Kelahiran dan Kematian
Oleh: Ajahn Chah
Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, “Mengapa saya dilahirkan?”, Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini pada pagi hari, siang hari, dan malam hari… setiap hari.
Kelahiran dan kematian kita adalah satu hal. Anda tidak bisa mendapatkan yang satu tanpa yang lainnya. Terlihat agak lucu; bagaimana pada saat ada kematian, orang-orang menagis dan sedih; sedangkan pada saat ada kelahiran, orang-orang gembira dan senang. Itu hanyalah khayalan. Saya rasa jika Anda benar-benar ingin menangis, lebih baik melakukannya pada saat seseorang dilahirkan. Menangislah pada awalnya, karena bila tidak ada kelahiran, maka tidak akan ada kematian. Apakah Anda bisa mengerti hal ini?
Anda akan berpikir bahwa orang mengerti apa yang akan terjadi jika hidup di dalam kandungan seseorang. Betapa tidak nyaman! Bayangkan saja bila diam di dalam gubuk hanya sehari saja rasanya sudah sulit. Kunci semua pintu dan jendela, Anda sudah merasa tertekan. Jadi bagaimana rasanya tinggal di dalam kandungan seseorang selama sembilan bulan? Tapi Anda tetap mau dilahirkan kembali! Anda tahu ketidaknyamannya dalam kandungan, dan Anda masih mau menempelkan kepala disana, untuk menaruh leher Anda di dalam jerat itu sekali lagi.
Mengapa kita dilahirkan? Kita dilahirkan agar kita tidak akan dilahirkan kembali.
Ketika seseorang tidak mengerti tentang kematian, hidup dapat menjadi sangat membingungkan.
Sang Buddha memberitahukan muridnya, Ananda, untuk melihat ketidakkekalan, untuk melihat kematian dalam setiap nafas. Kita harus memahami kematian, kita harus mati agar dapat hidup. Apa artinya ini? Mati adalah jalan menuju akhir dari semua keraguan, semua pertanyaan kita, dan ada disini dengan kenyataan saat ini. Anda tidak akan pernah mati besok. Anda harus mati sekarang. Dapatkah Anda melakukannya? Bila Anda dapat melakukannya, Anda akan tahu kedamaian tanpa pertanyaan lagi.
Kematian itu sedekat nafas kita.
Kalau Anda telah terlatih dengan benar, Anda tidak akan merasa ketakutan ketika jatuh sakit, juga tidak sedih jika seseorang meninggal. Ketika Anda pergi ke rumah sakit untuk menjalani perawatan, tanamkan di dalam pikiran jika Anda menjadi lebih sehat, itu bagus; dan jika Anda meninggal itu juga bagus. Saya menjamin Anda bahwa bila dokter berkata kepada saya bahwa saya mengidap kanker dan akan mati beberapa bulan lagi, saya akan mengingatkan dokter itu, “Hati-hati karena kematian juga akan datang menjemputmu. Ini hanya masalah siapa yang pergi duluan dan siapa yang pergi belakangan.” Dokter tidak dapat menyembuhkan kematian dan tidak dapat mencegah kematian. Hanya Buddha yang dapat disebut dokter, jadi kenapa tidak pergi dan menggunakan obat dari Buddha?
-The End-
Jika Anda ditanya, Apa yang tidak pasti dalam hidup ini? “Hidup adalah tidak pasti” jawabnya. Dan apa yang pasti dalam hidup ini, “Mati adalah pasti.”
Hidup tidak pasti, tapi mati itu adalah pasti.
Mungkin kita harus merasakan kematian terlebih dahulu, untuk merasakan betapa berharganya sebuah kelahiran apalagi sebagai manusia.
Obat Buddha hanya sederhana sekali, “Jangan berbuat jahat, perbanyak berbuat kebajikan, dan sucikan hati dan pikiran.”
Saya teringat perkataan seseorang, “Seharusnya ketika seseorang dilahirkan, kita memberikan karangan bunga bertuliskan Turut Berduka Cita, dan ketika seseorang meninggal kita harus memberikan karangan bunga bertuliskan Selamat Menempuh Hidup Baru.”
Dimana ada kelahiran disana ada kematian. Dimana ada kematian disana ada kelahiran.
Sampai kita tidak dilahirkan kembali. Jika kita tidak dilahirkan, bagaimana kita bisa mati???
No comments:
Post a Comment