Hasil Latihan dari Meditasi (bgn1)
Oleh YM. Bhante Sri Pannavaro.
Perilaku sangat berharga yang lebih tinggi untuk dikembangkan adalah meditasi. Meditasi bisa membantu dalam menghadapi kesulitan, emosi, ataupun ketegangan. Dalam latihan awal meditasi, sebaiknya kita tidak mencari ketenangan, karena ketenangan itu adalah hasil dari latihan terus-menerus.
Yang kedua adalah pandangan terang atau kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang mampu memotong kotoran batin muncul dari hasil meditasi. Saat tidak sedang meditasi, ada kalanya kita merasa tenang. Ini bukan ketenangan yang sesungguhnya. Ketenangan yang timbul saat tidak sedang bermeditasi adalah ketenangan yang timbul karena terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan indera kita
.
Enam indera yang kita miliki adalah: mata yang melihat, telinga yang mendengar, hidung yang membau, lidah yang merasakan rasa, badan yang merasakan sentuhan, dan pikiran. Jika ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka kita akan gelisah. Seperti mendapatkan makanan yang tidak disenangi, bau yang tidak sedap, atau hinaan.
Ketenangan yang kita peroleh dari kepuasan indera, misal: melihat pemandangan indah, duduk di tempat yang empuk, adalah berbeda dengan ketenangan yang didapat saat kita bermeditasi. Saat bermeditasi, pikiran memperhati kan objek meditasi, mata tidak melihat karena tertutup, telinga mendengar tapi tidak ada perhati an, hidung tidak membau apa-apa, lidah tidak makan, tubuh tidak menyentuh apa-apa. Meditasi mencoba untuk mereduksi rangsangan panca indera yang sangat ganas, yang sulit untuk dikendalikan.
Jika meditasi dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan mendapatkan ketenangan tanpa harus memberi makanan kepada indera dan pikiran. Yang disenangi tubuh kita, yaitu tidur berlama-lama, mata menonton fi lm yang disukai, telinga mendengar lagu-lagu favorit, mencium aroma/ bebauan yang harum, lidah selalu mencari makanan. Panca indera menjadi pintu pikiran yang selalu menuntut lebih dan tidak pernah bisa merasa puas. Hal-hal yang dulu sudah dapat memuaskan, sekarang harus mencari sesuatu yang berbeda, yang lebih dari biasanya.
Ketenangan rendah yaitu saat panca indera merasa nyaman, tidak terusik oleh hal-hal yang tidak menyenangkan. Ketenangan pikiran terjadi karena pikiran diberikan sasaran atau objek yang harus diperhatikan. Syarat orang bermeditasi adalah adanya perhatian. Perhatian terhadap naik-turunnya perut, atau keluarmasuknya napas, atau dengan mengucapkan “Semoga semua mahkluk berbahagia.” Pikiran kita ini sangat liar bila dibandingkan dengan ucapan dan perbuatan kita.
Sesuatu yang menyebabkan terjadinya meditasi adalah perhatian—perhatian terus-menerus. Dari perhatian terus-menerus akan muncul pengetahuan. Jika hanya melihat sepintas, tidak dapat dikatakan sebagai suatu latihan meditasi. Dari perhatian terus-menerus, akan timbul rasa bosan—apalagi yang diamati sesuatu yang bersifat netral. Meditasi yang paling baik, yang bisa menimbulkan pencerahan adalah meditasi dengan objek netral, yaitu dengan memperhatikan bagian dari tubuh atau mental ini. Meditasi membutuhkan keuletan untuk mengamati secara terus-menerus. Keultan terus-menerus ini lazim disebut viriya atau semangat. Dua hal ini—keuletan (viriya) dan perhati an (sati)—adalah faktor mental yang dimiliki oleh semua orang, baik yang beragama maupun yang tidak beragama.
Jadi apa perbedaan manusia dengan binatang? Manusia adalah binatang yang dapat berpikir, memerlukan kebutuhan-kebutuhan secara distinctive, berbeda. Ditinjau dari Dhamma, manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia tidak hanya bisa berpikir, tetapi bisa menyadari pikirannya. Sebagai contoh, segala sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus tapi tidak ada perhatian, seperti menyapu halaman, belajar, dan yang lain-lain. Tetap ada hasil dari pekerjaan tersebut, yaitu hasil duniawi, tetapi tidak ada manfaat batin atau mental, karena dilakukan tanpa perhatian penuh. Menyapu atau mengepel bisa dijadikan objek meditasi bila melakukan pekerjaan sederhana itu dengan perhati an penuh, terus-menerus—tidak sambil memperhatikan hal-hal lain atau melamun.
