, tempatnya lain. Dan ditempat saya beribadah juga ada Amitabha Budha pak. Altar yg ada di rumah Pak Herman ini, tadi saya lihat ada Kwan Im Hut Co, Sanghyang Budha Gautama juga saya lihat, tapi Amitaba Budha tidak saya lihat, saya melihat ada beberapa dewa yang lain. - Pak Irwan bisa ceritakan pengalaman Bapak dalam perjalanan Bapak? + Jadi saya mau cerita apak Pak?, tadi Pak Herman dan Bu Silvie sudah dengar semua dari pak Tri. - Jadi sekarang ini Pak Irwan masih ditempat bangsal itu? + Iya masih disitu. - Apa yang Bapak lakukan tiap-tiap hari? + Ya sama seperti Pak Tri tadi, tiap pagi disuruh mandi, bersih-bersih lalu berdoa, setelah itu disuruh makan, kembali ke bangsal lagi, sore disuruh ibadah lagi, begitu saja sudah. Jadi saya masih di bangsal, tapi tidak satu bangsal dengan Pak Tri. - Apa Pak Irwan juga naik menuju bukit-bukit? + Iya, saya naik ke bukit-bukit memang, cuma di bangsal saya ibadahnya tidak sekelompok 12 orang, tapi dijemputnya satu satu. Jadi saya dijemput ke tempat ibadah yang untuk saya sendiri. Jadi bukan seperti yang diceritakan Pak Tri satu kelompok. Diluar bangsal, di perjalanan, saya lihat banyak istana-istana pak, istana-istana besar, besar sekali, juga saya lihat beberapa sosok, saya tidak tahu apa itu sosok dewa atau bukan, terbang naik awan, ada sosok perempuan, pakaiannya indah sekali, ada yang laki-laki pakaiannya juga indah sekali. Terbang kesana kemari. - Itu semua satu alam dengan Pak Irwan? + Iya, satu bangsal itu mengapung begitu, bukan di satu bukit seperti yang diceritakan pak Tri begitu. Melewati bukit betul, melewati pos betul, kemudian saya dibawa masuk ke bangsal itu dengan terbang, terbang masuk ke bangsal itu. Nah, di dalam perjalanan itu saya melihat bangunan seperti istana, banyak sosok-sosok yang terbang, ada yang satu-satu, ada yang berkelompok. Kemudian udaranya di sini berbeda, udaranya itu wangi pak. - Seperti wanginya bunga sedap malam begitu pak? + lain-lain. Udara wanginya itu aromanya tidak seperti yang ada didunia, belum pernah saya mencium aroma itu. Tapi saya melihat di sekeliling bangsal itu ada tanaman bunga-bunga yang tidak pernah saya lihat. Tapi yang wanginya seperti sedap malam ada. Yang banyak memang yang wanginya bunga sedap malam itu. - Pak Irwan, tempat Pak Irwan beda dengan Pak Tri tadi, sebab Bapak punya "strata" seperti yang pernah saya jelaskan pada Bapak. Bapak punya strata yang berasal dari alam itu, itu yang dinamakan alam nirwana atau alam dewa. + Saya kan bukan dewa pak. - Nanti akan kembali ke sana, sebab bapak berasal dari sana, proses bapak adalah menuju kea lam dew asana. Ikuti saja prosesnya dan minta bimbingan, ini penting sekali. + O, begitu ya…ya, saya menyesal sekali, waktu hidup saya, saya tidak sempat menjalani spiritual ini dengan benar. Saya tidak ketemu jalan seperti yang diceritakan Pak Tri, Pak Tri lebih beruintung, tapi ya bagaimana, menyesal toh sudah lewat, ya buat apa. - Ya, jangan pak. Penyesalan itu dibuang saja, jangan dibawa terus sebab itu dapat menghambat perjalannan Bapak. + Ya…ya, betul…betul, saya akan ingat-ingat. Kalau nanti saya diturunkan lagi saya akan meminta ditempatkan ke tempat yang memungkinkan saya dapat ketemu jalan spiritual yang benar. Yang saya alami dalam perjalanan ini belum banyak pak, jadi ya belum dapat cerita apa-apa. Ini saya baru ditempatkan di bangsal saja. Mau cerita apalagi? - Tadi Pak Irwan telah menceritakan sesuatu yang baru buat saya, Pak Irwan cerita dibawa masuk ke bangsal, Cuma bangsalnya lain dengan Bangsal Pak Tri. Bangsal Pak Irwan mengapung di langit dimana banyak dewa berterbangan, ini semua saya baru tahu dari cerita pak Irwan. Pak Irwan adalah orang pertama yang punya roh berstrata nirwana, yang menempuh perjalanan arwahnya, yang saya dapat hadirkan untuk bercerita mengenai perjalanan arwahnya. + Begitu ya pak. - Iya Pak Irwan, ini semua baru buat saya, pengalaman baru buat saya, ini informasi baru buat saya. + Iya Pak Irwan, ini semua baru buat saya, pengalaman baru buat saya, ini informasi baru buat saya. - Iya ya, Sekarang kalau menurut Pak Herman, saya harus bagaimana pak? + Minta bimbingan , bimbingan untuk dapat kembali ke tempat asal Bapak dan melanjutkan perjalanan Bapak. - Begitu ya…ya,ya, nanti saya kembali, saya akan memohon. + Bapak juga perlu minta pelajaran-pelajaran yang dapat membuat strata Bapak naik. - Baik, baik, saya akan pegang petunjuk Bapak. Semua petunjuk Pak Herman dan Bu Silvie akan saya jalankan semua. Lalu bias apa tidak pak, kalau saya minta disampaikan ke istri saya. - Nah, ini lho Pak Irwan, ini bukan Pak Irwan saja, masalahnya itu, saya mau saja, Cuma yang diberitahu belum tentu percaya. + Lho, itu kan tergantung yang mau diberitahu itu apa. Saya tidak minta istri saya melakukan ini itu kok, saya Cuma ingin memberitahukan saja. Jadi hanya minta diberitahukan bahwa saya jangan diberatkan, saya baik-baik saja. - Iya saya nanti akan memberitahu Lanny saja. + O iya, …ya. - Nanti saya beritahukan Lanny. Masalahnya walaupun pesan itu hanya pesan sederhana, tapi pesan dari alam gaib itu jarang orang yang percaya. Masalahnya di situ pak Irwan. + Percaya itukan bias ya dan bias tidak, tergantung manusianya kan, ya Cuma itu saj. Kalau Pak Herman bersedia menyampaikan ke adik saya, adik saya akan sampaikan ke istri saya. Dan itu akan membuat istri saya merelakan saya. Sebab kalau tahu keadaan saya sudah baik itu sangat penting. Kalau direlakan saya juga enak pak. Saya lebih enteng, daripada kalau dia selalu mikirin saya begitu, saya juga tidak enak. - Tidak apa-apa pak, nanti saya sampaikan pada adik Bapak, Lanny. Saya akan bicarakan dngan dia. + Iya, saya terima kasih lho pak. - Iya. Pak Irwan perjalanan Bapak sudah benar, sebab keterikatan pada keduniawian dapat menghambat perjalanan Bapak. Alam dunia sudah harus ditinggalkan, sbab Bapak sekarang sudah ada di alam Dewa. + Baik, baik, saya ingat sekali, saya tidak dapat menempuh jalan spiritual ini di alam dunia, saya akan menempuhnya “di atas”. Ya, saya akan jalankan nasehat bapak dan ibu ini untuk menempuh/ngantiin ya. - Iya betul. + Iya… ya, jadi saya tidak sia-sia kan datang kemari. Kalau begitu saya kembali dulu, selamat tinggal Pak Herman. - Selamat jalan Pak Irwan. Sedikit tambahan untuk penjelasan. - Pak Irwan seorang pengusaha yang berhasil, tinggal di Pondok Indah, bersama istrinya datang ke rumah saya untuk maslah kesehatan dan altar yang ada dirumah mereka. Suami istri ini mempunyai perjalanan dan pengalaman ibadah sampai ke mancanegara. - Setelah melihat data pribadi Pak Irwan, saya tahu bahwa Pak Irwan mempunyai “strata roh nirwana,” sesuai pesan guru roh saya bahwa saya diminta untuk memberitahukan dan menjelaskan apa arti dan konsekwensinya seseorang yang mempunyai strata roh nirwana, maka Pak Irwan saya beritahu mengenai strata rohnya dan siapa guru rohnya dalam kehidupan kali ini. - Tapi saying sekali,pada saat Pak Irwan sudah mantap untuk mengangkat guru kepada Sanghyang Amitabha Budha, sang guru belum dapat mengabulkan permohonan Pak Irwan. Penyebabnya baru diberitahukan kepada Pak Irwan pada saat dia menempuh perjalanan arwahnya. - Dialog ini terjadi 33 hari setelah pak Irwan meninggal.
