Thursday, 18 April 2019

PETA ARWAH

Seri XI.  PETA ARWAH

Peta/hantu adalah arwah yang dimaksudkan di masyarakat secara umum.
Kalau Mahayana atau Tantrayana disebut antarabhava.   Ada empat jenis peta yang disebutkan di dalam Milindapanha,  namun sesungguhnya lebih banyak lagi.
Di antara yang disebutkan adalah Paradattupajivika-peta.   Secara harfiah paradattupajivika berarti ia yang hidup bergantung pada pemberian pihak lain.   Oleh Burlingame dalam terjemahannya terhadap Dhammapada Atthakatha ditafsirkan sebagai peta yang menyantap sisa-sisa makanan pemberian pihak lain.   Sedangkan di Milindapanha ditafsirkan sebagai peta yang dapat menerima pelimpahan jasa.
"Arwah" di Theravada di tafsirkan sebagai Peta.  Di Mahayana kebanyakan ditafsirkan sebagai antarabhava.


Seperti penjelasan di atas bahwa makhluk Paradattupajivika Peta adalah makhluk yang makanannya adalah sesajian.   Memang yang paling efektif adalah sesajian yang disajikan oleh anggota keluarga dengan merenungkan perbuatan tersebut untuk menginspirasikan kebaikan (mudita citta) kepada makhluk itu.  Makhluk Peta jenis ini juga yang memelihara hidupnya dengan memakan makanan yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyangan.

*Hanya Paradattupajivika-Peta saja yang dapat menerima makanan yang diberikan orang dalam upacara sembahyang serta kiriman jasa dari keluarga.   Para Bodhisatta,  jika terlahir menjadi setan,  akan menjadi Paradattupajivika-Peta."

Memberi Persembahan Makanan

Di tradisi masyarakat Chinese,  selalu ada persembahan makanan kepada sanak keluarga yang telah meninggal,  biasanya dilakukan pada saat baru meninggal,  dimana memperingati hari kematiaannya,  saat menjelang hari raya Imlek,  Cheng Beng (ziarah ke kuburan) maupun saat tanggal lima belas bulan tujuh (Tjit Gwek Pua).

Dan apakah mereka (Peta) tersebut benar-benar pulang ke rumah untuk menyantap makanan yang mereka persembahkan ?
Seandainya mereka terlahir sebagai Paradattupajivika-Peta,  mereka akan pulang ke rumah untuk makan.   Ini dapat dibuktikan dengan banyak saksi mata (bahkan ada anak-anak) yang melihat bahwa sanak keluarga mereka yang telah meninggal pulang saat perayaab tersebut.   Tetapi seandainya mereka telah terlahir di alam yang lain,  mereka tidak bisa menerima persembahan tersebut lagi.

Anjuran yang disarankan adalah apabila Anda ingin melakukan persembahan makanan seperti ini,  alangkah baiknya mereka (Peta) tersebut Anda undang satu hari sebelum perayaan (karena kalau kebetulan Peta tersebut terlahir di sekitar rumah Anda dia akan segera tahu,  tetapi seandainya dia terlahir di tempat yang jauh,  biasanya butuh waktu untuk memberitahukan mereka).
Didalam Paritta Pattidana/Pelimpahan Jasa terdapat kalimat "Te Cimam Nappajananti,  Deva Tesam Nivedayum"  yang artinya
"Dan kepada mereka yang tidak mengetahui,  Semoga para dewa memberitakannya".
Dalam hal ini Anda bukan saja bisa mengundang satu atau dua orang sanak saudara Anda yang telah meninggal,  tetapi bisa juga seluruhnya.   Anda hanya perlu niatkan(atau ada yang ingin pasang dupa dahulu) "semoga semua sanak saudaraku di kehidupan yang sekarang ataupun di kehidupan yang lampau dapat berkumpul di sini pada hari.... jam..... untuk menerima persembahan makanan ini".  (Bahkan Anda bisa niatkan kepada semua makhluk yang mempunyai hunungan kamma maupun yang tidak mempunyai hubungan kamma dengan Anda) agar mereka juga turut hadir menerima persembahan makanan ini.
Apakah mereka benar-benar makan ?
Seperti yang dikisahkan oleh Paramita Devi dalam bukunya yang berjudul "Ruang dan Waktu dimata anak indigo".
Mereka makan dengan cara menyedit,  menjilat dan ada yang mengambil/memegang makanan tersebut.
Bahkan ada beberapa makhluk yang bisa menghabiskan makanan maupun minuman secara fisik seperti makhluk dari kelompok Yakka dan Asura. (Kepercayaan lain menyebutnya makhluk JIN).

