Sunday 28 April 2019

sebuah hati yang berwelas asih

Ven Ajahn Brahm.

Ketika kita mengetahui dari jauh bahwa di suatu tempat terjadi bencana adalah sebuah tragedi yang mengerikan. Namun ketika Anda berada disekitarnya, banyak hal di dalam tragedi ini yang berisikan berbagai kejadian yang sungguh menyentuh hati dan indah.


Ada kisah mengenai bencana kelaparan besar yang terjadi di Afrika. Banyak juga umat yang menjadi relawan untuk membantu meringankan beban bencana ini. Ketika mereka kembali, mereka bercerita pengalamannya kepada seorang bhikkhu. Bhikkhu itu berkomentar, "Pastinya di sana kondisinya sangat-sangat buruk sekali," berhubung karena bhikkhu ini sudah melihat foto-foto anak-anak yang mengalami kelaparan, lalu orang-orang seperti pria, wanita dan anak-anak dengan perut yang membusung dan lalat yang berterbangan di sekeliling mereka. Pasti sangatlah mengenaskan sekali disana.

"Yah, benar-benar di luar ambang batas," dan gadis rwelawan ini menceritakan mengenai tugasnya selama di kamp pengungsian. Kamp ini dikelilingi kawat berduri yang berlapis, dan mereka hanya memiliki makanan, air, dan obat-obatan yang terbatas yang sama sekali tidak cukup untuk setiap orang. Mereka tahu bahwa jika mereka membagi-bagikannya kepada semua orang, itu hanya akan mendistribusikan pasokan secara tipis, namun tidak akan membantu sama sekali. Mereka menyadari bahwa satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah dengan membatasi jumlah korban kelaparan yang mereka tolong, dan itulah jumlah maksimum orang yang diizinkan untuk memasuki kamp pengungsi korban kelaparan.

Nah, gadis asal Inggris ini di berikan tugas untuk pergi ke luar kamp, melintasi kawat berduri setiap pagi dengan membawa sebuah angka yang diberikan oleh orang yang berwenang. Angka itu adalah jumlah orang yang boleh di bawa masuk ke dalam kamp untuk pengobatan, dan mereka menyadari bahwa di luar sana mungkin orang-orang akan meninggal dalam waktu 24 jam berikutnya jika tidak mendapatkan pertolongan.

Bhikkhu ini berkata kepada gadis itu, "Pastinya parah sekali! Anda sesungguhnya memilih siapa yang akan mati dan siapa yang akan hidup. Bagaimana Anda bisa bertahan melihat dan menanggung tekanan yang seperti ini?"

Lalu gadis itu pun menceritakan bahwa itu adalah salah satu pengalaman yang paling menginspirasi dalam hidupnya. Para pengungsi yang biasanya datang dari malam yang sebelumnya sudah datang itu tidak berkata ,"Tolonglah bawalah aku masuk." Mereka tidak berbondong-bondong memaksa untuk masuk kedalam melewati pintu gerbang atau saling berdesakan. Mereka malah berbaris mengantri dengan tertib. Mereka berkata, "Bawalah perempuan itu, ia punya anak yang masih sangat kecil, tidak usahlah memasukkan aku dulu." Inilah yang benar-benar sangat menggugah dan menyentuh hati siapa pun! Bagaimana mungkin ketika orang-orang yang sedang berhadapan dengan maut kematian, masih saja mempunyai sebuah hati yang berwelas asih dan begitu tidak mementingkan dirinya sendiri yang sedang sekarat.

Hal ini menunjukkan padanya apa yang bisa dilakukan umat manusia. Para pengungsi ini tidak takut mati, sebab mereka menemukan bahwa kewelasan dan kebaikan itu jauh lebih penting. Jadi cara para korban kelaparan ini menjadi satu hal yang paling menginspirasi dalam hidup para relawan yang pernah kesana. Bahkan dalam sebuah tragedi seperti itu, para relawan masih melihat sebuah keindahan dan semangat manusia untuk bertahan hidup yang benar-benar sangat menggugah hati mereka.

Akhir dari kisah itu adalah ketika bhikkhu tadi bertanya , "Jadi apa yang Anda kerjakan sekarang?"

Gadis itu berkata, "Saya kembali bekerja, bekerja di kantor pajak." "Bagaimana rasanya disana?" tanya si bhikkhu. "Nah, kerja di sana baru merasa benar-benar membuat hati tertekan!" kata si gadis.

Ia malah lebih memilih berada di luar sana, bekerja sebagai relawan membantu orang yang menderita, daripada di kantor pajak, sebab di temapt-tempat itu dia dapat melihat keindahan, kewelas asihan, dan kebaikan yang begitu luar biasa. Namun di kantor pajak yang relatif aman dan nyaman, yang bisa dia lihat dan dengar hanyalah keluhan-keluhan dan pertengkaran yang remeh, kecemburuan sesama pegawai kantor pajak, dan segala hal-hal yang buruk dari kehidupan sesama manusia.

Kisah ini mengingatkan aku bahwa ketika ada sebuah kejadian tragedi, bukanlah sebuah peristiwa yang tragis, namun bagaimana cara orang menyikapinyalah yang membuat hal itu menjadi sebuah musibah atau menjadi sebuah berkah.

No comments:

Post a Comment