Tuesday 18 April 2017

Kisah Channa Thera

Dhammapada VI : 78

Kisah Channa Thera

Channa adalah kusir yang menyertai Pangeran Siddhattha ketika beliau meninggalkan istana dan keduniawian dengan menunggang seekor kuda. Ketika Sang Pangeran telah mencapai tingkat Kebuddhaan, Channa juga menjadi seorang bhikkhu. Sebagai seorang bhikkhu, ia sangat sombong dan bersikap ingin menguasai karena hubungannya yang dekat dengan Sang Buddha.


Channa kerap berkata, "Saya yang menemani Tuanku ketika beliau meninggalkan istana dan menuju ke hutan. Pada waktu itu, saya satu-satunya teman beliau, dan tiada yang lainnya. Tetapi sekarang, Sariputta dan Mogallana mengatakan bahwa mereka berdua adalah Murid Utama dan mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan memerintah para bhikkhu!"

Ketika Sang Buddha memanggilnya dan memperingatkan perihal perilakunya itu, ia diam, tetapi kemudian tetap mencela dua murid utama, Sariputta dan Mogallana. Sampai tiga kali Sang Buddha memanggil dan memperingatkannya, tetapi ia tetap tidak berubah. Sekali lagi Sang Buddha memanggil Channa, dan berkata, "Channa, dua bhikkhu yang mulia ini adalah teman yang baik untukmu, kamu harus bergaul dengan mereka dan jalinlah hubungan yang baik dengan mereka."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

Jangan bergaul dengan orang jahat,
jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah,
tetapi bergaullah dengan sahabat yang baik,
bergaullah dengan orang yang berbudi luhur.

Walau telah diperingatkan beberapa kali dan nasehat-nasehat juga telah diberikan oleh Sang Buddha, Channa tetap berlaku sesuka hatinya dan terus berkata-kata yang tidak baik terhadap bhikkhu-bhikkhu tersebut. Mengetahui hal ini, Sang Buddha berkata, bahwa Channa tidak akan berubah selama Sang Buddha masih hidup, tetapi setelah Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa pasti akan berubah. Pada malam kemangkatanNya (parinibbana), Sang Buddha memanggil Ananda Thera ke samping tempat berbaring beliau dan memerintahkan Ananda Thera agar menjatuhkan hukuman Brahma (Brahmadanda*) kepada Channa. Sebagai contoh, para bhikkhu tidak boleh menghiraukannya dan tidak boleh berurusan dengan Channa.

Setelah Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa mendengar hukuman yang diberikan oleh Ananda Thera. Ia merasakan penyesalan yang mendalam atas kesalahan-kesalahannya sehingga ia tidak sadarkan diri sebanyak 3 kali. Kemudian ia mengakui kesalahannya kepada para bhikkhu dan meminta maaf. Pada saat itu, ia mengubah tingkah lakunya dan pandangannya. Ia juga patuh pada petunjuk mereka dalam praktek meditasi, dan beberapa waktu kemudian Channa mencapai tingkat kesucian arahat.

No comments:

Post a Comment