Sebenarnya persembahan makanan seperti ini adalah hal yang positif,  karena dapat membawa kebahagiaan bagi yang telah meninggal,  karena mereka akan merasa bahwa keluarga yang telah mereka tinggalkan masih ingat pada mereka.   Seperti srorang kakek atau nenek yang mendapat hadiah di hari-hari khusus (meskipun hadiah tersebut tidak terlalu berharga)  mereka tentu akan bahagia,  karena bukan nilai hadiahnya yang penting tetapi niat dari yang memberikan,  hal inilah yang akan memberikan kebahagiaan bagi mereka.   Dan dengan seringnya mereka berbahagia (memiliki pikiran yang positif) akan mengantarkan mereka terlahir kembali sesuai dengan kamma yang mereka miliki.

Di dalam Buddha Sasana sebenarnya selain memberi persembahan makanan,  kita masih mempunyai metode yang terbukti ampuh untuk mengantarkan sanak keluarga kita ini agar bisa terlahir kembali di alam-alam yang lebih bahagia.   Caranya adalah PELIMPAHAN JASA (Pattidana),  cuma sangat disayangkan banyak umat Buddha sendiri tidak mengerti pentingnya hal ini.  (soal pelimpahan jasa akan dibahas khusus).

Makhluk Peta dapat dibagi menjadi 4 jenis peta yaitu :

1. Yang hidup bergantung pada makanan
    pemberian orang lain dengan cara
    penyaluran jasa dan sebagainya
    (paradattupajivika),
2. Yang senantiasa kelaparan,  kehausan dan
     kekurangan (khuppipasika),
3.  Yang senantiasa terberangus
     (nijjhamatanhika),
4.  Yang tergolong sebagai iblis atau makhluk
      yang suram (kalakancika).

Seseorang akan terlahir ke alam peta karena disebabkan oleh keterikatan serta keserakahannya.
Setelah meninggal karena keterikatan tadi mereka akan mengikuti seseorang atau benda yang dia sayangi bahkan menempati suatu lokasi tertentu yang selama hidup mereka banyak beraktifitas di tempat tersebut,  mis. rumah ataupun tempat kerjanya.

Sebelum Meninggal
Biasanya sebelum seseorang meninggal akan melihat salah satu diantara tiga obyek pikiran,  yaitu :
1. Kamma (perbuatan baik dan buruk yang
    dilakukan pada semasa hidupnya)
2. Kamma-nimitta (peralatan atau instrumen
    yang sering digunakan untuk melakukan
    perbuatan baik atau buruk ;  mis. Pisau
    untuk menjagal hewan)
3. Gati-nimitta (penglihatan akan alam
    kehidupan atau tempat dimana dia akan
    terlahirkan).

Yang akan kita bahas adalah Gati-nimitta.

Saat menjelang kematian,  tanda-tanda ramalan muncul menunjukkan kehidupan seseorang selanjutnya.
Jika Anda akan terlahir di alam dewa,  kereta kencana dewa,  makhluk-makhluk surga,  mendengar musik surgawi, istana dan kebun dewa dan sebagainya akan muncul dalam pikiran Anda,  bahkan ada kasus yang penulis temukan di kota Binjei dimana seorang ibu ketika menjelang dan setelah kematiannya di sekitar kamar bahkan rumahnya selama beberapa hari tercium harum bunga yang sangat kuat.   Padahal disekitar tempat itu tidak terdapat bunga apa pun juga (kebenaran cerita ini sudah di cek kepada teman-teman satu vihara dari anak ibu yang meninggal ini,  yang kebetulan disaar ibunya meninggal,  selama beberapa hari mereka yang membacakan paritta di rumah duka).
Dan beberapa hari kemudian setelah dikebumikan anaknya sempat melihat sesosok makhluk bercahaya di dalam kamar mendiang ibunya dan kembali dari kamar itu tercium harum bunga yang sangat kuat.

Jika Anda akan terlahir kembali di alam manusia (Manussa-Bhumi),  warna merah dinding rahim calon ibu Anda akan tampak.