Arwah Gentayangan
Yang saya maksud dengan arwah gentayangan adalah arwah manusia yang masih berada di alam transisi, alam yang berada diantara alam kehidupan dan alam arwah. Belum dapat memasuki alam arwah. Yang saya maksud dengan arwah adalah roh manusia yang masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup. Kalau anda mempunyai teman si A, kalau A meninggal, maka anda masih dapat mengenali arwah si A, sebab dia masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup. 1. Meninggal belum waktunya Banyak pendapat bahwa kalau seseorang meninggal, maka dia memang sudah waktunya meninggal, atau memang dia umurnya pendek. Jadi meninggal kareena sudah waktunya, waktu yang sudah ditetapkan lebih dahulu dari “atas” sana. Apakah benar seperti itu? Setiap orang meninggal memang sudah waktunya? Saya kira tidak. Guru Roh saya memberitahukan bahwa perbandingan antara yang meninggal “sudah waktunya” dan yang meninggal “belum waktunya” adalah 50:50. Apakah mungkin seseorang meninggal sebelum waktunya? Kalau anda berpikir mengunakan “kebenaran materi” jawabnya adalah tidak mungkin. Kalau anda pergunakan “kebenaran spiritual” jawabnya adalah mungkin. Katakanlah misalnya si A dari “atas” ditentukan berumur panjang sampai 80 tahun. Dan diam tahu atau diberitahu oleh peramal terkenal. Maka karena mengira dan percaya bahwa dia berumur panjang, maka dia menjalani hidupnya dengan sembarangan, seenaknya, baik dalam makanan, berkenderaan, atau berp[rilaku yang menyerempet bahaya. Maka pennyakit atau kecelakaan dapat membuat dia meninggal muda atau tidak mencapai umur 80 tahun. Dia meninggal belum waktunya seperti yang ditentukan dari “atas” tadi. Banyak penyebaborang meninggal sebelum waktunya, seperti disebabkan oleh kecelakaan, oleh bencana alam, oleh peperangan dan juga oleh gangguan mahluk-mahluk gaib yang jahat dan lain-lain. Orang yang meninggal belum waktunya, maka arwahnya belum dapat diterima atau belum dapat masuk kea lam arwah, dia masih bertahan di alam transisi yang juga disebut alam arwah gentayangan. Karena memang dia masih dapat gentayangan kemana saja dia mau pergi. Ke keluarganya, ke saudara-saudaranya, atau ke tempat-tempat yang semasa hidupnya dia ingin kunjungi dan lain-lain. Sampai suatu saat, setelah tiba waktunya, maka arwah gentayangan itu akan dijemput, untuk masuk kea lam arwah dan mulai perjalanan arwahnya.
2. Arwah orang yang baru meninggal Orang yang baru meninggal umumnya dia belum tahu dan belum sadar kalau dia sudah meninggal. Biasanya apa yang dia alami, dia lihat dan dia rasakan, dinikmati sebagai mimpi panjang saja. Dia mengira sedang mimpi saja. Baru setelah itu, beberapa jam sampai beberapa hari dia baru tahu dan sadar kalau dia sudah meninggal. Setelah dia sadar bahwa dia telah meninggal, dia menjadi panic dan resah, merasa belum siap untuk secepat itu meniggal. Ada yang merasa masih banyak yang perlu dia melakukan sampai merasa dia belum sempat pamitan dan lain-lain. Belum lagi dia juga resah dan bingung menghadapi kondisi dan suasana yang serba asing, dia tidak tahu harus bagaimana dan harus kemana. Semua sapaan kepada keluarganya tidak mendapat respon atau tanggapan, dicuekin saja. Ini semua membuat dia panic, resah dan bingung. Untuk sementara waktu , arwah orang yang baru meninggal akan tetap berada dirumahnya, baru kemudian perlahan-lahan mulai berkunjung ke tempat sanak keluarganya, teman-temannya dan juga keluyuran ke tempat yang semasa hidupnya sering dikunjungi atau yang ingin dikunjunginya. Banyak pendapat bahwa arwah baru akan “naik” pada hari ke 7 setelah meninggal, ada juga yang bilang setelah 30 hari, 49 hari, 100 hari dan lain-lain Yang saya amati dan saya ketahui, sebenarnya tidak ada ketentuan pasti, berapa hari arwah orang yang meninggal akan “naik” atau masuk kea lam arwah dan memulai perjalanan arwahnya. Ada yang kurang dari 24 jam sudah dapat naik, tapi juga ada yang sampai bertahun-tahun belum dapat naik. Tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun belum dapat naik. Bahkan ada yang sudah ratusan tahun tidak dapat naik untuk memulai perjalanan arwahnya. 3. Terikat keduniawian Orang yang mempunyai materi berlimpah, mempunyai nama besar, juga yang mempunyai kekuasaan dan yang sangat mendambakan keagungan keluarga dan keturunannya, setelah meninggal umunya masih belum siap meninggalkan semua yang duniawi itu, belum rela untuk kehilangan semua yang telah didapatkannya dan dicapai dengan susah payah semasa hidupnya. Dia ingin mempertahankan keberadaannya dim dalam semua keduniawian yang telah dia hasilkan dengan kerja keras semasa hidupnya. Kemelekatan terhadap materi atau keterikatan terhadap keduniawian seperti ini akan membujat arwah orang tersebut penasaran dan rasa penasaran seperti ini akan menjadikan dia arwah penasaran yang masih gentayangan. Oleh karena itu, seseorang semasa hidupnya sudah harus mulai melatih setahap demi setahap untuk dapat melepaskan kemelekatan terhadap keduniawian agar perjalanan arwahnya menjadi ringan dan lancar.
