Thursday, 6 December 2018

Tanda-tanda Manusia Luar Biasa

Dīgha Nikāya 30

Lakkhaṇa Sutta
(Khotbah tentang Tanda-tanda Manusia Luar Biasa)

...............

‘Para bhikkhu, dalam kehidupan lampau, keberadaan masa lampau atau tempat tinggal masa lampau yang manapun Sang Tathāgata terlahir sebagai manusia, Beliau melakukan perbuatan-perbuatan besar yang bertujuan baik, tidak tergoyahkan dalam perbuatan baik melalui jasmani, ucapan dan pikiran, dalam kedermawanan, disiplin-diri, pelaksanaan hari-Uposatha, dalam menghormati orangtua, para petapa dan Brahmana dan pemimpin suku, dan dalam perbuatan baik lainnya;


dengan melakukan kamma itu, menimbunnya, berlebih dan berlimpah, maka saat hancurnya jasmani setelah kematian Beliau terlahir kembali di alam bahagia, di alam surga, di mana Beliau melampaui para dewa lainnya dalam hal umur kehidupan, penampilan, kebahagiaan, kemegahan, pengaruh, dan dalam hal pemandangan-pemandangan, suara-suara, bau-bauan, rasa kecapan dan kontak sentuhan surgawi.

Setelah meninggal dunia di alam sana dan terlahir kembali di alam ini, Beliau memiliki tanda Manusia Luar Biasa ini:
(1) telapak kaki yang rata, sehingga ia dapat menjejakkan kakiNya dengan rata di atas tanah, mengangkatnya dengan rata, dan menyentuh tanah dengan rata dengan seluruh permukaan telapak kakiNya.

‘Denganmemiliki tanda ini, jika Beliau menjalani kehidupan rumah tangga, Beliau akan menjadi seorang raja pemutar-roda … Menaklukkan tanpa menggunakan tongkat atau pedang, melainkan dengan keadilan, Beliau memerintah daratan ini hingga batas lautan, daratan terbuka, tidak ada penjahat, bebas dari hutan, kuat, makmur, bahagia dan bebas dari bahaya.
Sebagai seorang raja, apakah keuntungannya? Beliau tidak terganggu oleh musuh manusia atau mereka yang memusuhiNya. Itu adalah keuntungannya sebagai penguasa.

Dan jika Beliau meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, Beliau akan menjadi seorang Buddha yang mencapai penerangan sempurna …
Sebagai seorang Buddha, apakah keuntungannya? Beliau tidak terganggu oleh musuh atau lawan apapun baik dari dalam maupun dari luar, dari keserakahan, kebencian atau delusi, juga tidak dari para petapa atau Brahmana, dewa, māra atau Brahmā manapun, atau siapapun di dunia ini. Ini adalah keuntungan sebagai seorang Buddha.’
Ini adalah apa yang dinyatakan oleh Sang Bhagavā.

Mengenai hal ini, dikatakan:

‘Jujur, adil, jinak dan tenang,
Murni dan bermoral, menjalankan Uposatha,
Dermawan, tidak mencelakai siapapun, damai,
Ia melaksanakan tugas berat ini,
Dan pada akhir hidupNya Ia pergi ke surga,
Berdiam dalam kegembiraan dan kebahagiaan.
Kembali dari sana ke alam manusia, kakiNya
Dengan telapak yang rata menginjak tanah.
Para peramal berkumpul menyatakan:
“BagiNya yang menginjak tanah dengan rata,
Tidak ada rintangan dapat menghalangi jalanNya,
Jika Ia menjalani kehidupan rumah tangga,
Atau jika ia meninggalkan keduniawian:
Tanda ini menunjukkan dengan jelas.
Bahwa sebagai seorang biasa, tidak ada musuh,
Tidak ada lawan dapat berdiri di depanNya.
Tidak ada kekuatan manusia yang dapat
Merenggut buah kamma-Nya.
Atau jika Ia memilih kehidupan tanpa rumah:
Condong padameninggalkan keduniawian, dan
Berpandangan jernih– Ia akan menjadi raja di antara manusia,
Tanpa tandingan, tidak akan terlahir kembali:
Ini adalah hukum bagiNya.”’

No comments:

Post a Comment