Wednesday 14 March 2018

Better Understanding of Dhamma in 2018

Better Understanding of Dhamma in 2018
Bhante Nanukkamsa
Mall Taman Palem, 21 Jan 2018

Apa yang akan terjadi di tahun 2018?
Siapa yang bisa sungguh-sungguh menolong kita?

Apakah makanan? Makanan memang dapat menolong kita agar menjaga kesehatan kita, tapi itu juga tergantung dari pengendalian diri Anda terhadap makanan, makanan yang sehat.

Apakah tempat tinggal?
Tempat tinggal dapat melindungi Anda dari cuaca buruk, tapi tetap Anda sendiri yang menjaga/mengatur rumah tangga Anda, kebersihan, sirkulasi udara, air, dll.


Apakah bisnis?
Bagaimana ramalan ekonomi di tahun 2018?
Jika Anda investasi di hobby yang salah, ekonomi Anda akan buruk, kembali ke Anda bagaimana dengan bijak investasi untuk sumber kekayaan Anda.

Apakah materi lain? Amulet? Tato? Jimat?
Tetap saja tidak bisa.

Apakah teman, keluarga, guru dan sanak keluarga lain? Mereka memang berperan aktif menolong tapi hanya dalam satu kehidupan saja.

Sang Buddha adalah kalyana mitta terbaik kita.

Penolong terbaik kita adalah Tisarana: Buddha, Dhamma dan Sangha.

Buddha tidak menolong kita seperti materi ,orang tua dan lainnya. Buddha menolong kita seperti dokter menolong pasien. Dokter tidak membelikan obat, tidak memberikan makan, semua harus pasien yang melakukan, beli obat sendiri, dan bayar biaya pengobatan.
Dokter hanya menuliskan resep, memberi petunjuk apa yang harus dikonsumsi dan apa yang harus dihindari, begitu pula Buddha.
Jika pasien menuruti petunjuk dokter maka pasien akan sembuh, tapi jika tidak menuruti maka tidak akan sembuh.

Semua kembali ke pengendalian diri kita sendiri.

Pada saat kita mengambil perlindungan kepada Dhamma, ada 9 Dhamma Adi-duniawi (Lokuttara Dhamma).

Ada 4 tingkat kesucian:
1. Sotapanna : tingkat kesucian pertama
2. Sakadagami : tingkat kesucian yg kembali
3. Anagami : tingkat kesucian yg tdk kembali
4. Arahatta : tingkat kesucian yg tdk terlahir kembali

Dari semua tingkat kesucian terdapat Lokuttara Dhamma (dalam 1 tingkat ada 2x Maggha Pala dan pada akhirnya 1 Nibanna)
Ketika kita telah memahami Dhamma, kita tidak akan mencari perlindungan lain lagi. Kita tidak akan jatuh di 4 alam penderitaan.
Tipitaka sendiri juga adalah perlindungan bagi kita.

Bagaimana Sangha melindungi kita?
Sangha seperti Sang Buddha, perwakilan Buddha mengajarkan Dhamma, menjadikan kita orang yg lbh baik, berperan sebagai ladang menanam jasa kebajikan. Tapi semua tidak terlepas dari pengendalian diri kita sendiri.

Bagaimana perlindungan ini bisa rusak?
Rusak secara duniawi:
Saat Anda tdk peduli ajaran Buddha, tdk praktek dan bahkan menolak ajaran Buddha.
Jika seseorang masih berkeyakinan pada Tisarana yang tidak tergoyahkan maka saat meninggal pun Tisarana tidak akan rusak.

Bagaimana menunjukkan rasa hormat kepada Tisarana?

Cara menghormati Buddha:
Rupang Buddha, relik Buddha, pohon Bodhi merupakan contoh tempat di mana Buddha sungguh-sungguh ada di sana. Maka hendaknya kita sungguh2 menunjukkan rasa hormat kita. Patung Buddha harus dibersihkan, tidak ngobrol, ribut/berantem di depan Patung Buddha. Di depan cetya tidak menggunakan sandal, payung karena jaman Sang Buddha itu adalah lambang kebesaran. Mobil juga dianggap seperti sandal, jd mobil tidak parkir tepat di depan vihara jika kita datang ke vihara, jaga kaki agar tidak kotor sebelum masuk ke vihara/cetya.
Perlakukan tempat tinggal Sang Buddha seperti anda perlakukan Presiden. Pada jaman Sang Buddha pernah ada seorang petani tidak membersihkan diri duduk di depan altar Sang Buddha, saat meninggal terlahir sebagai yakha, tubuh penuh duri.