4. Penasaran, Janji dan Hutang Arwah penasaran bukan hanya disebabkan oleh keterikatan terhadap duniawi, tapi juga dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: - Keadaan keluarga yang ditinggalkan cekcok atau bertikai rebutan warisan, dan lain-lain. - Meninggal karena dibunuh atau dihianati dan juga karena bunuh diri. - Karena janji yang belum dipenuhi. - Karena hutang-hutang, dan lain- lain. Kesemuanya ini dapat membuat arwah menjadi resah dan tidak tenang. Maka jadilah dia arwah yang gentayangan, sebab belum dapat meninggalkan segala hal yang duniawi. 5. Ilmu non Ilahi Banyak orang belajar “ilmu” dengan tujuan keduniawian, seperti agar rezekinya lancer, usahanya maju, dapat senang sepanjang hidupnya, derajat keagungan untuk keluarga dan keturunannya, juga untuk mendapatkan kesaktian dan lain-lain. Kesemua “ilmu” ini mumumnya adalah ilmu non Ilahi. Ilmu yang tidak dapt membawa pemiliknya lebih dekat dengan sang pencipta, apalagi untuk dapat kembali ke penciptanya. Ada ilmu yang kalau pemiliknya meninggal, maka ilmu tersebut dapat kembali “ke asal”-nya secara otomatis. Tetapi ada ilmu yang akalu pemiliknya meninggal, maka gaib yang menyertai ilmu itu tidak dapat “pulang sendiri”. Gaib itu dapat terus mengikuti arwah pemilik ilmu yang telah meninggal. Arwah yang ditempel terus oleh gaib seperti ini tidak akan dapat memasuki alam arwah, jadilah dia arwah gentayangan.
6. Terikat di Meja Abu Sembahyang Banyak ummat Khong Hu Cu yang masih mempertahankan kebudayaan tradisional berbakti kepada orangtuanya dengan membuat altar abu meja leluhur untuk menghormati para arwah leluhurnya. Saya sering mengunjungi rumah keluarga yang memiliki abu sembahyang seperti itu. Dan juga sering menemukan arwah leluhur keluarga itu yang masih "duduk" atau "terikat" di meja abu sembahyang tersebut. Setiap kali saya dan istri menemukan arwah yang "terikat" pada meja abu sembahyang seperti itu. Dan juga sering menemukan arwah leluhur keluarga itu masih "duduk" atau "terikat" di meja abu sembahyang terssebut. Setiap kali saya dan istri menemukan arwah yang "terikat" pada meja abu sembahyang, kami selalu mengadakan dialog singkat dengan arwah tersebut. Mengapa dia masih ada di meja abu sembahyang itu? Dan tidak naik dan masuk ke alam arwah untuk segera menjalani perjalanan arwahnya? Sebagian besar arwah tersebut mengatakan bahwa dia masih ada dan "terikat" di meja abu sembahyang karena diminta oleh keluarganya, oleh suami atau istrinya, oleh anak-anaknya, dan lain-lain. Untuk bisa selalu dekat dengan keluarganya dan juga dapat membantu usaha keluarganya atau anak-anaknya. Umumnya permintaan atau permohonan seperti ini diucapkan oleh keluarga almarhum pada saat arwah tersebut masih ada dirumah atau masih dekat dengan keluarga, yaitu pada upacara-upacara ritual duka seperti ritual tutup peti jenazah , ritual pemakaman, ritual 3 hari, ritual 7 hari, ritual 49m hari, dan lain-lain. Dimana umumnya arwah masih berada di dekat keluarganya. Pada saat-saat seperti itu kebanyakan arwah masih belum tahu apa-apa tentang alam arwah dan perjalanan arwah, sehingga dia begitu mudah untuk menerima atau mengiyakan permintaan dan permohonan keluarganya untuk tetap tinggal dekat anak-anak, istri atau suaminya. Nah begitu arwah itu mengiyakan atau mengabulkan permintaan tersebut maka arwah itu menjadi terikat pada meja abu sembahyang maupun tanpa meja abu sembahyang. Jadi janganlah meminta atau memohon seperti itu kepada arwah almarhum, sebab semua itu berarti menghukum arwah tersebutdapat "terikat " pada keduniawian/keluarga sehingga dia tidak dapat memulai perjalanan arwah. Jadilah dia arwah gentanyangan, sebab masih berada di alam transisi atau alam gentayangan.
Kutipan dari buku ketiga "Menelusuri Jalan Spiritual":
1. Mengapa guru roh, bukan guru manusia?
Menempuh perjalanan spiritual adalah menempuh perjalanan menuju nalam roh atau alam gaib. Kemampuan melihat alam gaib hanya samar-samar saja. Kalau ada yang dapat meliha talam gaib secara jelas, sudut pandang yang dapat dilihat hanya sebesar lubang kunci saja. Sangat langka yang dapat dilihat dengan jelas dengan sudut pandang yang luas. Oleh karena itu, kalau seseorang menjalani laku spiritual dibimbing oleh guru manusia, maka dapat diibaratkan orang buta dibimbing oleh oarang buta. Kemungkinan sesat atau salah jalan besar sekali. Ini bukan berarti guru manusia tidak dibutuhkan lagi. Guru manusia diperlukan untuk tahap awal sebagai pengenalan dunia spiritual dan alam gaib saja. Sangat langka guru manusia yang dapat membimbing manusia mencapai pencerahan, walaupun hanya pencerahan tahap awal saja. Sebab pencerahan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata dan kalimat oleh manusia. Pencerahan berada di dalam dimensi gaib, di alam gaib. manusia hanya dapat melihat secara samar-samar saja dan dalam sudut pandang yang sempit saja. Oleh karena itu kalau seseorang mau menempuh perjalanan spiritualnya dengan tujuan mencapai pencerahan dan bukannya memperoleh kesaktian, maka guru roh sangat diperlukan untuk dapat membimbing manusia mencapai pencerahan. Guru roh tidak membimbing untuk memperoleh kesaktian. Hanya guru roh yang mengetahui misi perjalanan hidup seseorang, fondasi spiritual yang dibutuhkan, besarnya wadah spiritual yang ada, bekal-bekal yang diperlukan dan dimana bekal tersebut dapat diperoleh, bagaimana cara memperolehnya? Semuanya ini teramat sulit dapat dijangkau oleh guru manusia. 2. Guru Roh, siapa dan dimana? Guru roh adalah para roh suci dan para dewa yang memiliki "strata langit" yang tinggi. Seseorang tidak dapat sembarangan mengangkat guru roh siapa saja roh suci yang diidolakan. Sebaiknya diteliti dulu apakah orang itu masih memiliki "garis inkarnasi" guru roh atau tidak. Kalau masih mempunyai garis inkarnasi guru roh, sebaiknya mengangkat guru roh yang sama dengan guru roh diinkarnasinya yang dulu dapat diperoleh lagi atau dapat diterima kembali. Ini merupakan keuntungan yang besar sekali, kemampuan-kemampuan spiritual yang dulu dapat dimiliki kembali, walaupun tidak seluruhnya.
