Thursday 28 June 2018

SATI DAN SAMPAJANNA

" SATI DAN SAMPAJANNA "
(Oleh UP. Dharma Mitra / Peter Lim ).

Didalam sabda Nya, Sang Buddha menyabdakan bahwa TERDAPAT DUA JENIS DHAMMA (kebenaran), yang bisa memotivasi diri kita, untuk MAU MENYEMAI DAN MENIMBUN KEBAJIKAN.

KEDUA JENIS DHAMMA (kebenaran) tersebut adalah SATI dan SAMPAJANNA.


SATI dan SAMPAJANNA adalah DUA FAKTOR YANG AKAN MENDUKUNG atau MEMPERKUAT KEYAKINAN DIRI KITA, untuk SENANTIASA MAU BERBUAT KEBAJIKAN TANPA ADANYA PEMAKSAAN, PAMRIH ataupun maksud maksud tertentu.

Dengan BERPEDOMAN pada SATI dan SAMPAJANNA, maka PERBUATAN BAIK YANG DILAKUKAN AKAN BERJALAN DENGAN MULUS, serta sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan.

Untuk jelasnya, marilah KITA TELUSURI KEDUA JENIS DHAMMA (kebenaran) ini.

SATI : PERHATIAN, KEWASPADAAN DAN INGATAN

Sang Buddha menyabdakan : "SATI SABBATTHA PATTHIYA : perhatian diperlukan dalam setiap kondisi dan tempat".

Mengapa kita bisa bangun lebih awal, ikut kebhaktian, ingat janji yang telah diutarakan, melunasi utang tepat waktunya, belajar dengan sungguh sungguh dikala ujian, makan obat secara rutin dikala sakit dan seterusnya…?

Semuanya bisa terlaksana dengan baik, tidaklah terlepas karena " SATI : PERHATIAN " yang dimiliki, masih stabil keberadaannya.

Lawan dari SATI adalah LUPA.

Jadi konsekwensi (resiko) dari LEMAHNYA SATI (perhatian) adalah KEHANCURAN, misalnya: dikala ada rapat penting, kita terlambat atau lupa menghadirinya, lupa melunasi utang, lupa makan atau berobat dan seterusnya.

Selanjutnya, apakah yg bakal terjadi…?

Semua bentuk kemalangan kemalangan yg tidak semestinya, pasti akan muncul kepermukaan.

Jadi, SATI (perhatian) selain bermanfaat agar kita terhindari dari perbuatan perbuatan yang tidak baik, juga BISA MENCEGAH atau MENGURANGI DIRI KITA , DARI SERANGAN-SERANGAN KARMA yang mungkin saja, akan matang disaat tersebut.

Dengan dimilikinya SATI (perhatian), kita tidak akan mudah terpedaya atau terdorong ke lembah dukkha (derita) sebagai akibat dari tindakan salah yang diperbuat.

Disamping itu, SATI juga akan MEMPER-TEGUH BATHIN KITA, untuk senantiasa mau menyemai, menabur atau menanam kebajikan sebanyak banyaknya.

"Na pa-ram napi atta-nam-Vihimsati sama hito : ORANG YANG BATHIN-NYA TEGUH, tidak akan MENGANIAYA orang lain maupun diri sendiri", demikianlah yg disabdakan oleh Sang Buddha.

Satu hal yang pasti, bahwa SATI yang telah terbina dengan baik, TIDAK AKAN MUDAH LUNTUR DAN HANCUR, walaupun sakit bertahun tahun, kurang makan, mengalami proses penuaan atau kematian yang datang menjelang.

Tetapi bukanlah berarti bahwa SATI  yang telah terbina dengan baik, akan permanen keberadaanya didalam diri kita.

SATI HARUS DIBINA TERUS MENERUS dan sekali kita lengah, maka SATI AKAN RAPUH dan mudah sekali mengalami kehancuran.

Salah satu PENYEBAB HANCURNYA SATI adalah jika kita terlena sehingga melanggar sila ke V dari Pancasila Buddhis, yang isinya adalah sebagai berikut: "Surameraya majja pama-da-tthana veramani sikha-padang samadiyami : Kami berjanji/bertekad untuk menghindari memakan atau meminum segala sesuatu, yang mana bisa menyebabkan hilangnya kesadaran diri (mabuk )".

Dizaman yang serba praktis dan materialitis ini, apapun bisa dijumpai dan didapatkan, asalkan memiliki sejumlah materi.

Disinyalir saat ini, minuman minuman yang berkadar alkohol rendah sampai yang tinggi atau obat obat penenang (terlarang) yang mana bisa membuat sipemakai "on/fly" seketika, adalah hal yang umum dijumpai atau didapatkan, di tempat tempat hiburan malam.

Nach, bagi yang bathinnya tidak terbina dengan baik serta terbius akan nikmatnya (menurut pengakuan si bodoh yang telah mencoba) benda benda terlarang ini, akan segera memakainya.

Pemakaian obat obat terlarang ini, akan MEMPERCEPAT HANCURNYA SATI.

