Tuesday, 10 March 2020

Timbulnya Kekotoran Batin

Timbulnya Kekotoran Batin
~~~

Bagaimana kekotoran batin ini muncul? Seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya, semua nāma (fenomena atau aktivitas mental) memiliki sebuah objek, dan ia selalu menjalankan perannya dalam mengognisi objek tersebut. Apa yang sering kita sebut sebagai kehidupan kita sehari-hari, sebenarnya adalah proses berkesinambungan dari pikiran kita untuk mengenali berbagai objek, atau proses berkelanjutan dari pikiran kita yang berinteraksi dengan dunia luar.


Melalui cara apa kita berinteraksi dengan dunia luar? Melalui organ-organ indera kita, yang dalam Buddhisme kita sebut landasan indria. Ada enam landasan indria, yaitu pangkal mata, pangkal telinga, pangkal hidung, pangkal lidah, pangkal tubuh dan pangkal pikiran.

Pikiran yang muncul tergantung pada enam landasan indria ini, dikenal sebagai enam kelas kesadaran, dan setiap kelas kesadaran mengenali objek-objek dari landasan indria yang sesuai dengannya:
1. Kesadaran mata melihat warna dan pemandangan.
2. Kesadaran telinga mendengar suara.
3. Kesadaran hidung merasakan bau.
4. Kesadaran lidah merasakan rasa.
5. Kesadaran tubuh merasakan wujud fisik.
6. Kesadaran pikiran merasakan dhamma (berbagai fenomena).

Setiap hari kita melakukan kontak dengan informasi sensorik yang berbeda dan melakukan berbagai kegiatan mental dan fisik. Semua proses ini hanyalah interaksi antara landasan indria dan objek indria yang sesuai. Tanpa mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran kita; tanpa pemandangan, suara, bau, rasa, bukti fisik dan objek pikiran, tidak akan ada pikiran dan tubuh, tidak akan ada apa yang kita sebut lingkungan luar maupun dunia pada umumnya.

Hidup di dunia ini hanyalah interaksi antara pikiran dan tubuh kita dengan dunia ekstrinsik. Ketika mata kita melihat benda yang menyenangkan, seperti orang yang tampan atau pakaian yang bagus, perasaan menyenangkan akan muncul dalam diri kita. Kemudian kita akan menganggap objek sebagai menyenangkan dan indah. Konsekuensinya, perasaan suka dan keinginan akan muncul. Jika perasaan ini semakin meningkat, secara psikologis akan mengarah pada seseorang yang sangat ingin mendapatkan dan memiliki objek. Aktivitas mental seperti ini disebut 'nafsu keinginan'.

Dengan cara yang sama, ketika kita mendengar musik yang menyenangkan atau pujian dari orang lain, atau ketika kita mencium aroma yang manis, mencicipi makanan yang lezat, atau menyentuh kulit halus dari lawan jenis, keinginan muncul dengan mudah.

Demikian pula, ketika mata kita melihat orang yang tidak kita sukai, seperti orang yang jelek atau jahat, perasaan tidak menyenangkan akan muncul. Kita kemudian akan menganggap orang lain itu busuk dan perasaan benci dan jijik akan muncul. Jika perasaan jijik ini semakin intensif, itu akan menimbulkan kemarahan dan ketamakan sehingga kita bahkan bisa menjadi agresif atau kasar terhadap orang itu. Keadaan mental seperti itu disebut 'niat jahat'.

Dengan cara yang sama, ketika kita mendengar kritik dari orang lain, atau mencium bau yang tidak enak, merasakan makanan yang menjijikkan, atau mengalami cuaca panas yang tak tertahankan, niat buruk dapat dengan mudah muncul dalam diri kita.

Namun, terlepas dari apakah kekotoran-kekotoran berakar pada nafsu keinginan atau niat buruk, kedua jenis itu akan memiliki akar khayalan. Khayalan adalah ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman sehubungan dengan realitas pikiran dan tubuh, serta dunia luar. Nafsu keinginan atau niat buruk hanya akan muncul ketika ada khayalan.

Karena itu, kekotoran batin sebenarnya adalah produk dari interaksi antara pikiran dan keadaan eksternal. Kekotoran batin tidak akan muncul hanya di hadapan pikiran, tanpa kondisi eksternal. Dengan cara yang sama, kekotoran-kekotoran batin juga tidak akan muncul di hadapan keadaan-keadaan eksternal saja, tanpa adanya pikiran. Ini adalah hubungan berpasangan - hubungan antara pikiran dan keadaan eksternal. Sederhananya, nafsu keinginan, niat jahat dan khayalan, ketiga kekotoran batin ini muncul sebagai konsekuensi dari hubungan yang berpasangan.

Ketika pikiran, setelah bersentuhan dengan dan melekat pada objek indria, mengembangkan kesukaan terhadap objek dan keinginan untuk memperoleh dan memilikinya, maka ini disebut 'nafsu keinginan'. Ketika pikiran tidak menyukai objek indria dan menolaknya, ini disebut 'niat buruk'.

Ketika pikiran, melalui ketidaktahuan tentang sifat sebenarnya dari objek indria, menganggapnya menyenangkan, mampu menghasilkan sukacita, mampu memuaskan satu diri, maka ini disebut 'khayalan'.

Melalui kontak antara landasan-landasan indria dan objek-objek indria yang bersesuaian, dan melalui proses pemikiran salah (perhatian tidak bijaksana), kekotoran batin muncul.

No comments:

Post a Comment