Wednesday 18 October 2017

Meditasi dalam keseharian

Meditasi dalam keseharian

Mengapa kita bernafsu, benci, dan cenderung bereaksi yang berlandaskan kebodohan batin (moha) akan segala peristiwa yang kita alami?

Karena kita sekedar melihat konsep dan belum mampu menembus kebenaran hakiki (paramattha). Kita terjebak akan konsep pemikiran sewaktu mengalami pengalaman indria karena tanpa disertai perhatian yang bijaksana, sehingga merupakan kebiasaan kita untuk mencengkram.


Pernahkah kita merasa bahwa kita harus memiliki benda tersebut, padahal itu bukanlah suatu keharusan. Bagaimana agar kita tidak terbawa arus keinginan yang tak terkendali? Coba  melangkah mundur untuk mengamati segala fenomena dan pengalaman indria yang terjadi dengan perhatian penuh dan pemahaman jernih.

Meditasi adalah mendiamkan aktivitas indria. Dalam kehidupan sehari-hari, ke 6 indria kita sangatlah aktif. Saat dalam keadaan sadar (setelah terjaga dari tidur dan sebelum kemudian kembali terlelap), kehidupan kita tak lain adalah proses kognitif indria. Karena kita berada dalam dunia indria (kamaloka) dimana kita berhadapan dengan objek-objek indria, sehingga kesadaran yang aktif bagi mereka yang masih putthujana (mereka yang belum mencapai kesucian) adalah kesadaran lingkup indria (kamavacara citta).

Banyak diantara kita sangat disibukkan oleh pengalaman-pengalaman indria, yaitu ketika batin bergejolak dan kita bereaksi secara 'berlebihan' terhadap fenomena atau objek yang muncul.

Disini mata adalah tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), tanpa aku (anatta). Demikian pula indera-indera yang lain beserta objeknya, batin dan objek dhamma, kesadaran-inderawi dan kesadaran-batin, kontak-inderawi (cakkhusamphassa dll), perasaan yang lahir dari kontak-inderawi, persepsi
tentang objek-inderawi.

Saat melihat hanya sekedar melihat. Catat dalam batin melihat... melihat... begitupula dengan aktivitas indria yang lain. Ketika kita sadar apa yang terjadi saat ini dan sadar apa yang kita lakukan dengan pemahaman akan ketidakkekalan, ketidakmemuaskan serta kekosongan, berarti kita menjaga dan membentengi batin agar kilesa tidak muncul ke permukaan kesadaran. Jikalau ia timbul, maka dengan kekuatan sadar penuh (sati) dalam mengamatinya, kilesa akan segera lenyap sesuai sifat alaminya, sehingga kita tidak langsung 'bereaksi' berdasarkan kilesa. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran agar kita tidak menjadi budak kilesa (tidak langsung menuruti keinginan).

Ini penting untuk diketahui dalam praktik kehidupan sehari-hari. Diantara kita sudah tahu bahwa kita perlu mempertajam perhatian penuh (sati) dan pemahaman jernih (sampajanna). Namun dalam praktiknya, kebanyakan dari kita belum paham apa maksudnya dari latihan seperti ini?

Kenapa kita harus sadar apa yang terjadi saat ini (sadar akan batin dan jasmani)? Kenapa kita harus sadar apa yang sedang kita lakukan?

Ketika kita mampu sadar dan memahami sebagaimana adanya, kesadaran kita semakin tajam. Kita bisa menyebut hal ini sebagai meditasi dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya. Ketika terjadi proses kognisi pintu mata : kita melihat objek yang menyenangkan, misalnya wanita cantik. Karena pikiran belum terlatih, maka muncul nafsu terhadap objek tersebut. Disinilah poin latihan samadhi kita diuji. Kita berlatih untuk berada pada momen saat ini. Kebiasaan pikiran adalah untuk berlari dan liar. Ketika kita berhadapan dengan objek yang menyenangkan, pikiran akan berlari dan mencengkram objek tersebut dalam batinnya. Inilah karakteristik nafsu! Walaupun objek tersebut sudah lewat, namun objek yang indah itu terus membayanginya. Disinilah proses pintu batin aktif.

Pentingnya hidup sadar saat ini adalah kita berlatih untuk hadir di momen saat ini juga. Kita mencoba untuk mengheningkan batin dengan mendiamkan pikiran sejenak dengan fokus pada momen saat ini dengan sadar apa yang sedang terjadi. Kita tidak perlu meladeni pikiran atau membumbui objek lampau yang sudah lewat. Dengan kekuatan fokus dengan hadir di saat ini, kita mengurangi cengkraman kita terhadap objek masa lampau itu. Karena objek tersebut suatu ilusi atau khayalan. Begitupula kasusnya, ketika kita mulai berkhayal akan masa depan. Ketika pikiran mulai berlari-lari ke masa depan atau masa lalu, pikiran kita dikuasai kilesa.

Ketika kita marah. Kenapa kita marah? Karena kita tidak hadir di saat ini. Kita mengingat-ingat objek yang sudah lampau dan menganggapnya nyata, sehingga kita menderita.

Ketika kita cemas dan khawatir. Kita mengkhayal akan masa depan. Lagi-lagi kita tidak hadir di saat ini dan terjebak akan ilusi pikiran. Melalui penjelasan ini, minimal kita mengerti, mengapa kita perlu hidup saat ini. Inilah eling (sadar) dalam kehidupan sehari-hari. Kita berdiam dalam hening tanpa mencampuradukkan masa lalu dan masa depan.

Disini kita memeriksa batin masing-masing. Suatu peristiwa terjadi saat ini dan segera berlalu. Namun, pernahkah Anda memeriksa pikiran Anda? Tanpa disadari, pikiran suka menambah dan membumbui suatu kejadian.

Jadi, ketika kita melihat, kita mengerti siapa yang melihat?

Tidak ada 'aku' disana.

"Oleh karena itu, di dalam kekosongan, tiada bentuk (rupa), perasaan (vedana),  pencerapan (sañña), bentukan mental (sankhara), dan kesadaran (viññana).*

Tiada juga mata (cakkhu), telinga (sota), hidung (ghana), lidah (jivha), badan (kaya), batin (mano). Tiada bentuk (rupa), suara (sadda), bau (gandha), rasa (rasa), sentuhan (photthabba), maupun objek dhamma. Tiada elemen penglihatan (cakkhu dhatu), hingga tiada elemen kesadaran batin (mano-vinnanam dhatu)."

*kelima kelompok ini disebut pancakhanda.

Hari ini adalah hari Uposatha.

Mari hidup dalam tata susila yang baik, mengembangkan batin (meditasi) sehingga kebijaksanaan yang telah dikembangkan akan menjadi penerang dalam kehidupan ini maupun kehidupan selanjutnya bagi mereka yang blm merealisasi pencerahan dalam kehidupan ini.

Sabbe sankhara anicca (segala sesuatu tidaklah kekal), muncul dan padam terus menerus.
Sabbe sankhara dukkha (segala sesuatu penderitaan). Sifat tertekan karena kepadaman terus menerus dari segala fenomena.
Sabbe dhamma anatta (segala fenomena tanpa inti). Ketiadaan kekekalan, ketiadaan diri dan bukan jiwa.

Semoga semua makhluk hidup bahagia, damai, sehat dan sejahtera.

🙏

No comments:

Post a Comment