Saturday 8 August 2020

DEWA-DEWA (Dalam Agama Buddha) .

DEWA-DEWA
(Dalam Agama Buddha) .

Dalam pandangan Agama Buddha, alam surga di mana para Dewata dan makhluk surgawi tinggal, sekalipun dalam kurun waktu yang berbatas namun tetaplah bukan keberadaan yang kekal serta bukanlah menjadi tujuan Akhir dari Ajaran Buddha.
Alam Surga terbagi menjadi enam alam, yaitu:
1. Câtumahârâjikâ,
2. Tâvatimsa,
3. Yâmâ,
4. Tusita,
5. Nimmânaratî,
6. Para-nimmitavasavattî.


Alam-alam, yaitu alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmanarati dan Paranimmitavasavatti merupakan alam surga dari para dewa yang tubuh fisik mereka adalah lebih halus dan lebih bersih daripada tubuh manusia. Tubuh para dewa tak dapat dilihat oleh mata fisik manusia biasa.
Makhluk di alam-alam surga ini pada suatu saat akan meninggal atau lenyap dari alamnya masing-masing dan terlahir kembali di alam lain sesuai dengan karma yang masih mereka miliki.
Walaupun kehidupan para dewa di alam surga lebih menyenangkan atau melebihi kehidupan manusia, namun kesucian dan kebijaksanaan belum tentu melampaui kesucian dan kebijaksanaan manusia.
Makhluk-makhluk yang terlahir di alam ini berdasarkan karma baik mereka seperti melaksanakan dana, sila dan perbuatan karma baik lain. Tapi bila karma baik mereka telah habis dan tak sempat mengembangkan batin dengan belajar dan melaksanakan dharma, maka para dewa akan menemui ajal dan terlahir kembali di alam dewa yang lebih rendah atau di alam manusia.

1. Alam_Câtumahârâjikâ.
Alam ini merupakan alam kehidupan dari para Dewa pelindung di empat penjuru bersama para pengikut mereka. Dewa pohon, dewa bumi, dewa angkasa, dan lain-lain termasuk dalam alam dewa ini.
Merupakan suatu alam surgawi pertama yang berada dalam kekuasaan empat raja dewa, yakni:
#Dhataranggha,
#Virudhaka,
#Virûpakkha, dan
#Kuvera.
Empat raja dewa ini juga dipercayai sebagai pelindung alam manusia, dan karenanya dikenal dengan sebutan ‘Catulokapâla’.
Empat dewa pelindung dunia ini dipanggil sebagai Indra, Yama, Varuóa dan Kuvera.
Berdasarkan tempat tinggalnya, para dewa-dewi tingkat Câtumahârâjikâ terbagi atas tiga, yaitu:
1. Para Dewa yang berada di daratan (bhumattha),
2. Para Dewa yang berada di pohon (rukkha). Dalam Ulasan  Dhammapada dan Buddhavamsa, para dewa-dewi yang hidup di pohon dimasukkan dalam kelompok bhummattha.
3. Para Dewa yang berada di angkasa (âkâsangha).
Empat Raja Dewa serta beberapa dewa lainnya mempunyai ‘istana’ (vimâna) khusus bagi diri mereka masing-masing.
Bagi yang tak mempunyai istana secara khusus, gunung, sungai, lautan, pohon yang ditinggali itulah istana bagi mereka.
Kehidupan di Câtumaharâjikâ berlangsung selama 500 tahun dewa atau kira-kira sembilan juta tahun manusia (Perbandingan usia di alam-alam surga tidaklah sama, tergantung tingkatannya. Satu hari di alam surga tertentu berbanding satu abad di alam manusia, dan bahkan ada pula yang lebih lama lagi).

