Melafalkan Nama Buddha, Juga Harus Berusaha Sendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Ada berbagai tradisi dalam Ajaran Buddha. Semua tradisi mempunyai tujuan yg sama yaitu membebaskan semua makhluk dari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan sejati. Dalam Mahayana, ada tradisi Zen, Jing Tu (Tanah Suci, Tanah Murni), Tantra, dll. Tradisi Jing Tu adalah tradisi yg mengutamakan praktek melafalkan nama Buddha Amitabha.
Ada berbagai kesalahpahaman mengenai tradisi Jing Tu. Salah satu kesalahpahaman adalah memandang praktek melafalkan nama Buddha adalah usaha memperoleh kebahagiaan atau kesucian dengan bantuan makhluk lain (Buddha) dan tidak berusaha sendiri. Ada benarnya, bahwa tradisi Jing Tu mengandalkan kekuatan/tekad Buddha Amitabha. Akan tetapi, sebenarnya tidaklah sepenuhnya benar. Lebih tepat adalah mengatakan tradisi Jing Tu mengandalkan kekuatan kekuatan Buddha (bantuan dari "luar", "makhluk lain"), juga mengandalkan kekuatan atau usaha sendiri. Karena itu, tradisi Jing Tu, bukan pasif, tdk berbuat apa-apa dan mengandalkan semacam juru selamat. Tradisi Jing Tu juga membutuhkan usaha sendiri.
Praktek melafalkan nama Buddha, seperti semua tradisi lain, harus menjaga sila atau pengontrolan diri. Menurut Sutra Kontemplasi Amitabha, 3 bentuk moralitas dasar yg harus dijaga adalah :
Pertama
1. Bakti kepada orang tua, hormat kepada guru/atau yg lebih tua
2. Tidak Membunuh karena welas asih, Mempraktekkan 10 kebajikan
Kedua
1. Berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha
2. menjalankan sila (pancasila, attasila, semua sila)
3. mentaati peraturan
Ketiga
1. membangkitkan Bodhicitta
2. percaya kepada hukum karma
3. mempelajari/mendalami Mahayana
4. rajin mempraktekkan ajaran Buddha
Praktek pertama adalah praktek karma baik yg dapat mengakibatkan karma baik kelahiran sebagai manusia atau dewa. Praktek kedua adalah praktek dari aliran Theravada yg dapat mengakibatkan keluar dari tumimbal lahir. Praktek ketiga adalah praktek Mahayana yg dapat mengakibatkan pencapaian tingkat Buddha.
Praktek melafalkan nama Buddha harus disertai dengan 3 praktek di atas, tidak harus lengkap. Tanpa 3 praktek di atas, praktek melafalkan nama Buddha tidak akan berhasil. Karena itu adalah kesalahpahaman kalau memandang praktek melafalkan nama Buddha tidak berusaha sendiri atau tidak menjalankan sila. Tidak benar.
Bagaimana dengan praktek meditasi? Praktek melafalkan nama Buddha adalah praktek meditasi dengan objek Buddha. (Salah satu dari 40 macam objek meditasi). Pada waktu bermeditasi, ada usaha sendiri (tekad dan KETULUSAN), ditambah dgn bantuan Buddha Amitabha. Jadi praktek meditasi dalam Jing Tu adalah mengandalkan kekuatan sendiri dan kekuatan Buddha.
Kalau mau diteliti lebih mendalam, praktek Jing Tu, sebenarnya juga adalah praktek mengandalkan usaha sendiri. Semua praktek yg Buddha ajarkan adalah mengandalkan usaha sendiri. Sebenarnya apa yg dimaksud dgn usaha sendiri? siapakah sendiri? siapakah "aku"?
Praktek "Usaha Sendiri", adalah praktek "Menuju ke dalam Hati", adalah praktek "Bebas dari kemelekatan" adalah "Melepas". Ketika kita menjalankan sila, beramal, bermeditasi, memasuki jhana, kita berusaha sendiri, "menuju ke dalam Hati", melepas. Begitu juga, ketika kita melafalkan nama Buddha dengan KETULUSAN, seperti memasuki jhana, kita berusaha sendiri, "menuju ke dalam Hati", melepas. Pada waktu melafalkan nama Buddha, tidaklah memikirkan atau mengharapkan bantuan seorang Buddha dari luar diri. Tetapi memfokuskan pada Buddha (Jhana, Nibbana) di dalam diri sendiri.
Selain itu, seberapa besar bantuan yg dapat diberikan oleh Buddha Amitabha, tergantung ketulusan atau usaha sendiri, juga tergantung tingkat kekotoran batin. Artinya, seorang yg mampu memasuki jhana, seorang Arahat, atau hanya seorang umat awam, ketika melafalkan nama Buddha, akan mendapatkan hasil yg berbeda karena tingkat kekotoran batin. Sang Buddha (Amitabha), Guru yg Tiada Bandingannya, mengetahui sifat masing-masing orang, dapat menyesuaikan diri, memberikan bantuan apa yg cocok dan sesuai dgn orang yg melafalkan nama Buddha.
Seorang yg mampu memasuki jhana kemungkinan besar ketika melafalkan nama Buddha dgn tulus akan memasuki jhana yg lebih dalam ... seorang umat awam akan mendapatkan pikiran baik atau karma baik... dll.. Jing Tu Fa men adalah praktek untuk semua (banyak) orang. Baik umat awam, yg kurang cerdas, atau biasa-biasa atau yg sangat cerdas (bisa maju dgn cepat).
Karena tergantung KETULUSAN (usaha sendiri) dan kemurnian batin (yg ditentukan oleh karma masa lampau), bantuan Buddha juga terbatas, karena itu tidak sepenuhnya dibantu oleh Buddha, tetapi adalah juga tergantung DIRI SENDIRI.
Terus, dikatakan orang yg percaya dan mau mempraktekkan Jing Tu umumnya adalah orang yg memiliki karma baik yg sangat banyak dan menjalin hubungan karma dengan banyak sekali Buddha di masa lampau... Jadi apakah ada jalan begitu mudah mencapai kesucian dan menjadi Buddha?? Semuanya adalah HUKUM KARMA. (Begitu juga, praktek Zen yg dikatakan hanya cocok untuk orang cerdas, yg dapat cepat mencapai pencerahan? Benarkah cepat? Sebenarnya tidak, karena dikatakan orang-orang "pintar", adalah orang yg telah LAMA dan RAJIN praktek di masa lampau. Jadi Apakah Zen adalah jalan "Cepat"? Kembali lagi, semuanya adalah HUKUM KARMA).
JingTu dikatakan sebagai praktek "mudah", Zen dikatakan sebagai praktek "cepat"... kalau mau diteliti lebih dalam... sebenarnya tidak ada praktek mudah juga tidak ada praktek cepat... semuanya adalah KARMA masing-masing dari para pempraktek.
Kesimpulan atau akhir kata, semua ajaran Buddha, baik Theravada maupun Mahayana... pada analisis terakhir... adalah melalui usaha sendiri.
Semoga bermanfaat.
Namo Amituofo 🙏
No comments:
Post a Comment