Thursday, 1 June 2017

Menanam Benih Baik Menghasilkan Buah Yang Baik

Menanam Benih Baik Menghasilkan Buah Yang Baik

Di kalangan Buddhisme sering kita dengar bahwa menanam benih baik akan menghasikan buah yang baik, menciptakan karma jelek pasti memperoleh balasan penderitaan. Pada masa Dinasti Song terdapat kisah mengenai Wei Zhong-da, banyak orang yang mengetahui kisah ini. Masa kini orang menganggap kejadian ini tidak masuk akal dan hanya kepercayaan belaka, tidak tahu bahwa ini adalah nyata dan bukan palsu.


Ketika Wei Zhong-da berusia 30 tahun, dia ditangkap petugas neraka, Raja Yama memerintahkan hakim untuk memeriksa kebajikan dan kejahatan yang diperbuatnya selama hidup di dunia, buku-buku catatan dosa-dosanya memenuhi ruangan aula tersebut, sedangkan perbuatan baiknya hanya selembar kertas saja. Melihat keadaan ini  Wei Zhong-da merasa heran, dan bertanya pada Raja Yama : “Usiaku masih muda, walaupun melakukan dosa, tapi mana mungkin ada  sebanyak ini?”

Raja Yama menjawab : “Dosa itu  belum tentu harus diwujudkan dalam tindakan nyata, asalkan timbul niat pikiran, setan malaikat segera mencatatnya, maka itu lihatlah buku catatan dosamu bertumpuk-tumpuk tersusun di sana”.

Kemudian dia bertanya lagi : “Perbuatan baikku begitu sedikit, bolehkah saya tahu hal yang mana itu?”

Raja Yama memberitahukan padanya : ”Ketika kaisar hendak membangun sebuah proyek, proyek ini akan membuat rakyat menderita dan menghambur-hamburkan uang rakyat, pada waktu itu anda memberi anjuran pada kaisar untuk membatalkan proyek tersebut, inilah satu-satunya kebajikan yang anda miliki”.

 Wei Zhong-da berkata : “Walaupun saya menasehati kaisar, tetapi proyek itu tetap dilanjutkan”.

Raja Yama berkata : “Andaikata anda berhasil menasehati kaisar untuk membatalkan proyek tersebut, maka jasa kebajikan anda tentunya amat besar. Walaupun pada akhirnya kaisar tidak sudi menuruti perkataanmu, namun niat tulus anda yang memikirkan kepentingan rakyat banyak, betapa berharganya sebersit niat tulus ini!” Selanjutnya Raja Yama meminta hakim untuk menimbang berat buku perbuatan baik dan buku perbuatan jahatnya, akhirnya bobot kebajikannya lebih berat daripada kejahatannya.

Dari kisah ini kita dapat mengetahui, sebuah niat tulus demi kepentingan para makhluk dan bukan demi kepentingan diri sendiri, adalah kebajikan murni. Walaupun demi orang lain, jika tujuan yang sebenarnya adalah untuk diri sendiri, ini adalah kejahatan. Contohnya, anda berbuat banyak kebajikan, namun tujuan akhirnya adalah untuk diri sendiri, tak terpisah dari ketenaran dan keuntungan. Marilah kita melakukan introspeksi diri, melihat kembali pada pemikiran serta tindakan diri sendiri, perbuatan apa yang saya lakukan sepanjang hari ini? Jika perbuatan jahat lebih banyak daripada perbuatan baik, maka saya telah melalui hari ini dengan sia-sia; sebaliknya jika perbuatan baik lebih banyak daripada perbuatan jahat maka saya tidak sia-sia melewati hari ini.

Tujuan manusia hidup di dunia ini adalah seperti yang Buddha katakan, kita datang ke dunia ini untuk menerima buah karma masing-masing, ini sungguh kasihan sekali.  Coba pikirkan untuk apa kita datang ke dunia ini? Jika pada kelahiran lampau menciptakan karma baik, maka kelahiran sekarang datang menikmati pahalanya; sebaliknya jika pada kehidupan lampau menciptakan karma jelek maka pada kelahiran kini menjalani penderitaan, inilah yang disebut dengan kehidupan manusia menerima buah karmanya. Ini bukan tujuan hidup manusia, apabila manusia menjadikan hal ini sebagai tujuannya maka sungguh patut dikasihani, pasti akan terpuruk.

No comments:

Post a Comment