Thursday 5 October 2017

DUA DURI PENYEBAB PENDERITAAN

DUA DURI PENYEBAB PENDERITAAN
Ven. Ajahn Brahm

Sering, ketika ada rasa sakit yang parah pada tubuh, atau ketika ada masalah hebat yang menggangu dalam pikiran, seorang meditator yang paiwai cukup berkata 'berhenti'! Mereka mampu melepas dalam sekejap dan berhenti bertarung, berhenti mendambakan, berhenti mencoba untuk mengendalikan. tetapi ketika Anda merasakan rasa sakit yang parah, Anda bisa saja berpikir Anda sudah mulai gila dan bahkan bertempur lebih gigih lagi untuk melawannya. Tanyakan kepada diri Anda, apa ada yang salah dengan merasa sakit parah atau merasa sangat kecewa? Jawabannya adalah, tidak ada yang salah dengan itu. Hal-hal semacam ini adalah bagian yang alami dari kehidupan. Mereka tidak dapat dihindarkan. Jadi, biarkan 'sipengendali' berlalu.


Tatkala Anda membiarkan si pengendali berlalu dan berhenti menginginkan, hal yang aneh akan terjadi. Kegilaan berhenti dan rasa sakit pun lenyap. Saya pernah satu kali mengalami rasa sakit yang parah itu. Setiap biarawan pasti akan bertemu dengan hal ini cepat atau lambat. Sebagian orang ingin melarikan diri dan menghindar, tetapi mereka tahu mereka tidak berdaya untuk melakukannya. Ini adalah sebuah kasus ingin berjalan maju, tetapi Anda tidak dapat berjalan maju, ingin mundur, tetapi Anda tidak dapat mundur, ingin tetap diam, tetapi Anda tidak dapat tetap diam. Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan! Anda tidak dapat maju terus, Anda tidak dapat mundur, Anda tidak juga tidak bisa tetap diam saja, disinilah Anda belajar untuk melepas. Ketika Anda melepas, Anda temukan bahwa separuh dari penderitaan itu adalah pergulatan.

Buddha berkata ada dua duri yang menyebabkan penderitaan pada diri manusia (Samyutta Nikaya 36.6). Duri pertama adalah duri dari panca indra yang merupakan penderitaan fisik. Duri kedua adalah duri batin. Itu adalah duri dari merasa sakit, merasa derita, karena harus mendengar, melihat, merasa, membaui, dan menyentuh dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Lantas, disini terdapat pelipatgandaan yang berlangsung disekitar itu, yaitu penderitaan batin. Sangatlah penting disini untuk mengamati rasa sakit fisik - melihat apa yang tidak ingin Anda lihat, mendengar apa yang tidak ingin Anda dengar, dan melakukan apa yang tidak ingin Anda lakukan. Dan penting untuk menyadari bahwa tidak banyak yang dapat Anda lakukan terhadap hal ini.

Sebagai contoh, ketika saya masih sebagai seorang Bhikkhu muda, saya pikir jika saya menjadi kepala vihara, pasti asyik karena saya bisa melakukan apa saja yang ingin saya inginkan. Saya dapat memberikan semua perintah, dan saya hanya akan memberi perintah yang saya inginkan saja. Ironisnya, saya mendapati bahwa semakin banyak wewenang yang saya miliki, saya semakin terpenjara di dalamnya! Saya punya tanggung jawab. Saya bahkan lebih dikendalikan lagi oleh situasi ketimbang sebelumnya. Jadi pada akhirnya saya menyadari bahwa saya harus menyerah mencoba untuk mengendalikan, mencoba entah bagaimana cara membuat hal-hal yang berbeda.

Lepaskanlah, hiduplah pada momen saat ini saja. Anda akan temukan bahwa jika Anda mampu melepaskan rasa sakit dan mengizinkannya hadir dan berlalu, seluruh situasi akan berubah.

No comments:

Post a Comment