Arwah bayi keguguran
Arwah bayi akibat keguguran maupun akibat digugurkan/aborsi, ada yang dalam waktu singkat sudah naik kembali kea lam arwah untuk direinkarnasikan kembali. Tapi ada juga yg harus menjalani kehidupan di alam arwah gentayangan. Ada yang terus mengikuti orangtuanya, juga ada yang gentayangan kemana-mana, bahakan adayang ditangkap oleh orang-orang pintar atau paranormal untuk dimanfaatkan dan dikaryakan. Ada juga yang dimanfaatkan dan dijual sebagai tuyul. Arwah bayi keguguran ini dapat tumbuh besar dan menjadi dewasa mengikuti orangtuanya. Yang menjadi tuyul, wajahnya menjadi tua, badannya tetap kerdil seperti anak-anak. Arwah bayi keguguran atau arwah anak-anak sebagai tuyul perlu mendapat pertolongan atau perlu ditolong. Jangan malah ditangkap dan disiksa. Mereka perlu disempurnakan atau diseberangkan. Perlu ditolong. Semua arwah yang masih “terikat” di alam arwah gentayangan, dan sudah waktunya untuk naik memasuki alam arwah perlu ditolong untuk menemukan jalan agar dapat masuk kea lam arwah. Atau dalam istilah Budhis dikenal sebagai “diseberangkan” atau “menyebeangkan” arwah. Untuk “menyeberangkan” arwah perlu bantuan orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut. Untuk mengetahui apa arwah almarhum sudah “naik” atau “belum”, anda dapat meminta petunjuk dari para dewa dan roh suci yang duduk di altar Vihara/Klenteng Tri Dharma dengan mengunakan sarana Pak Pwee. Tanyakan juga kepada roh suci di altar, apakah anda dapat memohon pertolongan dari dewa di altar untuk “menyeberangkan” arwah almarhum keluarga anda. Kalau boleh, langsung minta, kalau tidak, tanyakan apakah anda perlu minta tolong kepada orang yang mampu menyeberangkan arwah. Sebutkan apakah si A, si B atau si C yang anda kenal, yang ditunjuk oleh dewa di altar Vihara/Klenteng.
1. Makam atau Kuburan, Pengaruhnya Terhadap Arwah
Kakek saya dari garis ibu masih mengikuti tradisi dan kebudayaan Kong Hu Cu secara ketat dan taat. Perhatian dan kepeduliannya terhadap makam atau kuburan sangat tinggi, sehingga dihari tuanya, kakek sudah mempersiapkan dan membuat makamnya sendiri, mengundang ahli hongsui dan mengawasi sendiri pemakaman makamnya. Setelah kakek meninggal, ibu saya setiap tanggal 1 dan 15 bulan imlek berziarah tabur bunga di makam kakek. Suatu waktu arwah kakek datang ke rumah saya di Jakarta, memberitahukan supaya ibu saya di Bojonegoro menengok kuburannya hari itu juga. Lewat telepon, saya beritahukan agar hari itu menengok kuburan kakek, Ibu bilang besok saja sekalian ziarah tabur bunga tanggal 15 imlek. Saya tegaskan kepada Ibu bahwa kakek minta hari itu juga, besok boleh pergi lagi. Besok harinya Ibu memberitahu saya bahwa makam kakek diberaki sapi, ada banyak kotoran sapi di kuburan kakek. Kakek pada masa hidupnya sangat perhatian dan peduli terhadap kuburannya, dan sifat ini dibawa kea lam arwah dan dalam perjalanan arwahnya, kakek saya sekarang ini sudah reinkarnasi lagi, hubungan saya dengan kakek sudah putus total. Kakek angkat istri saya dari garis Ibu pernah menjadi ketua Klenteng Tridharma. Kuburannya mengalami kerusakan dan diperbaiki oleh ipar saya. Waktu arwah kakek berkunjung ke rumah saya, istri saya memberitahukan soal kuburannya yang rusak dan telah diperbaiki oleh adiknya. Kakek saya bilang bahwa dia sudah tidak terpengaruh oleh keadaan kuburannya. Kuburan rusak juga tidak membuat dia susah, kuburannya baik juga tidak membawa pengaruh baik padanya. “Hanya adikmu yang telah peduli dan mau memperbaiki kuburan leluhurnya akan mendapat pahala dari Tuhan YME.” Arwah kakek angkat istri saya ini sudah mencapai tingkat yang dapat melepaskan kemelekatan terhadap keduniawian, dia sudah tidak mempersoalkan kuburannya, hal yang sangat duniawi. Kakek angkat istri saya ini berhasil mencapai sorga dan juga berhasil menembus alam nirwana. Jadi pengaruh kuburan terhadap arwah tergantung sikap arwah itu sendiri. Dari pengamatan kami berdua, sebagian besar arwah sudah tidak peduli terhadap kuburannya, terutama arwah yang telah memasuki alam arwah dan sudah memulai perjalanan arwahnya. Kuburan atau makam mempunyai sifat monumental, suatu monument untuk generasi atau keturunan selanjutnya. Oleh karena itu sering dijumpai orang membangun makam atau kuburan keluarga secara megah dan mewah. Kalau dinilai dengan mengunakan “kebenaran materi”, makam yang megah dan mewah, baik untuk keluarga dangenerasi yang akan datang. Suatu prestasi keluarga dari orang yang dimakamkan disitu. Kalau dinilai dengan mempergunakan “kebenaran spiritual,” makam megah sangat tidak baikbagi arwah orang yang dimakamkan disitu. Makam yang megah dan mewah itu akan membuat arwah menjadi terikat kuat pada makam itu, terikat pada keduniawian. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan , anak, istri atau suaminya, pada waktu upacara ritual pemakamannya atau upacara sembahyang peresmian makam, meminta agar almarhum jangan kemana-mana, tinggal disini saja, sebab sudah dibuatkan makam yang bagus, megah dan mewah. Begitu arwah ini mengiyakan permintaan keluarganya, maka dia sudah terikat kuat pada makamnya. Dia tidak dapat “naik” kea lam arwah dan tidak dapat menempuh perjalanan arwahnya untuk waktu yang lama sekali.
