Saturday 17 March 2018

Ajahn Mun dan Makhluk Halu

Ajahn Mun dan Makhluk Halus ~

Dalam buju Ajahn Man (baca "a-can man") kita dapat membaca bahwa selama hidupnya Ajahn Mun sering memberikan nasihat yang bermanfaat bagi makhluk-makhluk halus dari berbagai alam kehidupan merupakan tanggung jawab serius yang terus dilakukan Ajahn Mun sampai saat kemangkatan beliau. Beliau senantiasa berkomunikasi dengan makhluk-makhluk itu dimana pun beliau tinggal, tetapi lebih sering lagi ketika berada di wilayah pegunungan. Di sana, di daerah
terpencil jauh dari hunian manusia, satu atau lain kelompok mengunjungi beliau hampir tiap malam. Bahkan hantu-hantu kelaparan, yang menunggu pelimpahan jasa yang dipersembahkan untuk mereka oleh sanak saudara mereka yang masih hidup, datang meminta bantuan beliau. Tidak bisa diketahui berapa lama mereka telah meninggal, atau dari keluarga dan kebangsaan apa mereka sebelumnya, atau apakah hantu-hantu ini masih memiliki sanak saudara yang tersisa. Dalam berkomunikasi dengan Ajahn Mun mereka berharap bahwa, demi welas asih terhadap mereka, beliau mau membantu mencari sanak saudara mereka dan memberi tahu mereka untuk berdana, mempersembahkan sebagian dari jasa kebajikan itu kepada yang telah mati untuk membantu mengurangi siksaan dan derita mereka sehingga membuat kehidupan mereka lebih bisa ditanggung. Banyak dari mereka yang telah mengalami penderitaan yang tak bisa dilukiskan di neraka selama waktu yang sangat lama sehingga tidak bisa menghitung jangka waktu mereka berada di sana dalam ukuran umur manusia. Ketika akhirnya mereka bisa bebas dari neraka, mereka masih tidak bisa menghindari kemalangan untuk bisa menikmati berbagai kesenangan; sehingga penderitaan mereka berlanjut terus tanpa henti. Bagi makhluk-makhluk yang terperangkap oleh akibat-akibat dari kamma buruk mereka, alam tempat mereka lahir hanya sedikit berpengaruh, karena hanya terjadi sedikit sekali perubahan yang membantu mengurangi penderitaan mereka.

Hantu-hantu kelaparan biasanya memberitahu Ajahn Mun bahwa mereka tidak berapa lama waktu yang diperlukan untuk bisa melalui akibat-akibat dari perbuatan jahat mereka. Mereka hanya berpegang pada satu harapan terakhir; jika beliau berbaik hati memberitahu sanak saudara mereka yang masih hidup mengenai kesengsaraan mereka, sanak saudara itu mungkin bersedia berbagi jasa kebajikan dengan mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk meloloskan diri dari siksaan yang tak tertanggungkan seperti itu. Ketika beliau menanyai hantu-hantu kelaparan mengenai sanak saudara mereka, mereka berbicara mengenai dunia lain secara bersamaan, sebuah alam yang tidak bisa dipahami oleh beliau. Setelah mati dan terlahir kembali dalam salah satu alam neraka, beberapa dari mereka telah menetap di sana selama puluhan tahun atau ratusan ribu tahun sebagai makhluk halus sebelum terbebas ke alam kehidupan rendah lainnya dimana mereka harus berjuang membayar sisa kamma buruk mereka. Keberadaan mereka sebagai hantu kemudian berlangsung selama lima ratus sampai seribu tahun non-fisik, sehingga tidak mungkin untuk melacak keluarga mereka. Demikianlah ironi kejam dari dilema kamma mereka; pada saat akibat kamma mereka yang paling berat telah habis dan hanya lebih ringan yang tersisa-sebuah kondisi di mana mereka akhirnya bisa menerima bantuan dari sanak saudara mereka-mereka ternyata telah kehilangan jejak akan keluarga mereka. Sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain menanggung penderitaan kamma itu terus menerus, tanpa mengetahui kapan itu akan berakhir. Hantu-hantu seperti itu menyerupai hewan terlantar yang tidak punya pemilik yang bisa merawat mereka.

