Thursday, 1 June 2017

Putri Yasodara(mantan istri sakyamuni buddha) Sebelum Parinibbana

Sahabat sedharma simaklah berikut ini Rangkuman kisah akhir  Putri Yasodara(mantan istri sakyamuni buddha) Sebelum Parinibbana
👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻👸🏻
----------------------------------------------------------------
Kesetiaan, ketabahan, kepandaian dan kualitas-kualitas
lain dari Putri Yasodharā telah menjadi inspirasi bagi banyak
perempuan lain.

Tidak hanya itu, beliau juga dipuji oleh Buddha Gautama sebagai murid
wanita yang terkemuka dalam hal
abhiññā (kekuatan batin).

Yasodharā adalah
satu-satunya siswi
Buddha yang berhasil memiliki kemampuan untuk mengingat
kehidupan masa lampau hingga lebih dari 1 asankheyya dan 100.000 kalpa


Beliau ingat bahwa ia pernah terlahir sebagai seorang putri dari keluarga
kaya raya di kota Haṃsavatī.
Ketika itu pada masa Buddha
 Padumuttara6 ia melihat seorang
bhikkhuni yang dipuji oleh Buddha Padumuttara sebagai siswi
yang terbaik dalam hal kekuatan batin.

Ia pun tergerak dan
bercita-cita untuk mencapai hal yang sama di kehidupannya
di masa depan.

Kemampuan lain beliau sebagaimana yang tergambar dalam
naskah-naskah buddhis adalah kemampuan
telinga dewa (mampu mendengar sangat jelas dari kejauhan),
kemampuan mata dewa,

kemampuan untuk mengetahui pikiran
orang lain, dan kemampuan fi sik supernormal lainnya.

👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻👼🏻

Setelah memasuki Sangha dan menjadi seorang
bhikkhuni, Putri Yasodharā hidup tenang dan menjauhi keramaian
Beliau hidup sederhana dan menjadi seorang Arahat.

Meskipun sebelumnya memiliki hubungan sebagai pasangan
suami-istri dengan Pangeran Siddhārtha dan ibu-anak dengan
Bhikkhu Rāhula, Putri Yasodharā yang kini lebih dikenal dengan
sebutan Bhikkhuni Baddhakaccana, mampu menjaga dirinya
sendiri dan mematuhi peraturan bhikkhuni Sangha selayaknya
para bhikkhuni lainnya.

Memang tidak banyak kisah yang menceritakan
kemampuan dan peranan Putri Yasodharā di dalam Sangha
sepertihalnya siswa-siswa utama Buddha Gautama.

Sedikit yang
diketahui dari riwayat hidup istri Pangeran Siddhārtha ini yang
tercatat di dalam naskah-naskah buddhis.

Menjelang usia 78 tahun, Arahat Bhaddakaccana
mengetahui bahwa ajalnya telah dekat. Maka pada suatu malam
beliau pergi menghadap Buddha Gautama dan berkata, “Malam
ini saya akan meninggal dunia.”

Beliau datang menemui Buddha
untuk berterima kasih kepada seseorang yang pernah menjadi
suaminya dan kini menjadi guru agungnya.

Buddha kemudian meminta Arahat Bhaddakaccana
untuk menunjukkan kemampuan batinnya kepada anggota
Sangha lainnya yang berkumpul saat itu. Hal ini penting karena
meskipun beliau merupakan siswi yang terkemuka dalam hal
kekuatan batin, Bhikkhuni Bhaddakaccana adalah seseorang
penyendiri dan menyukai kehidupan sederhananya.

Beliau jarang sekali menunjukkan kebolehannya sehingga banyak
orang terutama para bhikkhu yang memandang rendah
kemampuan beliau maupun kemampuan para bhikkhuni
lainnya.

Buddha Gautama mengetahui hal ini dan melihat hal itu
sebagai kekotoran batin di dalam pikiran para siswaNya yang
karena kebodohan mereka telah meremehkan kemampuan
Bhikkhuni Bhaddakaccana.

Sebagai seorang Arahat,
Bhikkhuni Bhaddakaccana layak memperoleh pengakuan dan
penghormatan baik dari para bhikkhu maupun bhikkhuni.

Oleh karena itu Buddha meminta
Bhikkhuni Bhaddakaccana untuk
menunjukkan kekuatan batinnya untuk terakhir kalinya sebelum
beliau meninggal dunia.

Menjawab permintaan Buddha,Bhikkhuni
Bhaddakaccana yang meskipun telah berusia tua, menunjukkan
berbagai kekuatan batinnya yang mengubah bentukan-
bentukan tubuhnya,

mengubah sel-sel padat di dalam tubuhnya
(patthavi) menjadi air (sel-sel cair di dalam tubuh), angin, hingga
sel-sel gas di dalam tubuh (vayo – unsur angin) menjadi unsur
energi di dalam tubuh (thejo) yang semuanya membutuhkan
kekuatan pikiran luar biasa.

Inilah kemampuan luar biasa
yang dimiliki Bhaddakaccana dan tidak diketahui oleh semua
orang.kemampuan lainnya tubuhnya juga dapat melayang di udara, Mereka yang hadir menjadi takjub akan kemampuan Bhikkhuni Bhaddakaccana(putri yasodhara)
dan memberikan penghormatan
mereka.

Akhirnya, pada usia 78 tahun Bhikkhuni Bhaddakaccana
meninggal dunia dan mencapai Parinibbāna.

Pada hari yang
sama, para bhikkhuni arahat yang menjadi temannya juga
menyusul mencapai Parinibbāna.
😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇
++++++++++++++++++++++++++++++
Demikianlah saudara sedharma,kisah singkat dari kehidupan mantan putri Yasodhara yg telah menjadi bhiksuni
Dengan nama Bhaddakaccana dan telah TERCERAHKAN MENCAPAI TINGKAT AKHIR(ARAHAT)
🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥
=============================
Bermanfaat baiklah pengetahuan dharma ini sebagai pupuk subur untuk nenumbuhkan Boddhi citta kita semua,Svaha (((🙏🏻)))

No comments:

Post a Comment