2. Kremasi
Upacara ritual pembakaran jenazah atau dikremasi sudah lama dikenal dan dijalankan. Terutama oleh ummat hindu dan ummat Budha, kemudian diikuti oleh ummat agama lainnya. Ada orang yang pesan kepada anak-anaknya agar kalau dia meninggal, supaya jenazahnya dikremasi saja, khawatir nanti kalau dikubur, kuburannya akan digusur dan dibongkar oleh adanya pembangunan kota. Juga akan merepotkan keluarga dan anak-anaknya karena harus mondar-mandir mengunjungi makamnya untuk tabur bunga atau ritual lainnya. Tetapi ada juga orang yang berpesan kepada keluarganya kalau dia meninggal agar dikubur, jangan dikremasi, sebab dia takut dan ngeri kalau nanti dibakar, dia bias kepanasan dan menderita. Jadi jenazah yang dikubur atau dikremasi, apa pengaruhnya terhadap arwah almarhum? Dari pengamatan kami terhadap banyak arwah yang dikubur maupun yang dikremasi, sebanarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali. Ketakutan kalau nanti kuburannya digusur dan dibongkar atau takut dikremasi, dibakar, merasa akan menderita kepanasan, semuanya tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Ketakutan dan kekhawatiran pada waktu masih hidup tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Bahkan arwah juga tidak mempersoalkan lagi apakah jenazahnya dulu dikubur atau dikremasi. Dipandang dari sudut spiritual, saya cenderung mengatakan bahwa jenasah yang dikremasi lebih baik daripada dikuburkan. Sebab dikubur mempunyai resiko arwah almarhum dapat terikat di makamnya, hal ini dapat menghambat perjalanan arwahnya. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan rajin mengunjungi makamnya dan melakukan sembahyang dan tabur bunga. Kalau jenasah dikremasi, sebaiknya abu kremasi jangan disimpan di tempat atau di rumah penyimpanan abu jenazah. Sebab hal ini tidak begitu beda dengan dikubur. Sebaiknya abu jenazah dilarung saja dilaut atau disungai. Sehingga mengurangi keterikatan arwah terhadap kehidupan duniawi.
Ritual arwah
1. Upacara Sembahyang Arwah Banyak upacara kebudayaan tradisional dari banyak aliran kepercayaan telah dikenal dan dilakukan untuk meng-iringi upacara duka atau upacara kematian. Seperti slametan untuk arwah, misa arwah, kebaktian dan doa untuk mengiringi perjalanan arwah. Kesemuanya itu dengan tujuan menghibur arwah, untuk mengarahkan dan memandu arwah supaya tidak salah jalan, untuk menolong dan melindungi arwah dari gangguan arwah lain dan gaib yang jahat, juga untuk mendoakan arwah supaya mendapat bimbingan dari para roh suci, para dewa dan para malaikat untuk melancarkan perjalanan arwahnya. Juga ada unsur untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan.
Sering dalam menghadiri ritual untuk arwah seperti yang saya sebutkan tadi, saya melihat banyak upacara ritual yang “kosong”, artinya ritual yang dilakukan tidak menghasil-kan kekuatan spiritual yang dapat menolong sang arwah, seperti yang diharapkan dari tujuan upacara ritual untuk arwah tadi. Mengapa dapat begitu? Sebab dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut logika dan fakta, maka upacara ritual untuk arwah jauh dari fakta. Faktanya mana kalau upacara ritual-arwah dapat menolong dan dibutuhkan oleh arwah? Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan bukti atau membuktikan.
Oleh karena itu, upacara ritual arwah banyak dilakukan hanya untuk memenuhi syarat-syarat ritual kematian yang sudah lama diikuti, supaya tidak menjadi omongan orang banyak. Walaupun begitu, saya juga pernah melihat upacara ritual untuk arwah yang “berisi”, artinya benar-benar mem-punyai kekuatan spiritual untuk menolong, melindungi dan membimbing arwah dalam menempuh perjalanan arwahnya.
Ritual untuk arwah yang “berisi” sangat berguna dan dibutuhkan oleh arwah . Oleh sebab itu carilah orang yang benar-benar mempunyai kemampuan spiritual untuk melaku-kan upacara ritual arwah. Supaya upacara ritualnya benar-benar “berisi”.
Bagaimana anda dapat mengetahui, siapa orang yang mempunyai kemampuan spiritual yang dapat memimpin upacara ritual arwah agar “berisi”? Yang paling gampang dan praktis adalah tanya kepada roh suci dan dewa di altar Vihara/ Klenteng Tri Dharma dengan mempergunakan sarana pak-pwee. Tanyakan apakah si A, si B, atau si C yang dipilih oleh dewa di altar untuk anda pilih memimpin upacara ritual.
Dibawah ini adalah beberapa Vihara/Klenteng Tri Dharma yang dapat dipakai untuk menanyakan: 1. Vihara Dewi Kwan Im – Ching Te Yen, Petak Sembilan – Jakarta. 2. Vihara Dewa Kwan Kong – Gg. Lamceng, Perniagaan – Jakarta. 3. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Jl. Angke Indah – Jakarta. 4. Vihara Dewa Hok Tek Ceng Sien – Jl. Dr. Satrio, Karet - Jakarta. 5. Vihara Dewi Kwan Im – Pasar lama – Tangerang. 6. Vihara Dewi Kwan Im – Banten Lama – Serang. 7. Vihara Hok Tek Ceng Sien – Plered – Cirebon. 8. Vihara Dewi Kwan Im – Kantor BAT – Cirebon. 9. Vihara Dewi Kwan Im – Gg Lombok – Semarang. 10. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Grajen – Semarang. 11. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Welahan – Dekat Kudus. 12. Vihara Dewa Kwan Kong – Tuban. 13. Vihara Dewi Thian Sang Seng Bo – Lasem & Rembang. 14. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Jl. Jagalan – Surabaya. 15. Vihara Dewi Kwan Im – Kenjeran – Surabaya. 16. Vihara Dewa Kong Tek Cun Ong – Gudo – Jombang. 17. Vihara Dewa Kwan Kong – Jl. Klenteng – Bandung. 18. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Cilacap. 19. Vihara Dewi Kwan Im – Pasar Gede – Solo. 20. Vihara Dewi Kwan Im – Pemekasan – Madura.
2. Mengirim “Rumah” Untuk Arwah Banyak umat Khong Hu Cu dan Tao-Is yang masih mengikuti kebudayaan tradisionalnya mengadakan upacara pengiriman "rumah " atau apa saja yang sifatnya keduniawian kepada arwah keluarganya yang meninggal. Seperti rumah beserta perlengkapannya, mobil, uang bahkan ada gunung emas dan gunung perak segala. Tentu semuanya ini terbuat dari kertas yang kemudian dibakar dengan suatu upacara ritual agar benda-benda tersebut dapat berwujud dan memasuki dimensi gaib kemudian dapat diterima oleh arwah almarhum.