Dan bathin yang satinya telah hancur, akan mudah sekali terjerumus ke liang derita, sebagai akibat dari perbuatan perbuatan tercela yang dilakukan.

Dikala mabuk atau istilah ngetopnya saat ini adalah lagi "on/fly", semua tindakan, baik melalui ucapan maupun tin-dakan badan jasmani yg sifatnya tercela adalah hal umumnya dijumpai.

Dia tidak akan ada lagi rasa malu atau segan, untuk mau melakukan perbuatan perbuatan jahat, baginya berbicara kasar (jorok), mencuri, menyiksa, menipu dan bahkan membunuh adalah hal yang biasa.

Sebagai akhir dari LEMAHNYA SATI adalah PENDERITAAN YANG BERLARUT-LARUT dan akan jauh dari kebahagiaan.

Didalam sabda Nya, Sang Buddha menyabdakan bahwa SALAH SATU CARA AGAR SATI INI TERAWAT DENGAN BAIK ADALAH DENGAN MENGHINDARI ORANG BODOH (jahat).

" Na bhaje papake mitte: Janganlah bergaul dengan teman yang jahat ", demikianlah yang selalu ditegaskan Sang Buddha.

Bergaul dengan orang jahat, tiada manfaat yang bisa diraih, selain dari pada penderitaan yang berkesinambungan.

Bergaul dengan orang jahat, sama ibaratnya dengan kertas wangi yang membungkusi kotoran busuk.

Setelah kotoran tersebut dibuang maka sisa aroma busuknya, akan tetap melekat dikertas tersebut, disamping wanginya hilang.

Singkatnya dikatakan, tiada manfaat sama sekali bergaul dengan orang jahat, selain dari pada penderitaan yang ditimbulkan.

Selanjutnya, ditekankan pula bahwa SATI AKAN SEMAKIN KUAT KEBERADAANNYA DI BATHIN KITA, jika SERING MEMPRAKTEKKAN MEDITASI (pemusatan pikiran pada suatu sasaran tertentu).

SAMPAJANNA : MENYADARI

SAMPAJANNA dalam hal ini adalah MENYADARI DENGAN BAIK, apapun yang BERLAKU PADA KESELURUHAN INDERA.

Didalam agama Buddha kita mengenal ENAM INDERA KESADARAN yang terdiri dari ;

1. CAKKHU VINNANA : KESADARAN MATA.
Timbul karena adanya kontak langsung antara mata dengan bentuk "rupa" yang berada di dalam jangkauan penglihatan.

2. SOTA VINNANA : KESADARAN TELINGA.
Timbul karena adanya kontak telinga dengan bunyi bunyian atau suara.

3. GHANA VINNANA : KESADARAN HIDUNG ;
Timbul karena adanya kontak antara hidung dengan aroma atau wangi wangian (bau bauan).

4. JIVHA VINNANA : KESADARAN LIDAH ;
Timbul karena adanya kontak antara lidah dengan rasa rasaan.

5. KAYA VINNANA : KESADARAN BADAN JASMANI ;
Timbul karena adanya kontak antara badan jasmani dengan sentuhan sentuhan.

MANO VINNANA : KESADARAN PIKIRAN ;
Timbul karena adanya kontak antara pikiran dengan segala sesuatu (prihal) dan permasalahannya.

SAMPA-JANNA dalam hal ini adalah MENYADARI DENGAN BAIK, dikala melihat bathinnya SADAR BETUL akan apa yang sedang dilihat, sehingga TIDAK SAMPAI MENIMBULKAN KEMEROSOTAN BATHIN.

Disaat mendengar, apakah sesuatu yang sifatnya pujian atau gossip belaka, BATHIN HARUS SADAR SEPENUHNYA akan makna dari suara tersebut, sehingga TIDAK SAMPAI TERPEDAYA, untuk EMOSI / MARAH.

Begitu juga dikala mencium aroma, bathin harus senantiasa sadar akan apa yang tercium, sehingga tidak spontanitas mengeluarkan komentar yang tidak seyogianya dilontarkan.

Disaat merasakan sesuatu, apakah manis, pahit, asin atau asam; BATHIN HARUS SADAR AKAN HAL.

Selanjutnya dikala tubuh merasakan sentuhan, apakah yang lembut atau kasar; bathin harus menyadari akan maknanya.

Kemudian, disaat pikiran berkreasi atau memutuskan suatu permasalahan, sadarilah apa yang seharusnya diputuskan, agar tidak menimbulkan kerugian di kedua sisi, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Didalam kitab suci Patikavagga diuraikan EMPAT CIRI KHAS DARI SAMPAJANNA, yang terdiri dari:

1. SADAR AKAN MANFAAT DARI PERBUATAN yang sedang dilakukan.

2. SADAR BAHWA PERBUATAN YANG SEDANG DILAKUKAN, sesuai atau tidak dengan diri sendiri.

3. Sadar bahwa perbuatan yang sedang dilakukan, akan menimbulkan SUKKHA (kebahagiaan) atau DUKKHA (penderitaan).

4. Sadar bahwa perbuatan yang sedang dilakukan, merupakan KEBODOHAN atau KEPANDAIAN.

Jadi manfaat dari dimilikinya SAMPAJANNA ini adalah agar KITA SADAR dan TIDAK TERLENA, akan APA YANG BERLANGSUNG PADA DIRI KITA.