2. Alam Tâvatimsa
Alam Surga dari Tiga Puluh Tiga Dewa, alam dari Raja Dewa Sakka. 
Dalam alam surga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada para dewa selama tiga bulan.
Alam Tâvatimsa adalah alam surgawi tingkat kedua.
Alam ini sebelumnya merupakan tempat tinggal para Asura.
Nama ‘Tâvatimsa’ baru dipakai setelah 33 pemuda di bawah pimpinan Mâgha, yang terlahirkan kembali di sini akibat kebajikan yang dilakukan bersama-sama, berhasil menyingkirkan para Asura.
Para dewa-dewi di Tâvatimsa terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Bhummaha : Dewa Sakka beserta 32 Dewa pembesar,
2) Âkâsangha : yang bertinggal dalam istana di angkasa.
Ibukota Tâvatimsa ialah Masakkasâra.
Balai Sudhamma menjadi tempat bagi para dewa-dewi untuk mendiskusikan Kebenaran Dhamma di bawah asuhan Dewa Sakka (Beliau berhasil meraih kesucian tingkat Sotâpatti setelah mendengarkan Brahmajâla Sutta).
Brahmâ Sanamkumâra kerap menjadi tamu pembabar Dhamma di sini.
Buddha Gottama sengaja berkunjung ke alam ini, dan bertinggal selama tiga bulan untuk mengajarkan Abhidhamma kepada ibunda-Nya, yang terlahirkan kembali sebagai putra dewa di alam Tusita.
Mahamoggallâna Thera juga pernah beberapa kali pergi ke alam ini, dan dari sejumlah penghuninya, beliau memperoleh kesaksian atas perbuatan-perbuatan bajik yang membawa mereka terlahirkan kembali di sini. Kebajikan ini antara lain ialah merawat ayah-ibu, menghormat sesepuh dalam keluarga, berbicara lemah lembut, menghindari penghasutan, mengikis kekikiran, bersifat jujur, menahan marah.
Usia rata-rata para dewa-dewi yang terlahirkan di alam Tâvatimsa ialah 1,000 tahun dewa atau kira-kira 36 juta tahun manusia.

3. Alam Surga Yama (Yâmâbhûmi)
Yâmâbhûmi adalah alam surgawi tingkat ketiga, menjadi tempat bagi para Dewa yang terbebas dari segala kesukaran, yang terberkahi dengan kebahagiaan surgawi.
Pemegang kekuasaan dalam alam ini ialah Suyâma.
Alam ini berada di angkasa.
Dalam alam ini dan tingkat yang lebih tinggi, tidak ada dewa-dewi yang tergolong sebagai bhummattha yang bertinggal di daratan.
Istana, harta serta tubuh para Dewata di alam ini jauh lebih indah dan halus daripada yang bertinggal di Tâvatimsa.
Rentang hidup mereka ialah 2,000 tahun dewa atau kira-kira 142 juta tahun manusia.

4. Alam Tusita
Tusita adalah alam surgawi tingkat keempat. Para makhluk surgawi/dewata yang hidup di alam ini senantiasa berbahagia atas segala kebajikan yang diperbuatnya.
Semua Bodhisatta, sebelum turun ke dunia dan meraih Pencerahan Agung, terlahirkan di alam ini untuk menanti waktu yang tepat bagi kemunculan seorang Buddha.
Demikian pula mereka yang akan menjadi orangtua serta Siswa Utama (Aggasâvaka).
Sekarang ini, Bodhisatta Metteyya yang akan menjadi Sammâsambuddha setelah ajaran Buddha Gotama punah dari muka bumi ini sedang berada di alam ini.
Usia rata-rata di alam ini ialah 4,000 tahun dewa atau kira-kira 567 juta tahun manusia.

5. Alam_Nimmânaratî
Nimmânaratî adalah alam surgawi tingkat kelima.
Para dewa-dewi di alam ini menikmati kepuasan inderawi sebagaimana yang diciptakan sendiri sesuka hati mereka.
Rentang hidup para dewa-dewi di alam ini ialah 8,000 tahun dewa atau kira-kira 2.304 juta tahun manusia.

6. Alam Paranimmittavasavattî
Paranimmittavasavattî adalah alam surgawi tingkat terakhir.
Apabila para dewata di alam Nimmânaratî (surga tingkat kelima) menikmati kepuasan inderawi sebagaimana yang diciptakan sendiri sesuka hati mereka, para dewa-dewi di alam ini (surga tingkat keenam) menikmatinya dari apa yang diciptakan atau disediakan oleh yang lain, yang tahu kebutuhan serta keinginan mereka.
Usia rata-rata di alam ini ialah 16,000 tahun dewa atau kira-kira 9.216 juta tahun manusia.

SUMBER: https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_Buddha

http://sintyadewi2702.blogspot.com/2015/12/dewa.html?m=1

No comments:

Post a Comment