Apakah benar upacara ritual seperti ini benar-benar berguna untuk arwah? Dari pengamatan yang saya lakukan bersama istri saya, ritual seperti ini ada gunanya dan manfaatnya untuk arwah, selama arwah tersebut masih ada di alam transisi atau alam arwah gentayangan. Dengan syarat bahwa upacara ritual ini dilakukan oleh orang yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut, kalau tidak, maka semua yang dikirimkan itu tidak mampu menembus alam transisi arwah, sehingga tidak sampai dan tidak dapat diterima oleh arwah. Jadi mubasir saja.
Untuk mengetahui siapa orang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin upacara ritual pengiriman rumah, dan lain-lain untuk arwah, anda dapat memohon pertolongan para roh suci dan para dewa di altar Vihara Tri Dharma dengan memakai sarana pak-pwee. Tanyakan apakah si A, si B atau si C yang ditunjuk oleh dewa di altar, untuk memimpin upacara ritual tersebut.
Dari pengalaman saya, waktu ibu saya meninggal, kami sekeluarga melakukan pengiriman rumah untuk arwah ibu. Kami pesankan rumah-rumahan dari triplek dengan perlengkapan yang disenangi oleh ibu saya waktu hidupnya, ada taman, ada banyak ayam piaraan dan lain-lain. Rumah dengan semua perlengkapan ini saya kirimkan pada malam sebelum esok harinya dimakamkan. Setelah saya dan istri menyalurkan kekuatan spiritual kedalam rumah-rumahan ini untuk diwujudkan ke alam transisi arwah, saya melihat arwah ibu saya langsung memasuki “rumah” tersebut dan tidak keluar-keluar lagi sampai keesokan harinya. Saya melihat arwah ibu saya begitu senang dengan rumah yang kami kirimkan. Arwah ibu saya tidak lama tinggal di rumah ini, setelah tiba waktunya untuk naik dan memasuki alam arwah, maka semuanya harus ditinggalkan, tidak ada satu barangpun yang dapat dibawa “naik”. Hal ini sangat menyusahkan dan sangat mengecewakan hati arwah ibu saya. Berkali-kali kunjugan ibu ke rumah saya, berkali-kali pula meminta supaya saya menolong ibu dapat tinggal kembali ke rumahnya yang lama, rumah yang dulu kami kirimkan untuk arwah ibu. Tapi permintaan arwah ibu saya tidak mungkin dapat dipenuhi.
Dari pengalaman ini, saya menyarankan kalau anda yang ingin mengirimkan “rumah” dan lain-lain untuk arwah almarhum keluarga anda, kirimkanlah yang sederhana saja, jangan yang mewah dan mahal, sebab yang mewah akan membuat arwah terikat pada “rumah” mewah itu, dan akan sangat kecewa dan menderita pada saat nanti harus meninggalkan semuanya. Dan yang mahal, anda harus keluar banyak uang untuk “rumah” yang akan menyusahkan arwah almarhum.
Sayangnya banyak ritual pengiriman “rumah” untuk almarhum ini sudah diikuti oleh prestise atau gengsi keluarga. Keluarga-keluarga kaya dan terpandang merasa gengsi dan prestise keluarga akan turun di mata lingkungannya kalau untuk almarhum keluarganya hanya dikirimkan rumah yang sederhana saja atau yang murahan. Atau nanti dianggap kurang berbakti kepada almarhum orang tuanya. Apa lagi kalau orang tuanya meninggalkan warisan dan perusahaan besar.
Untuk mengatasi masalah yang terakhir ini, saya sarankan agar anda mengirimkan “rumah” yang mewah tetapi “kosong”, artinya ”rumah“ tersebut tidak dapat terwujud di alam gaib dan tidak sampai ke arwah almarhum. Kemudian mengirimkan “rumah“ yang sederhana tetapi “berisi” yang perlu dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut.
Mengirimkan rumah dan segala barang yang sifatnya duniawi ini hanya berguna untuk arwah yang masih belum naik. Untuk arwah yang sudah naik, semuanya tidak ada gunanya untuk arwah. Ritual mengirim “rumah“ ini hanya ada di dalam kebudayaan traditioanal umat Khong Hu Cu dan Tao-Is. Apakah ini berarti di alam arwah gentayangan yang punya “rumah pribadi” hanya arwah dari umat ini? Memang benar. Akan tetapi ini tidak berarti arwah dari umat aliran lain terlunta-lunta dan tidak punya tempat tinggal. Tidak.
Di alam arwah gentayangan atau di alam transisi atau alam peralihan ini, ada tempat penampungan berupa bangsal besar. Di tempat inilah para arwah dari aliran kepercayaan lain ditampung dan diurusi, dengan syarat bahwa upacara ritual untuk arwah dan ritual pemakamannya dipimpin oleh orang yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk mengantarkan arwah almarhum sampai ke bangsal penampungan atau bangsal penantian.
Yang saya tahu ada beberapa daerah terutama di daerah Jawa Timur, masih banyak yang mengikuti upacara pembakaran “rumah-rumahan” atau pengiriman “rumah” untuk arwah almarhum dilakukan pada hari peringatan satu tahun meninggalnya almarhum. Hal ini tentu kurang tepat sasaran, sebab banyak arwah yang sudah “naik” sebelum setahun setelah meninggal. Dan hal ini juga membuat arwah harus gelandangan tidak punya tempat tinggal selama satu tahun dulu, baru dapat rumah-kiriman. Jadi sebaiknya “rumah” dikirim sesaat sebelum upacara pemakaman atau kremasi.
Bagaimana dengan barang-barang lain seperti pengiriman “uang”, mobil, gunung mas, dan lain-lain? Kalau dikirim secara benar, barang-barang ini dapat terwujud di alam arwah gentayangan. Hanya semuanya tidak dapat dipakai di sana. Ini semua hanya membuat arwah senang, merasa nyaman dan bahagia sebab punya uang, punya mobil, bahkan gunung mas. Barang-barang yang sangat didambakan dalam hidupnya. Semua barang ini tidak dapat dipakai di alam arwah, hanya dapat dipakai untuk menghibur diri saja. “Uang” tidak berguna di alam arwah gentayangan, sebab disana tidak ada arwah yang jualan, tidak ada yang dibeli.
3. Meja Abu Sembahyang Khong Hu Cu mengajarkan agar anak berbakti dan menghormati orang tuanya, bukan hanya waktu orang tuanya masih hidup, tetapi juga setelah orang tuanya meninggal. Untuk itu, umat Khong Hu Cu mewujudkannya dengan mendirikan atau mengadakan meja abu leluhur untuk disembahyangi. Yang saya maksud abu leluhur disini adalah abu hio atau abu dupa sembahyang, bukan abu kremasi jenazah. Abu kremasi jangan dibawa masuk ke rumah, sebab abu kremasi membawa aura Yin atau aura negatif yang sangat merugikan, sangat tidak baik untuk yang tinggal dirumah itu.
