Merendahkan Agama Sendiri.
Ven Ajahn Brahm.
Kadang ketika kita melecehkan keyakinan, sekte, atau agama lain, itu adalah tanda iri hati. Saya selalu ingat akan ucapan seorang raja Buddhis yang bernama Ashoka yang dipahat di batu karang dan masih ada hingga sekarang ini di sebuah museum di India.
Raja Ashoka mendorong kerukunan antar-agama, dan 2.200 tahun yang lalu ia menuliskan sebuah pesan yang masih sama pentingnya sampai zaman sekarang ini, bahkan mungkin lebih bermakna pada masa kini, "Siapa pun yang merendahkan agama orang lain, ia merendahkan agamanya sendiri."
Merendahkan agama lain hanya membuat agama sendiri lebih buruk. Ucapan ini berasal dari seorang raja agung, orang yang sangat bijaksana. Jadi mengapa kita merendahkan keyakinan atau agama orang lain dengan ucapan tidak seperti, "Keyakinan seperti itu tidak baik. Sekte ajaran itu tidak baik. Kitalah yang terbaik." Itu adalah kecemburuan yang sangat mengerikan. Dan kecemburuan seperti itu menjadi lebih parah jika orang pergi berperang, meledakan orang banyak, gara-gara kecemburuan seperti itu.
Ketika saya pertama kali di undang ke Christ Grammar School, sebuah sekolah Kristiani, untuk memberikan ceramah di sebuah pertemuan guru dan murid, saya diundang oleh pastornya, seorang sahabat yang sangat baik, yang memperkenalkan saya kepada kepala sekolahnya. Kepala sekolah ini yang memberitahukan saya urutan acara itu. Dipertemuan,"Jelasnya," semua anak pertama-tama akan masuk terlebih dahulu dan para guru akan menenangkan mereka. Terakhir sekali, kita bertiga yang akan berjalan masuk bersama; kepala sekolah, pastor, dan tamu yang diundang. Ketika berjalan masuk, kita membungkuk hormat kepada altar Yesus di sana." Ini mirip seperti misa Kristiani. Kemudian kepala sekolah itu berpaling kepada saya dan berkata, "Tapi karena Anda seorang bhikkhu, Anda tidak perlu membungkuk," tambahnya.
Mendengar itu , saya langsung memprotes dan menuntut hak saya, "Tapi saya ingin menghormat. Saya berhak untuk membungkuk dan menghormat." Bagiaman mungkin Anda membungkuk? Anda kan seorang Buddhis!" Saya bilang, "Ada sesuatu di dalam altar itu, dalam figur itu, yang bisa saya hormati. Itulah yang saya hormati dan hargai. Saya tidak membungkuk kepada semua aspek yang ada disana, sebab ada beberapa hal yang tidak saya setujui, namun ada cukup banyak hal disana yang saya hargai, dan saya akan membungkuk pada apa yang saya hargai."
Mereka sangat terkesan dengan sikap itu, yang alih-alih mencari kesalahan dan mendiskriminasi, kita menjunjung kesamaan kita, kemudian kita berfokus pada kesamaan itu. Ini sangat indah dan menakjubkan bukan? Mana ada kecemburuan dalam hal ini? Karena hal yang paling penting adalah kedamaian dan kebebasan, kebahagiaan dan keselarasan.
No comments:
Post a Comment