Jika Neraka (Niraya) adalah tempat kelahiran Anda berikutnya,  Anda akan melihat anjing-anjing hitan,  api neraka, merasakan panasnya api yang sangat mengerikan atau penjaga neraka.

Mereka yang akan terlahir kembali di alam binatang (Tiracchana-Bhumi) mungkin akan melihat hutan-hutan lebat,  pegunungan,  air sungai,  atau samudra di mana mereka akan dilahirkan.

Seseorang yang akan terlahir sebagai makhluk Peta (hantu kelaparan) akan melihat sesosok hantu atau kerabatnya yang telah meninggal datang untuk menjemputnya pergi
(ini merupakan kasus yang paling umum ditemukan).

Ekspresi Wajah

Wajah yang suram,  sedih atau tegang menunjukkan dia akan terlahir kembali di alam rendah.  Ada pula yang akan tersenyum karena kesenangan indrawi masa lampau.
Senyuman semacam ini tidak dapat dianggap sebagai pertanda yang baik.

Bentuk Lain Gati-nimitta

Beberapa orang ketika mendekati kematian melihat gambaran kehidupan kelahiran mereka berikutnya dengan jelas.   Pada masa Buddha Gotama, Revati,  istri orang kaya bernama Nandiya,  adalah seorang wanita yang sombong.  Dia sama sekali tidak memiliki keyakinan pada Sang Buddha dan sering mencaci maki para bhikkhu.
Sebaliknya,  suaminya adalah seorang pengikut Sang Buddha yang tekun; 
Ketika meninggal,  suaminya itu menjadi deva
Ketika Revati mendekati ajalnya,  dua penjaga neraka menyeretnya ke alam surgawi dan memperlihatkan kemakmuran yang dienyam oleh Nandiya (mantan suaminya).
Kemudian penjaga neraka menyeretnya turun ke neraka dan menghukumnya karena perbuatan dan sikap jahatnya.

Mereka yang tertelan oleh bumi karena perbuatan jahat yang berat,  langsung jatuh seketika ke dalam panasnya neraka Avici.
Kadi kita lihat bahwa Gati-nimitta muncul dalam berbagai bentuk.   Dalam masa kita sekarang,  ada juga beberapa orang menjelang ajal mendengar musik dan mencium bau wangi,  yang kadang juga bisa terdengar dan tervium oleh orang di sekitarnya.   Gati-nimitta ini bersama dengan kamma dan kamma-nimitta umumnya muncul sebagai gambaran karena kekuatan kamma masa lampau yang mendapat kesempatan untuk menghasilkan akibat.

Apabila seseorang akan terlahir di alam Paradhatupajivika peta biasanya mereka akan melihat sesosok hantu atau sanak saudaranya yang telah meningga datang untuk membawanya pergi.
Sehingga mereka akan berkata kepada keluarga yang masih hidup bahwa mereka melihat ayah,  ibu ataupun sanak saudara lainnya datang menjenguknya ( padahal semua yang disebutkannya itu telah meninggal).   Kondisi ini bisa hanya ada satu makhluk saja mereka lihat  tetapi ada juga kasus dimana yang hadir itu bisa lebih dari satu.   Tetapi penampakkan seperti ini tidak harus yang berhubungan sanak saudara.
Ada beberapa kasus yang mereka lihat justru hanya bayangan hitam saja tetapi berbentuk seperti manusia.

Apabila ada keluarga kita yang akan meninggal mempunyai tanda-tanda seperti diatas,  maka sebagai keluarga kita dapat mengingatkan keluarga perbuatan baik (kebajikan yang pernah dia lakukan),  atau bisa juga mengundang bhikkhu untuk membacakan paritta,  agar pikirannya terarah pada sesuatu yang lebih baik.  (tetapi ini juga sangat tergantung pada orang tersebut karena kalau selama hidup dia tidak pernah ke vihara ataupun dia tidak pernah membaca paritta,  maka semuanya akan sia-sia).

Dan apabila tidak ada kamma berat yang berperan disaat meninggal maka dia akan terlahir sebagai peta (hantu.   Tempat Kelahiran sebagai Peta bisa terlahir disekitar tempat dia meninggal tetapi bisa juga terlahir
di hutan ataupun di gunung.
Tetapi pada umumnya mereka terlahirkan di sekitar keluarganya.