Hantu-hantu kelaparan lainnya masih bisa dibantu dengan satu atau lain cara, karena mereka baru saja meninggal sehingga kamma mereka tidak begitu berat-yang berarti mereka bisa menerima jasa kebajikan yang dipersembahkan kepada mereka oleh sanak keluarga mereka. Karena mereka memiliki sanak keluarga yang nama dan alamatnya bisa mereka ingat. Ajahn Mhn bisa memberikan berbagai bantuan kepada mereka selama keluarga mereka tinggal di sekitar tempat beliau berdiam. Ketika beliau mengetahui siapa mereka, beliau mencari kesempatan untuk berbicara dengan mereka. Beliau menasehati mereka untuk mempersembahkan jasa kebajikan bagi sanak keluarga mereka yang telah meninggal, yang tengah menunggu jasa kebajikan yang dilakukan lewat berbagai tindakan religius atau umumnya, dengan mempersembahkan makanan setiap hari kepada para bhikkhu. Beberapa hantu bisa menerima sebagian jasa kebajikan yang dilakukan orang-orang dermawan dimanapun bahkan meskipun hal itu tidak secara khusus dipersembahkan untuk mereka. Karena itu, Ajahn Mun selalu melakukan persembahan-persembahan seperti itu selagi memancarkan cinta kasih kepada seluruh makhluk hidup. Sesuai dengan sifat khas dari kamma mereka masing-masing, beberapa hantu bisa menerima jasa kebajikan yang dipersembahkan setiap orang, sementara yang lainnya hanya bisa menerima jasa kebajikan yang secara pribadi dipersembahkan kepada mereka oleh sanak saudaranya.

Ajahn Mun mengatakan bahwa hantu-hantu menjalani kehidupan yang sangat aneh. Dari banyaknya pengalaman beliau bersama mereka, beliau menemukan bahwa hantu jauh lebih mengganggu ketimbang golongan-golongan makhluk halus lainnya. Karena tidak memiliki jasa kebajikan mereka sendiri, hantu harus selalu bergantung dan merasa berhutang kepada yang lainnya agar bisa bertahan hidup. Seandainya yang lain tidak menolong mereka, hantu-hantu ini akan benar-benar merana. Ketergantungan mereka kepada makhluk lainnya meletakkan mereka dalam posisi yang sangat sulit karena tidak bisa mandiri.

Kedermawanan dan bentuk perbuatan jasa lainnya sangat penting dan pokok sebagai elemen kunci untuk membangun pondasi bagi kemandirian individu dalam kehidupan kini dan yang akan datang. Semua makhluk hidup adalah hasil dari kamma mereka sendiri. Mereka sendiri yang harus bertanggung jawab pernuh terhadap akibat-akibat yang mereka hadapi. Tidak ada orang lain yang bisa menerima tanggung jawab itu karena tidak seorang pun mengalami kamma yang dihasilkan oleh orang lain. Kelahiran, yang baik maupun yang buruk, dan berbagai tingkatan kebahagiaan dan penderitaan yang dialami didalamnya, merupakan tanggung jawab tunggal dari individu yang menciptakan kondusi yang menyebabkan hasil-hasil akhir ini. Tidak ada makhluk yang bisa menggantikan yang lainnya dalam hal ini. Bahkan mereka yang tidak mengharapkan manfaat dari perbuatan mereka masih akan menerima imbalan kamma atas perbuatan mereka.

*Ajahn Mun Bhūridatta Thera adalah seorang tokoh yang menjulang dalam Buddhist Thai pada awal abad ke-20.

No comments:

Post a Comment