Cara menghormati Dhamma:
Saat mendengarkan Dhamma, harus kyusuk, tidak main game, ngobrol, main hp dll.
Jangan taruh buku Dhamma di sembarang tempat, jangan pegang atau bawa buku Dhamma seperti membawa kantong belanjaan.
Buddha sendiri memberikan hormat kepada Dhamma. Kita bisa membantu cetak Dhamma, menyebarkan Dhamma. Ini cara kita hormat kepada Dhamma.

Cara kita menghormat kepada Sangha:
Dengan penuh metta (cinta kasih) kita  menyokong para Sangha. Berbicara yang santun dengan Sangha, jangan dengan bahasa gaul.
Sang Buddha pernah memuji bhante Maha Kassapa seperti bulan dan sumur tua. Seperti bulan, yang bentuknya selalu berubah, selalu baru, bhante Maha Kassapa berperilaku seperti orang baru setiap kali bertemu umat, tidak akrab.
Seperti sumur tua yang lapuk, kita harus jaga jarak, tidak boleh terlalu akrab terutama perempuan. Obrolan tidak boleh terlalu jauh, baik bhikkhu dan umat awam jangan terlalu saling dekat, jangan anggap seperti teman sendiri, nanti sudah tidak ada rasa hormat.

Jika ada Bhikkhu yang tidak baik hendaknya tidak berasosiasi dengan mereka, ada cerita pada jaman dulu, jika seperti demikian, kehidupan selanjutnya kedua pihak terlahir di kubangan.

Jangan sampai jika menjadi kapiya, kita berniat mengambil keuntungan.

Sangha harus kita anggap sebagai pencarian jalan spiritual, untuk belajar Dhamma. Bhikkhu sendiri itu belum sempurna. Jangan melekat kepada individu Sangha, nanti kita akan kecewa karena mereka juga masih melekat dengan samsara.

Walaupun ada Bhikkhu yang tidak baik, umat tidak boleh menghakimi Bhikkhu. Ini juga disebutkan di dalam Angutara Nikaya, ada Sutta yang menceritakan bagaimana umat tidak hormat kepada Sangha, tidak memberikan penghormatan, tidak menemui dan berdana.
Kita harus secara pasif menanggapinya.
Senjata seorang pertapa adalah Khanti, kesabaran; Sila. Bahkan para dewa pun akan turun menghormat jika ada pemegang sila lebih tinggi berjalan di bawah mereka.

Jangan anggap remeh 4 hal ini:
1. Pangeran muda, krn kelak akan menjadi Raja
2. Ular muda/kecil, krn berbisa berbahaya seperti ular besar
3. Api kecil, walau kecil dapat membakar hutan
4. Bhikkhu kecil, kesabarannya dapat 'membakar' Anda.

Perlindungan ada 2: internal dan external.

Asuransi, bodyguard, materi dll bukanlah perlindungan sesungguhnya. Ini adalah perlindungan external.

Jaman Sang Buddha, ada  60 bhikkhu setelah mendengarkan Dhamma, muntah darah, ini karena mereka dulu pernah melakukan pelanggaran berat Parajika, ada 60 bhikkhu yang lepas jubah setelah mendengarkan Dhamma, ini yang juga melakukan pelanggaran tapi tidak berat, ini agar mereka insaf dan mulai lagi menjalani hidup dengan baik ada sebagai samanera ada sebagai umat awam, ada 60 bhikkhu mencapai Arahat, ini karena mereka menjadikan Dhamma sebagai objek meditasi.

Perlindungan terbaik adalah internal.

Seseorang yg silanya tidak murni maka tidak akan tenang batinnya.

Dalam Attarakkhita Suttam:
Seseorang yang terkendali dr perbuatan tubuh, ucapan dan pikiran itu adalah bagus. Seseorang yang tahu malu berbuat salah, terkendali, adalah orang yang sesungguhnya terlindungi.