Setelah Meninggal

Seperti yang telag diulas didepan,  bahwa tidak ada alam antara,  sehingga apabila seseorang meninggal dia akan langsung terlahir kedalam salah satu dari 31 alam kehidupan.   Salah satunya adalah Alam Peta.
Karena saya ini khusus untuk membahas tentang alam peta sehingga kami tidak memasukkan kelahiran di alam-alam lainnya.

Paradatthupajivika Peta

Seseorang ketika meninggal,  dia akan langsung dilahirkan.  Yang paling banyak terjadi adalah mereka terlahir sebagai Paradatthupajivika Peta/ arwah disekitar keluarganya,  ini disebabkan karena kuatnya keterikatan pada keluarga tersebut.

Pada saat kesadarannya mengambil bentuk Paradatthupajivika Peta/ arwah,  pada umumnya mereka kebingungan karena :

1. Mereka merasa tidak terjadi apa-apa pada
     diri mereka (merasa baik-baik saja),
     terkecuali bagi mereka yang pikirannya
    masih terus terikat dengan penyakitnya.
2. Mereka dapat melihat jasad/badan
    kasarnya.
3. Melihat keluarganya ada yang menangisi*
    dan sibuk mengurus jenazahnya.
4. Mereka memanggil sanak keluarganya
    tetapi tidak ada yang mendengarkan.
5. Mereka tidak dapat menyentuh apapun
    juga.

Sangat di anjurkan agar keluarga tidak terlalu bersedih.  Karena ini akan menyebabkan makhluk tersebut semakin terjerumus ke Alam yang lebih rendah,  ini disebabkan karena keterikatan pada keluarga yang dia tinggalkan.

Pada saat menjelang kematian sangatlah penting untuk menumbuhkan pikiran baik dengan menyadari perbuatan-perbuatan baik kita atau sifat-sifat agung Sang Buddha.
Para anak cucu harus mengingatkan ayah atau ibunya menjelang kematiannya untuk mengingat yang pernah dilakukan,  atau bermeditasi misalnya dengan mengingat satu sifat mulia Sang Buddha - 'Buddho,  Buddho,  Buddho'.  Anak cucu sebaiknya tidak menangis di dekat orang yang sedang menjelang ajal.   Karena orang tua akan mengkhawatirkan anak cucunya : "Apakah semua anak cucunya akan berjalan dengan baik kalau saya meninggal ?".

Kekhawatiran menimbulkan kesadaran yang berakar pada kemarahan.   Kemelekatan pada anak cucu sehingga menimbulkan kesadaran yang berakar pada keserakahan.
Pikiran buruk ini akan memberi jalan bagi sebuah kamma buruk untuk jadi penentu kelahiran kembali berikutnya.

"Saya tidak berkesempatan mendengarkan ceramah Yang Mulia di makam pada saat pemakaman,  kata hantu itu.
"Mengapa Anda tidak mendengarkan ceramah saya ?".
Banyak yang menangis sehingga kesadaran saya melekat padanya, dan kekhawatiran sepeninggal saya itu.
Dan juga hantu-hantu wanita yang baru menjadi teman baru saya mengajak saya ke bukit yang ada air terjunnya,  Yang Mulia."
Itulah kamma buruk yang diterima akibat penumpukkan keburukan di masa lalunya, oleh sebab itu bantulah almarhum dengan memunculkan pikiran baiknya dan membacakan paritta.

Tujuan untuk membawa hantu almarhum pergi ke bukit air terjun adalah untuk menghilangkan kesempatannya mendengarkan khotbah Dhamma.   Kalau dia berkesempatan mendengarkan khotbah Dhamma,  kamma baik yang didapatnya bisa bertindak sebagai kamma penghancur,  yang bisa mengakhiri keadaan sengsaranya dan memberinya kehidupan baru yang bahagia.

Hantu-hantu yang mengajak pergi ke bukit bermaksud agar dia tetap di alam sengsara supaya anak cucunya, akan sering mendanakan makanan kepada para bhikkhu untuk melimpahkan jasa kepadanya.  Ketika sisa makanan dibuang,  hantu-hantu itu mempunyai kesempatan menikmati "makan malam besar".  Karena hantu-hantu ini tidak pernah ada anak cucu mereka yang ingat untuk pelimpahan jasa (Pattidana) kepadanya.

Up. Suryajayo
                       

No comments:

Post a Comment