Disaat memegang pisau, kita sadar akan apa yang sedang dipegang, sehingga tidak mencelakai orang lain atau diri sendiri.

Disaat mengendarai mobil, kitapun harus sadar akan apa yang seharusnya diperbuat, sehingga tidak terjadi kecelakaan.

Diceritakan pada masa kehidupan Sang Buddha, terdapat seorang umat yang sangat berbakti dan senantiasa menimbun kebajikan.

Umat tersebut bernama Visakha,seorang wanita yang telah divisudhikan menjadi seorang Upasika. 

Ia adalah pemimpin dari para upasika yang sangat berkeyakinan dan berbakti, terhadap Sang buddha.

Dia telah berhasil mendirikan sebuah Vihara yang sangat indah, kemudian di persembahkan kepada Sang Buddha, sebagai wujud dari rasa cinta kasih dan bhaktinya.

Pada waktu Vihara itu selesai di bangun, dia sangat bahagia dan gembira sekali.

Diajaknya, anak dan cucunya berbaris rapi, berjalan mengelilingi Vihara sambil menyanyikan lagu lagu yang merdu sekali.

Orang orang yang menyaksikan kejadian ini, sangat kagum dan terharu bathinnya.

Kemudian mereka menceritakan kepada Sang Buddha, semua kejadian yang mengharukan tersebut.

Berkenan dengan peristiwa ini, Sang Buddha bersabda : "Bagaikan sebuah karangan yang dirangkai dengan beraneka macam bunga, demkian pula halnya dengan KEBAJIKAN, harus dilaksanakan sebanyak mungkin oleh orang yang hidup di dunia fana ini".

Selanjutnya, dikisahkan pula, ada seorang Bhikkhu yang bernama Yang Arya Maha Kassapa yang sangat mulia karena perbuatan perbuatan baiknya.

Beliau sangat memperhatikan keadaan dan kehidupan orang miskin.

Bilamana beliau pergi berkelana dan mengumpulkan dana, beliau selalu memberi kesempatan kepada fakir miskin, terlebih dahulu.

Pada suatu hari diceritakan, Sakka atau Batara Indra, raja dari para dewa turun dari alam kedewaan, ke atas mayapada ini dengan menyamar sebagai tukang tenun yang miskin.

Tukang tenun itu lalu menghampiri Yang Ariya Maha Kassapa dan memberikan dana kepada beliau.

Hal ini diketahui oleh Sang Buddha dan beliau lalu memuji Yang Ariya Maha Kassapa, sambil menyatakan bahwa sampai Batara Indra turun ke atas mayapada ini, karena beliau sangat tertarik dengan kebajikan Yang Ariya Maha Kassapa.

Selanjutnya Sang buddha bersabda : "Sesungguhnya tiada seberapa nilainya keharuman tagara dan kayu cendana.

Keharuman orang yang BERPRIKEBAJIKAN membubung tinggi sampai ke alam dewa.

Sesungguhnya sangat mulia KEBAJIKAN itu." Dari dua kisah yang singkat ini, jelaslah bagi kita semua bahwa kebajikan yang diperbuat, pasti akan memberikan kebahagian dan kesejahteraan.

KESIMPULAN :
Kebahagiaan adalah dambaan bagi setiap makhluk hidup dan tiada satupun, yang berkenan disakiti.

Didalam sabda Nya, Sang Buddha menyabdakan bahwa kebahagiaan yang berhasil diraih bukanlah berkahan atau pemberian dari siapapun juga.

Hanya dengan menimbun kebajikanlah, kebahagiaan itu baru bisa direalisasikan.

Berdasarkan pada fakta kebenaran ini, marilah kebajikan diperbuat sedini mungkin agar jeratan derita, dapat terhindari.

Agar kebajikan yang diperbuat, terarah dan terkontrol dengan baik, terdapat dua pedoman yg bisa dijadikan acuan, yaitu : " SATI : PERHATIAN " dan " SAMPAJANNA : KESADARAN ".

Selalulah mengawali setiap kebajikan dengan " PERHATIAN dan KESADARAN " yang baik serta WASPADALAH DARI SETIAP GODAAN ATAU GANGGUAN, yang SIFATNYA MENGHANCURKAN.

Manusia yang bersila (moral) akan senantiasa menambah kebajikannya, dengan bertambahnya usia yang dilalui dan setelah kematiannya, akan di tumimbal lahirkan di alam kebahagiaan " SUGGATI ", sesuai dengan kekuatan kebajikan yg dimiliki.

Semoga dengan dimilikinya " SATI dan SAMPAJANNA ", kehadiran kita disaat yg tepat ini, dapatlah hendaknya sebagai motivator awal, bagi kebahagiaan semua makhluk.

Sabbe satta sabba dukkha pamuccantu-sabbe satta bhavantu sukhitata : Semoga semua makhluk terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,

Sadhu.., sadhu,….sadhu...

No comments:

Post a Comment