Latihan meditasi di vihara dianjurkan untuk dilakukan dengan aktivitas perlahan-lahan. Karena dengan melakukan kegiatan secara perlahan-lahan, maka perhati an akan timbul. Syarat terjadinya meditasi adalah kerjakan segala sesuatu dengan penuh perhati an secara terus-menerus pada objek tertentu. Yang menjadi salah satu hambatan adalah:
1. Rasa bosan
2. Tuntutan pikiran untuk mencari yang lain, sehingga menjadikan gelisah, menimbulkan keraguan, rasa malas, kebencian, dan sebagainya.
Mencoba untuk berlati h meditasi pagi dan malam hari, karena pada saat duduk diam adalah saat yang paling mudah untuk menghadirkan perhati an. Yang bisa digunakan sebagai objek meditasi antara lain mett a dan pernapasan. Napas yang diperhatikan, makin lama akan terlihat makin halus, dan makin terasa membosankan. Suatu saat, dengan latihan terus-menerus, pikiran kita akan diam. Dan kita bisa merasakan ketenangan, tanpa harus menuruti keinginan inderawi. Ketenangan adalah hasil dari perhatian atau kesadaran. Ketenangan muncul dari kesadaran murni, bukan datang dari panca indera yang mendapat kepuasan.
Kesimpulan
1. Sebagai seorang umat Buddha harus mempunyai sikap yang baik dalam bergaul di tengah-tengah masyarakat, sebagai praktik dari ajaran Dhamma. Contoh: mencintai kehidupan, ketulusan, pengendalian diri, yang semuanya bersumber dari metta.
2. Melatih meditasi. Meditasi dilatih dengan perhati an dan keuletan. Tujuan meditasi Buddhis antara lain adalah membuka pengetahuan kita terhadap dunia ini secara apa adanya, agar kita tidak terkejut bila mengalami atau menghadapi perubahan. Di samping itu, amat berguna untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan lewat kemampuan intelektualitas kita seperti membaca dan mendengarkan ceramah. Pengetahuan itu adalah pengetahuan tentang ketidakkekalan, pengetahuan tentang saling bergantungan (interdependensi). Karena, di dunia ini semua saling bergantungan, tidak ada yang dapat berdiri sendiri. Banyak faktor yang mendukung pada segala hal.
3. Dengan adanya pengetahuan, perubahan tidak akan menghancurkan kehidupan.
4. Meditasi membawa ketenangan. Meditasi menumbuhkan pengetahuan. Pengetahuan intelektual, tidak dapat memotong kemelekatan emosi sekaligus. Yang dimaksud dengan pengetahuan intelektual adalah secara intelektual mengerti semua berubah, tetapi jika apa yang dimiliki berubah, maka akan sulit untuk menerima kenyataan itu. Secara logika intelektual, hukum perubahan bisa dimengerti , tetapi dalam praktik keseharian perubahan itu sukar diterima. Lain halnya dengan pengetahuan dari meditasi. Apapun yang terjadi, yang kita terima atau rasakan, kita dapat tetap bersikap seimbang.
Meditasi memberikan dua hasil, yakni:
1. Ketenangan sebagai hasil dari Samatha
2. Pengetahuan dan kebebasan sebagai pencapaian dari Vipassana
Pengetahuan dari meditasi sangat kuat, membuat kita tidak terombang-ambing terhadap perubahan. Jika pengetahuan hasil dari meditasi belum muncul, maka kita harus menambah pengetahuan itu dengan belajar, membaca, mendengar. Pengetahuan intelektual berguna untuk mereduksi kesedihan, kesusahan, rasa penasaran, kekecewaan, dan emosi-emosi mengganggu lainnya.
Pengetahuan meditatif sering disebut sebagai Lokutt ara Pañña atau Insight wisdom, yakni kebijaksanaan yang muncul dari batin yang sudah tenang. Pengetahuan dari meditasi itulah yang dapat memotong penderitaan. Tenang menghadapi perubahan apapun.
Pengetahuan intelektual sering disebut sebagai Lokiya Pañña atau Intelectual wisdom, yakni kebijaksanaan yang didapat dari berpikir, berdiskusi, membaca. Pengetahuan ini juga dapat membantu menerima perubahan.
No comments:
Post a Comment