Sunday 9 December 2018

KAMMA TIDAK BAJIK DAN BAJIK

KAMMA TIDAK BAJIK DAN BAJIK

Apakah yang dimaksudkan Buddha tentang kamma tidak bajik dan bajik? Akusala.kamma dan Kusala.kamma?

Ketika sebuah kesadaran memiliki akar yang tidak bajik (akusala-mula), ini adalah sebuah kesadaran tidak bajik (akusala-citta), dan ketika sebuah kesadaran memiliki akar bajik (kusala-mula), ini adalah sebuah kesadaran bajik (kusala-citta). Jadi, ketika impulsif-impulsif (javana) dari sebuah proses batin memiliki akar tidak bajik, kehendak mereka (cetana) tidak bajik, dan kita memiliki kamma tidak bajik. Ketika proses impulsif-impulsif (javana) sebuah proses batin memiliki akar bajik, kehendak mereka adalah bajik, dan kita memiliki kamma yang bajik


KESADARAN TIDAK BAJIK
Akar-akar tidak bajik ada tiga:
- Keserakahan (lobha),
- Kebencian (dosa),
- dan Kegelapan Batin (moha).

Ini berarti ada tiga jenis kesadaran tidak bajik utama
1. Kesadaran dengan akar keserakahan
(lobha-mula-citta)
2. Kesadaran dengan akar kebencian
(dosa-mula-citta)
3. Kesadaran dengan akar kegelapan batin
(moha-mula-citta)

Kesadaran-kesadaran tidak bijak tidak akan pernah bersekutu dengan hal-hal yang baik, hanya yang buruk. Itulah mengapa kesadaran-kesadaran tidak bajik selalu bersekutu dengan tidak berbudi (ahiri), tidak tahu malu (anottapa), kegelisahan (uddhacca), dan kegelapan batin (moha). Ini berarti bahwa kesadaran yang berakar pada keserakahan selalu bersekutu juga dengan kegelapan batin, dan kesadaran yang berakar pada kebencian juga selalu bersekutu dengan kegelapan batin. Tetapi kesadaran yang berakar pada keserakahan tidak dapat bersekutu dengan kebencian, maupun kesadaran yang berakar pada kebencian tidak dapat bersekutu dengan keserakahan: keserakahan dan kebencian tidak dapat muncul pada kesadaran yang sama. Kesadaran jenis ketiga, yang berakar pada kegelapan batin, merupakan kesadaran tidak bajik yang hanya bersekutu dengan kegelapan batin.

Apakah kegelapan batin itu? Ia sama dengan ketidaktahuan (avijja). Kita menjelaskan ini dalam hubungannya dengan ‘Gaddula-Baddha’ sutta:

“Diantara ketiadaan yang paling hakiki, di antara para wanita, pria, ia (ketidaktahuan) bergegas; di antara keberadaan, akan tetapi, diantara agregat, dan sebagainya, ia tidak bergegas…

Apakah artinya ini? Ini berarti ketidaktahuan (kegelapan batin) hanya melihat kebenaran konvensional saja (sammutti-sacca): para wanita dan pria, ibu dan ayah, isteri dan suami, puteri dan putera, anjing, kucing, babi, dan ayam, dan sebagainya. Hal ini tidak eksis berdasarkan kebenaran yang sesungguhnya (yatha-bhuta).

Akan tetapi, hal-hal yang eksis berdasarkan realita adalah agregat (khanda), elemen (dhatu), landasan (ayatana), fenomena batin dan fenomena materi (nama-rupa), sebab yang bergantungan (paticca-samuppada), cara bekerja kamma, tiga ciri, dan sebagainya: secara singkat, Empat Kebenaran Mulia. Hal-hal ini, yang merupakan kebenaran hakiki (paramattha-sacca), ketidaktahuan tidak melihat ini. Dan sebagaimana kita juga telah jelaskan dalam hubungannya dengan sutta ‘Gaddula Baddha’, itulah mengapa makhluk-makhluk berputar dari kehidupan demi kehidupan. Ketidaktahuan ini adalah kegelapan batin yang bersekutu dengan kesadaran tidak bajik.

Keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin membuat kesadaran menjadi tidak bajik, yang berarti kehendaknya adalah tidak bajik: kamma tidak bajik. Buddha juga menyebut ini jahat (papa), dan bukan kebajikan (apunna). Dan melakukan kamma tidak bajik, Beliau juga menyebutnya sebagai perilaku jahat (ducccarita), dan bentukan tidak bajik (apunn-abhisankhara). Jika kamma itu menghasilkan akibatnya, ia akan menjadi sesuatu yang tidak diinginkan, tidak diharapkan, dan hasil yang tidak menyenangkan, dan akan menuntun kepada berlanjutnya produksi kamma.

TANPA DORONGAN DAN DENGAN DORONGAN
Jika kamma tidak bajik dilakukan secara spontan, tanpa keraguan atau dorongan dari orang lain, ini adalah tanpa dorongan (asankharika); jika kamma tidak bajik dilakukan dengan keraguan atau dorongan dari diri sendiri atau orang lain, ini adalah dengan dorongan (sasankharika).

Kehendak dari kamma yang spontan adalah lebih kuat, ia bersekutu dengan kegiuran (piti), sedangkan kamma dengan dorongan lebih lemah, karena ia bersekutu dengan kemalasan dan kelembaman (thina-middha).

KESADARAN YANG BERAKAR PADA KESERAKAHAN
Kemudian apakah yang dimaksud dengan kesadaran yang berakar pada keserakahan (lobha)? Disini, keserakahan berhubungan dengan ketertarikan, kasar atau halus: contoh, nafsu keinginan (tanha), nafsu birahi (raga), hasrat indrawi (kamma-cchanda), ketamakan (abhijjha), kemelekatan (asajjana), pencengkraman (upadana), keangkuhan (mana), keangkuhan (mada), dan pandangan-pandangan (ditthi).

Kesadaran yang bersekutu dengan hal-hal ini adalah kesadaran dengan akar keserakahan (lobha-mula-citta). Kehendak dalam kasus ini akan selalu tidak bajik. Dan, seperti yang disebutkan, ketika ada keserakahan, disana selalu ada tidak berbudi, tidak tahu malu, kegelisahan, dan kegelapan batin. Tapi mohon dicatat bahwa saat kesadaran yang tidak bajik tidak bersekutu dengan pandangan salah, dengan demikian ia bukan berarti menjadi bersekutu dengan Pandangan Benar: kesadaran yang tidak bajik tidak bisa bersekutu dengan Pandangan Benar

KESADARAN DENGAN AKAR KEBENCIAN
Keserakahan ada hubungannya dengan ketertarikan, tetapi kebencian (dosa) hubungannya dengan penolakan, dan perlawanan, kasar atau halus: contoh, muak (patigha), iri hati (issa), kekikiran (macchariya), niat jahat (byapada), kemarahan (kodha), permusuhan (vera), kekejaman (vihimsa), dan kebosanan (kossaja), ketidaksabaran (akkhanti), penyesalan (kukkucca), kesedihan (soka), ratapan (parideva), ketidaksenangan (domanassa), dan putus asa (upayasa).Kesadaran yang bersekutu dengan hal-hal ini adalah kesadaran yang berakar pada kebencian (dosa-mula-citta_. Kehendak dalam kasus ini akan selalu tidak bajik. Dan ketika ada kebencian di sana juga selalu ada tidak berbudi, tidak tahu malu, kegelisahan, dan kegelapan batin.

KESADARAN DENGAN AKAR KEGELAPAN BATIN

Kegelapan batin (moha), ketika sendirian, ia hubungannya dengan perasaaan netral terdelusi, ketidakberpihakan terhadap cara bekerja kamma. Dan ketika ada keraguan (vicikiccha), dan kegelisahan (uddhacca), ia adalah sebuah kesadaran yang berakar pada kegelapan batin (moha-mula-citta). Keraguan pada kasus ini merujuk pada kerguan tidak pasti, terhadap Buddha, Dhamma, Sangha, latihan, Sebab yang Bergantungan, kehidupan lampau, kehidupan mendatang, dan sebagainya. Kehendak dalam kasus ini selalu tidak bajik. Dan ketika ada kegelapan batin, lagi-lagi selalu ada tidak berbudi dan tidak tahu malu.

(Perasaan: Sebuah kesadaran yang berakar pada kegelapan batin selalu dan hanya bersekutu dengan perasaan netral (upekkha), oleh sebab itu ia tidak akan pernah bersekutu dengan kegiuran. Kesadaran yang berakar pada kegelapan batin juga tidak pernah dapat bersekutu dengan hasrat (chanda).
~ Pa Auk Sayadaw

No comments:

Post a Comment