Tuesday, 6 June 2017

semua orang dapat menghargai berkah

⁠⁠⁠Umat Bertanya :

Anda selalu menasehati agar semua orang dapat menghargai berkah, orang yang memupuk berkah akan bertambah usianya, tetapi ada orang yang jatuh sakit, sementara berkahnya belum habis dinikmati, alhasil dia terbaring di ranjang pesakitan untuk menikmati berkahnya, apakah ini tidak saling bertentangan?


Master Chin Kung Menjawab :



Tidak bertentangan! Saya juga pernah melihat kondisi sedemikian. Ajalnya sudah tiba tetapi pahalanya sangat besar, berkahnya belum habis dinikmati, akhirnya mendapat penyakit pikun lansia, keluarganya harus menggaji tiga kelompok suster yang saling bergantian sebanyak tiga shift untuk merawatnya. Menjaganya hingga 10-20 tahun lamanya, setelah menghabiskan seluruh kekayaan yang ada dalam garis hidupnya barulah dia meninggal dunia.


Ada seorang umat yang keluarganya juga mengalami kejadian serupa, lalu datang dan bertanya padaku, saya menjawab : “Sumbangkan saja seluruh hartanya untuk kegiatan amal. Ini akan menimbulkan dua dampak yakni : yang pertama jika usianya belum habis, penyakitnya segera sembuh, mungkin masih bisa hidup beberapa tahun lagi; yang kedua adalah andaikata usianya sudah habis, maka dia segera meninggal dunia, takkan lagi mengalami penderitaan sakit.


Maka itu menimbun harta adalah karma buruk, di dunia ini betapa banyak orang lain yang hidup dalam kekurangan, sedangkan anda malah menimbun harta dan tidak sudi mendanakannya, betapa besar dosanya! Orang-orang ini tidak memahami kebenaran, maka akan berpikir : “Andaikata seluruh kekayaan telah kusumbangkan, bagaimana dengan keesokan harinya?” Ini karena mereka tidak mengerti kebenaran bahwa semakin banyak berdana semakin banyak yang akan diperoleh.


Sesungguhnya pada masa kehidupan lampau saya tidak memupuk berkah, dalam masyarakat tidak mempunyai kedudukan dan kekayaan. Guru mengajarkan padaku kebenaran ini, saya percaya, saya amat rajin berdana, punya satu sen maka berdana satu sen, ada dua sen maka berdana dua sen, selama 50 tahun ini semakin berdana semakin banyak yang diperoleh.


Kini anda bertanya berapa jumlah kekayaanku, saya sendiri tidak mengetahuinya, saya tidak memiliki angka, semakin berdana semakin banyak, tak peduli apa yang kita lakukan, dengan sendirinya Buddha, Bodhisattva, dewa pelindung Dharma akan membantu, sama sekali tidak perlu merisaukannya, betapa bebas  dan leluasanya!


Mendirikan vihara harus keluar mencari dana, betapa susahnya! Andaikata hari ini memang perlu dana untuk mendirikan sebuah vihara, begitu timbul niat pikiran, maka umat akan segera mengantarkan uang kemari. Berapa jumlah yang akan diantarnya ke sini? Sebanyak dana yang diperlukan untuk membiayai vihara tersebut, sungguh tak terbayangkan! Sedikitpun tidak ada kerisauan! Maka itu, harus yakin pada ucapan Buddha, jika tidak percaya pada ucapan Buddha, maka akan menelan kerugian.


Buat apa kita menikmati uang di ranjang pesakitan? Orang yang membutuhkan bantuan begitu banyak, mengapa tidak mengulurkan tangan untuk memberi bantuan? Diri sendiri juga bisa lebih awal memperoleh pembebasan, pasti terlahir ke alam yang baik; banyak melakukan kebajikan terlahir di surga. Belasan tahun terbaring di ranjang pesakitan, setelah habis menikmati kekayaan sendiri, maka jatuh ke tiga alam penderitaan, ini adalah mementingkan diri sendiri. Kita harus meneladani Buddha dan Bodhisattva, bertindak atas niat sendiri membantu semua makhluk yang menderita.


Sedangkan insan yang menghargai dan memupuk berkah, bagi yang tidak memiliki berkah akan jadi mempunyai berkah, karena dana materi akan memperoleh kekayaan materi. Jika anda tidak memiliki uang untuk didanakan maka anda boleh menjadi relawan, ini adalah dana tenaga, kekayaan yang akan anda peroleh mengungguli dana dalam bentuk materi. Contohnya, anda menjadi relawan, jangan menerima imbalan, anda menyumbangkan tenaga anda. Mengapa menyumbangkan tenaga lebih unggul daripada dana materi? Karena dana materi sifatnya kaku, sedangkan bila anda menjadi relawan dan bersumbangsih seharian, anda tidak hanya mengeluarkan tenaga tetapi juga menggunakan kebijaksanaan, dan yang paling sulit dijumpai adalah anda memiliki ketulusan untuk bersumbangsih pada orang banyak. Maka itu pahalanya mengungguli dana materi.


Dharma dana akan memperoleh kepintaran dan kebijaksanaan. Baik pengetahuan duniawi maupun Buddha Dharma juga sama halnya. Jika kita memiliki sedikit kepandaian, orang lain memerlukannya maka kita harus mengajarinya. Dharma dana berbuah kepintaran dan kebijaksanaan; jika  pelit ilmu,  maka pada kelahiran mendatang akan menjadi bodoh sebagai buah akibatnya.


Saya memiliki kebiasaan yang tidak sama dengan orang lain dalam hal membaca buku, jika di lembaran buku tersebut ada tertulis “hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang mencetak kembali”, maka buku sedemikian saya takkan membacanya. Mengapa? Penulisnya tidak memiliki kebijaksanaan, dia tidak sudi berdana, orang yang tidak memiliki kebijaksanaan takkan mampu menulis sesuatu yang bermanfaat, maka itu tidak layak saya menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membacanya. Semua Sutra Buddha dan Bodhisattva, setiap lembaran akhirnya akan menasehati orang untuk menyebarluaskannya, jasa kebajikan yang tak terhingga!  Sebagian besar buku Buddha Dharma, di belakangnya juga tertulis “silahkan disebarluaskan, jasa kebajikan yang tak terhingga”, orang jaman sekarang malah kebalikannya, justru menulis “hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang mencetak kembali”, ini namanya pelit ilmu.


Bagaimana cara untuk membuka kebijaksanaan?  Yakni dengan suka membantu orang untuk membuka kebijaksanaan. Bagaimana caranya jadi kaya? Yakni suka membantu orang lain menjadi kaya. Bagaimana caranya memperoleh kesehatan dan panjang umur? Yakni bersukacita melihat orang lain menjadi sehat dan panjang umur, maka diri sendiri juga akan menjadi sehat dan panjang umur. Pasti harus menggunakan hati yang tulus sepenuhnya, harus melakukan jasa kebajikan yang sempurna, dengan cara ini menanam berkah, dapat mengembangkan kebijaksanaan, memperpanjang umur.


Sesungguhnya usia panjang dan pendek tidak ada bedanya. Insan yang telah tercerahkan, usia bertambah sedikit, maka tinggal di dunia ini bukan untuk diri sendiri; jika demi diri sendiri, usia panjang diri sendiri juga menderita, karena dia mengalami penderitaan usia tua, sakit. Sedangkan usia panjang hanya digunakan untuk bersumbangsih beberapa tahun lagi, hanya demikian saja, usia panjang dan singkat buat apa ditaruh di hati!    

No comments:

Post a Comment