Sunday, 2 December 2018

Ada dua jenis perbuatan

Ada dua jenis perbuatan yang dilakukan oleh manusia biasa yaitu perbuatan baik dan perbuatan buruk. Perbuatan baik memberikan hasil yang menyenangkan sementara perbuatan buruk memberikan hasil yang tidak menyenangkan. Baik atau buruk, suatu hari semua perbuatan akan membuahkan hasil. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan dengan seksama kemungkinan dari hasil perbuatan kita, sebelum kita bertindak.



Ketika melihat ke sekeliling, kita melihat adanya perbedaan. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang rupawan, ada yang jelek, ada yang berumur panjang tapi ada yang mati muda. Ada yang terkenal, yang lainnya biasa-biasa saja. Ada yang kuat, yang lainnya lemah. Ketidakadilan ini muncul tidak secara kebetulan. Bukanlah suatu nasib baik seseorang sehat, begitu pula bukanlah akibat nasib buruk seseorang tidak sehat. Semua ketidaksetaraan antara manusia berawal dari kehendak dan perbuatan kita masing masing. Setiap orang menuai buah kehendak perbuatannya sendiri.

Pada suatu kesempatan, Sang Buddha ditanya, “Apakah penyebab dan kondisi yang membuat manusia terlihat inferior dan superior? Ada orang yang berumur pendek dan berumur panjang, sakit-sakitan dan sehat, jelek dan rupawan, tidak berpengaruh dan berpengaruh, miskin dan kaya, lahir di kelas sosial yang rendah atau tinggi, bodoh dan bijaksana. Apa penyebab dan kondisi tersebut Guru Gotama, mengapa manusia ada yang inferior dan superior?”

Sang Buddha menjawab; “Manusia adalah pemilik perbuatannya, pewaris perbuatannya, terlahir oleh perbuatannya, terikat oleh perbuatannya, menjadikan perbuatan sebagai pelindungnya. Perbuatan-perbuatanlah yang membedakan manusia menjadi inferior atau superior”.

Sang Buddha kemudian menjelaskan artinya.

Seseorang yang membunuh makhluk hidup, dirinya akan berumur pendek; orang yang tidak melakukan pembunuhan terhadap makhluk hidup akan berumur panjang.

Seseorang yang melukai makhluk hidup akan menjadi orang yang sakit-sakitan, sementara orang yang tidak melukai makhluk hidup akan hidup dengan sehat.

Memperlihatkan kemarahan, kebencian dan kecemburuan akan berakibat buruk rupa, ketiadaan emosi-emosi negatif seperti ini akan mendapatkan imbalan kerupawanan.

Seseorang yang merasa iri terhadap keuntungan, posisi, dan kehormatan yang diperoleh orang lain akan kekurangan sahabat; orang yang bersuka cita atas harga diri dan kehormatan yang diperoleh orang lain akan diberkahi dengan banyak sahabat.
Tidak memberikan makanan, pakaian, bunga, wewangian, ranjang, tempat tinggal dan lampu kepada pertapa atau brahmana akan mengarah pada kemiskinan; memberikan kebutuhan-kebutuhan tersebut akan memperoleh hidup penuh kekayaan.

Seseorang yang tidak menghormati mereka yang layak dihormati akan terlahir dalam strata sosial yang rendah, sementara yang menghormati mereka yang pantas dihormati akan terlahir dalam strata sosial yang tinggi.

Tidak mengunjungi seorang pertapa atau brahmana dan mengajukan pertanyaan seperti, “Yang Mulia, apa yang dimaksud dengan perbuatan baik? Apa yang buruk? Apa yang dapat disalahkan? Apa yang tidak bisa disalahkan? Apa yang harus dikembangkan? Apa yang harus tidak dikembangkan? Apa jenis perbuatan yang akan menyebabkan kerugian dan penderitaan untuk jangka waktu yang lama? Apa jenis perbuatan yang akan menimbulkan kesejahteraan dan kebahagiaan untuk jangka waktu yang lama? Tidak mengunjungi pertapa atau brahmana dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu mengarah pada kebodohan; mengunjungi pertapa atau brahmana dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah pada kebijaksanaan.

Setiap akibat memiliki penyebab sendiri. Penyebab yang berbeda memberikan akibat yang berbeda. Hal ini dialami di sekeliling kita dan merupakan akibat perbuatan kita sebelumnya. Makhluk eksternal tidak bertanggung jawab atas kondisi hidup kita. Ini adalah perbuatan kita sendiri di masa lalu yang mengondisikan kehidupan kita saat ini.
Adalah melalui kehendak dan perbuatan kita sendiri, kita membentuk cetak-biru hidup kita. Apa yang kita lakukan hari ini akan berbuah besok, tidak hanya dalam hidup ini, tetapi juga dalam kehidupan di masa yang akan datang.

Layaknya seperti seorang artis yang dapat menghasilkan sebuah maha karya, dengan cara yang sama, seseorang yang terampil mempunyai kemampuan melakukan perbuatan-perbuatan yang akan menghasilkan sebuah maha karya. Sebaliknya, perbuatan yang tidak terampil akan membuahkan hasil yang berlawanan.

Kita perlu pengetahuan benar dan keterampilan untuk menghasilkan sebuah maha karya.

Bangunlah Dunia! ~ Sayadaw U Revata

No comments:

Post a Comment