Apakah meja abu sembahyang berguna untuk arwah? Untuk arwah orang yang baru meninggal sangat berguna untuk berlindung dan menghibur arwah, sebab keberadaannya masih diakui dan diingat oleh keluarganya, juga untuk arwah yang belum “naik” dan tidak punya “rumah” karena tidak dikirimi rumah atau kirimannya tidak sampai. Keberadaan meja abu sembahyang ada gunanya untuk arwah, yaitu untuk pos istirahat dari pergi gentayangannya.
Akan tetapi perlu saya ingatkan, jangan sekali-kali meminta kepada arwah almarhum untuk tetap tinggal di altar meja abu sembahyang, dan tidak pergi kemana-mana. Sebab begitu sang arwah setuju dan mengiyakan permintaan keluarganya, maka dia akan terikat di meja abu sembahyang tersebut untuk waktu yang lama sekali. Ini berarti dia tidak dapat memulai perjalanan arwahnya, yang juga berarti menghukum arwah tersebut.
Apakah meja abu sembahyang masih berguna kalau arwahnya sudah naik? Kalau arwah sudah naik dan sudah memulai perjalanan arwahnya, meja abu sembahyang sudah tidak ada gunanya bagi arwah. Tetapi masih berguna untuk keluarga dan generasi yang akan datang, yaitu untuk mengenang keberadaan para leluhur keluarga dan mempertahankan garis silsilah keluarga. Jadi sifatnya monumental. Berjalannya waktu membuat perubahan pola hidup masyarakat, juga perubahan umat beragama. Banyak keluarga yang dulunya menganut agama Khong Hu Cu dan Tao-is, anak-anaknya sekarang sudah pindah mengikuti agama lain.
Dampak yang saya temukan, banyak orang tua yang khawatir kalau nanti dia meninggal tidak ada yang menyembahyangi dan menjadi kelaparan, karena anak-anaknya atau suami/istrinya sudah pindah agama dan tidak lagi mengadakan ritual-arwah. Juga ada yang merasa risau dan takut kalau nanti dia meninggal, dia akan begitu saja dilupakan oleh anak-anak, istri atau suaminya sebab sudah pindah agama. Dia khawatir dihilangkan begitu saja seperti “dari debu kembali ke debu”. Semuanya hilang tanpa bekas.
Kekhawatiran dan ketakutan seperti ini manusiawi sekali, sebab masih terikat oleh kebenaran materi. Kalau nanti dia sudah meninggal dan memulai perjalanan arwahnya, maka semua yang dulu dikhawatirkan dan ditakuti tidak akan pernah terjadi dan tidak pernah dialami.
4. Sembahyang Arwah Setelah seseorang meninggal dunia, keluarga yang ditinggalkan umumnya masih ingin mempertahankan keberadaan almarhum. Hal ini diwujudkan dengan mengadakan sembahyang untuk arwah almarhum. Dikenal beberapa macam sembahyang untuk arwah, seperti: - Sembahyang hari ulang tahun meninggalnya (sembahyang Cok-Kie) - Sembahyang Sin-Cia (sembahyang sehari sebelum Tahun Baru Imlek) - Sembahyang Ceng-Beng (sembahyang bersih kuburan) - Sembahyang Cio-Ko (sembahyang Jit-Gwee) - Sembahyang Ce-It & Cap–Go (sembahyang setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek) Apakah banyak macam sembahyang untuk arwah ini memang ada gunanya untuk arwah? Dan apakah manfaatnya untuk keluarga yang ditinggalkan? Bagi arwah yang belum naik dan masih berada di alam arwah gentayangan, semua sembahyang ini ada gunanya untuk arwah. Mempunyai sifat menghibur, keberadaannya masih diingat, dapat menikmati sajian yang disediakan. Kesemuanya ini membuat arwah menjadi terhibur dan senang. Untuk arwah yang sudah “naik”, tidak semua sembahyang ini berguna untuk arwah. Sebab untuk ”turun” menghadiri sembahyang yang diadakan oleh keluarganya diperlukan ijin” turun”, dan itu tidak mudah. Tidak mudah untuk sering kali mendapat “ijin” turun. Yang sering diijinkan turun adalah untuk menghadiri sembahyang Cok-Kie atau sembahyang Ulang Tahun hari meninggalnya almarhum, dan sembahyang Ceng-Beng atau sembahyang bersih kuburan. Manfaat untuk keluarga yang mengadakan sembahyang adalah baktinya kepada orang tua akan mendapat pahala berupa karma baik. Manfaat lain dari mengadakan sembahyang Cok-kie, Ceng-Beng dan Sin-Cia adalah merupakan reuni keluarga besar. Setelah selesai ritual sembahyang, makan bersama dari sajian besar bekas sembahyang. Seperti pada upacara slametan dari kebudayaan tradisional Jawa. Semua dapat mendekatkan dan mempererat ikatan keluarga besar sampai ke generasi penerusnya. Sembahyang Ceng-Beng Sembahyang Ceng-Beng atau sembahyang yang diadakan pada hari Ceng-Beng adalah ritual yang saya anggap “aneh” dibanding sembahyang yang lain. Hari Ceng-Beng tidak menggunakan kalender Imlek, melainkan memakai kalender atau penanggalan Masehi, yaitu setiap tanggal 5 April. Sehingga upacara Ceng-Beng ini selalu berubah menurut penanggalan Imlek. Sedangkan upacara sembahyang lainnya mempergunakan kalender Imlek. Pada hari Ceng-Beng ini umat Khong Hu Cu dan Tao-is mengadakan bersih kuburan keluarganya dan mengadakan upacara sembahyang Ceng-Beng. Seperti acara bersih kuburan yang dilakukan umat muslim menjelang hari puasa dan hari lebaran. Sembahyang Cio-Ko Sembahyang Cio-Ko diadakan setiap bulan 7 Imlek, sehingga ada yang menyebut sembahyang Cit-Gwee dan juga ada yang menamakan sembahyang rebutan. Sembahyang ini ditujukan untuk memberi sajian makanan kepada arwah yang masih gentayangan. Malahan ada yang mengatakan bahwa bulan Cit-Gwee atau bulan 7 Imlek ini, para arwah atau setan kelaparan dilepaskan untuk berebut makanan pada upacara upacara sembahyang Cio-Ko yang diadakan diberbagai Vihara atau Klenteng Tri Dharma. Sehingga banyak orang yang percaya bulan Cik-Gwee tidak baik untuk melakukan hal-hal yang penting seperti pindah rumah, membuka usaha baru, melakukan pernikahan, dan lain-lain. Apakah benar bulan Cit-Gwee begitu sakral atau menyeramkan? Menyeramkan sebab anggapan bahwa bulan itu semua setan kelaparan dilepaskan. Sebenarnya anggapan seperti itu tidak benar. Yang dikatakan setan kelaparan dilepas itu tidak ada. Kalau yang dimaksud setan kelaparan adalah