Perlindungan sejati adalah diri sendiri.
Jika sejak setiap pagi kita sudah menjaga pikiran, perbuatan dan ucapan maka sepanjang hari adalah berkah buat kita. Tidak perlu takut chiong.

Belajar Dhamma seperti memegang ular, jangan salah pegang karena bisa2 Anda akan digigit ular. Jangan belajar Dhamma untuk tenar, untuk materi, untuk mencari pengikut.

Belajar Dhamma untuk melestarikan Dhamma dan untuk pembebasan diri.

Untuk memperoleh pemahaman Dhamma yang baik ada beberapa aspek:
1. Kamma dan Parami tdk sama. Tidak semua kebajikan menjadi Parami. Semua Parami pasti adalah kebajikan. Parami adalah kesempurnaan.
Ada yg berdana utk menjadi cantik sehat kaya, ini bukan Parami ini akan jadi kamma baik.
Jika saat kita melakukan kebajikan utk kebebasan kita mencapai Nibanna maka ini akan menjadi Parami.

Jadi akan rugi jika kita hanya melakukan kusala kamma, bukan parami. Karena jika Anda berdana tanpa Anda beraspirasi pun Anda akan menjadi kaya, sehat, semua akan terkondisikan dengan sendiri.

Buddha harapkan kita mengumpulkan Parami bukan hanya kusala kamma, agar terbuka pintu ke Nibanna.

2. Ada beberapa poin dalam sila yg kurang dipahami.
Sila pertama, apapun yg dilakukan dg tujuan memperpendek masa hidup mahluk lain walaupun dasar belas kasihan itu juga melanggar sila.
Sila kelima, jika wanita setelah melahirkan minum arak utk kesehatan, ini juga pelanggaran.
Jika yang menjalankan Atthasila, untuk sila keenam, yang benar adalah sebelum tengah hari, sebelum matahari tepat di atas kepala kita dan setelah fajar, yaitu setelah saat warna merah muncul di garis horizon sebelum matahari muncul dan muncul garis putih itu sudah boleh.

Masalah dunia ini adalah kekotoran batin. Kenapa kita punya kekotoran batin? Karena kita tidak tahu bahaya dan cacat dr objek2 yang kita lekati. Cacatnya : kebahagiaan sesaat, usaha banyak sedikit bahagia, bukan milik kita
Bahayanya: menyenggol kepentingan orang lain
Jika kita telah tahu, kita belajar melepas.

Dalam hidup, kita tidak hanya mempersiapkan diri menjalani kehidupan tapi juga menghadapi kematian.
Cara menghadapi kematian : dengan dana, sila, samadhi, panna. Ini memang sulit tapi bermanfaat.

Dalam Udana Atthakatha:
Jika kita berlatih dengan salah, kita memukul tubuh Dhamma, dan jika kita merusak Buddha Sasana.

Tugas kita dari Sang Buddha: belajar, mengajar Dhamma dan berlatih Dhamma (praktik dana, sila, samadhi, panna)

Dalam AN.I.10.130 : Dutiyapamadadivaggo:
Bhikkhu yang menganggap Dhamma bukan Dhamma dan sebaliknya, yg berperilaku untuk kerugian banyak mahluk. Bhikkhu ini melakukan banyak akusala kamma.

Berhati-hatilah dalam diskusi dhamma, jika kita tidak benar2 tahu, lebih baik tidak berkomentar, takutnya secara tidak langsung kita berkontribusi terhadap lenyapnya Dhamma.

Dalam Mahaparinibbana Suttam:
Buddha berkata pada murid terakhirnya, jika seorang telah berlatih, seorang tsb haruslah membimbing orang lain untuk mencapai pencapaian yg sama maka dunia ini tidak akan sepi dari Arahat.

Akhir kata sesuai pesan Sang Buddha:
"Appamadena Sampadetha" Berjuanglah dengan penuh kesadaran sesuai dengan Dhamma.

Dirangkum oleh umat yang hadir mendengarkan Dhammatalk, mohon maaf untuk kesalahan pengejaan.
Angel S.

No comments:

Post a Comment