arwah “kelaparan” itu memang ada, tapi kalau arwah kelaparan itu dilepas, dilepas dari apa dan dari mana? Ini tidak ada. Yang ada adalah para arwah “kelaparan” itu pada bulan Cit-Gwee diundang makan diupacara sembahyang Cio-Ko yang diadakan di berbagai Vihara Tri Dharma. Mereka jumlahnya banyak sehingga harus berebutan, sehingga disebut sembahyang rebutan. Akan tetapi pada upacara sembahyang rebutan ini, yang berebut bukan hanya arwah ”kelaparan”, tetapi juga manusia yang menonton atau penonton upacara ini ikut rebutan barang-barang yang disajikan dalam upacara sembahyang ini. Jadilah tontonan yang menarik banyak pengunjung. Hari sembahyang Cio-Ko juga digunakan banyak umat Tri Dharma untuk beramal, untuk bakti sosial membantu dan menolong kaum miskin dengan memberi bahan kebutuhan hidup. Jadi lebih sesuai kalau disebut bulan BERAMAL. Beramal untuk arwah gentayangan juga beramal untuk kaum miskin. Untuk arwah yang sudah naik dan sudah mulai perjalanan arwahnya, tidak ada yang boleh ikut upacara Cio-Ko ini. Bagi arwah yang belum naik, yang masih dialam arwah gentayangan, yang oleh keluarganya masih disembahyangi Ce-It dan Cap–Go, dia tidak mau ikut-ikutan berebut di sembah-yang rebutan ini. Sajian Sembahyang Setiap kali saya mengadakan sembahyang Sin-Cia, sembahyang untuk arwah leluhur orang tua yang diadakan siang hari, sehari sebelum Tahun Baru Imlek. Dalam upacara sembahyang Sin-Cia ini saya mengundang banyak sekali arwah leluhur dari garis silsilah saya dan garis silsilah istri. Sehingga yang dapat hadir sekitar 30-an arwah. Pada awalnya sebelum saya tahu, kami berdua menyediakan hidangan 30-an mangkok kecil nasi, minuman juga 30-an cangkir, ditambah masakan, sayuran, buah, kue, dan lain-lain, sehingga perlu meja besar untuk menghidangkan kesemuanya ini. Beberapa kali kami menyediakan hidangan besar seperti ini, sampai suatu saat guru roh kami memberitahu bahwa hidangan besar seperti itu berlebihan dan tidak diperlukan. Hidangan cukup 3 mangkok nasi putih, 3 cangkir air teh, 7 macam masakan, 7 macam kue dan 3 macam buah sudah lebih dari cukup, dan kesemuanya dalam porsi kecil saja. Hidangan seperti ini sudah cukup untuk menjamu 100 arwah. Dari dialog yang saya lakukan dengan para arwah yang hadir, saya tahu hidangan yang disenangi oleh mereka adalah makanan kegemaran mereka waktu masih hidup. Ini bukan berarti kalau makanan kegemaran mereka jumlahnya lebih dari tujuh macam, anda tidak perlu mengadakan lebih dari tujuh macam, cukup dengan tujuh macam saja. Apakah semua hidangan yang disajikan dalam upacara sembahyang dapat dinikmati oleh arwah? Tidak selalu. Agar hidangan yang disajikan dalam upacara sembahyang arwah dapat dinikmati oleh arwah, anda perlu sembahyang dan berdoa ke Allah dulu, memohon ijin dan restu dari Allah untuk mengadakan upacara sembahyang yang anda persembahkan kepada arwah leluhur keluarga anda. Dan memohon agar hidangan yang disajikan dapat dinikmati oleh para arwah yang hadir. Waktu untuk upacara sembahyang umumnya hanya 1 jam. Setelah selesai, bakarlah kertas sembahyang sebagai sarana penutupan upacara sembahyang. Untuk mengetahui apakah arwah leluhur yang anda undang datang atau tidak, apakah hidangan yang anda sajikan dapat dinikmati atau tidak, anda dapat menanyakan kepada para dewa dan roh suci di altar Vihara Tri Dharma, agar kalau ada yang tidak sampai ketujuan dapat diperbaiki atau dicarikan solusinya. 5. Arwah Strata Nirwana Waktu Pak Irwan meninggal (kasus no 8), beberapa minggu kemudian keluarga Pak Irwan ke rumah saya untuk menanyakan perjalan arwah Pak Irwan. Saya memberitahukan bahwa arwah Pak Irwan kurang dari 24 jam setelah meninggal, sudah naik dan kembali ke alam Nirwana. Sebab Pak Irwan rohnya mempunyai strata Nirwana. Oleh karena itu, untuk Pak Irwan sudah tidak diperlukan lagi segala upacara tradisional sembahyang arwah, seperti mengirim “rumah” dan lain-lain. Waktu istri Pak Irwan menceritakan hal ini kepada famili dan teman-teman dekatnya. Ada yang memberitahu istri Pak Irwan bahwa Nirwana tidaklah semudah itu dapat dicapai, untuk dapat mencapai Nirwana butuh waktu yang lama dan sulit. Saya jelaskan kepada keluarga Pak Irwan, yang dikatakan orang itu benar sekali. Nirwana tidak mudah dicapai, bahkan amat sulit dicapai, juga butuh waktu yang lama sekali. Itu benar sekali. Akan tetapi orang yang mengatakan bahwa jangan percaya kalau arwah Pak Irwan sudah sampai di Nirwana, itu tidak benar. Dia belum tahu kalau Pak Irwan sudah memiliki strata Nirwana, rohnya memang berasal dari Nirwana. Jadi begitu meninggal, rohnya segera kembali ke tempat asalnya, Nirwana. “Kalau seperti anda semua ini, yang belum mempunyai strata Nirwana, teramat sulit dan butuh waktu ribuan tahun agar dapat memcapai strata Nirwana seperti Pak Irwan” kata saya kepada keluarga Pak Irwan. Agar tidak menjadi omongan negatif dari famili Pak Irwan dan teman-teman dekatnya, lakukan saja upacara sembahyang arwah yang sudah menjadi kebiasaan dari kebudayaan tradisional. Cukup yang sederhana saja, tidak perlu yang mewah dan mahal, sebab semuanya itu tidak berguna sama sekali untuk Pak Irwan almarhum. Orang yang mempunyai roh berstrata Nirwana, artinya rohnya berasal dari alam tingkat Nirwana. Pada saat dilahirkan tidak membawa karma buruk atau karma buruknya (SKKB) sama dengan nol. Konsekuensinya pada saat “pulang” maka karmanya juga harus kembali nol. Mengenai roh berstrata “Nirwana” atau berstrata “langit” ini akan saya tulis lebih panjang pada buku ke-5 berjudul DIALOG DENGAN ALAM DEWA. Semoga tulisan dalam buku ini dapat sedikit membantu menambah wawasan anda tentang cerita perjalanan arwah, hidup setelah mati.
Disadur dari Buku Herman Utomo dan Ny. Selvie Utomo
No comments:
Post a Comment