Friday 30 November 2018

MENGAPA MEMBACA PARITTA

MENGAPA MEMBACA PARITTA

≈ Bhikkhu Dhammakaro Mahathera ≈

Seiring dengan peradaban umat manusia, doa atau mantra telah di kenal dan berkembang bahkan sebelum munculnya agama-agama di dunia ini.

Manusia pra-agama berdoa guna memenuhi kebutuhan batin yang di dera, di selimuti, dan di cengkram oleh perasaan² takut, khawatir, cemas, dan pilu karena banjir, kebakaran, petir, angin topan, dll nya.



Mereka berdoa kepada dewa penunggu air, dengan harapan mereka terhindar dari korban bencana banjir; mereka berdoa kepada dewa api, dengan harapan mereka terselamatkan dari jilatan api, mereka berdoa kepada dewa langit, dengan harapan mereka terbebas dari sambaran petir dan gulungan
angin topan, dan lainnya.

Setelah agama-agama di dunia lahir/muncul, ternyata berdoa bukanlah berkurang, justru semakin banyak ragamnya, bukan hanya untuk menghindarkan seseorang dari peristiwa yang menakutkan, menyeramkan, dan mengerikan seperti di atas.

Tetapi ada juga untuk hal² menyenangkan seperti pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah, memulai usaha, dan lainnya, bahkan sampai hal² yang kecil sekalipun misalnya mau makan, mandi, tidur, atau mengerjakan tugas di sekolah, kantor maupun di rumah.
Demikian penting doa dalam sejarah perjalanan kehidupan umat manusia.

Mengapa kita harus berdoa? Apakah doa itu? Apa bedanya dengan paritta? Pertanyaan itu sering muncul dalam kalangan masyarakat pada umumnya.

Untuk mengetahui jawaban tersebut jawaban tersebut, pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu tentang diri manusia itu sendiri.

Kehidupan umat manusia memiliki dua sisi, yaitu sisi batiniah dan lahiriah atau fisik dan batin. Kedua sisi kehidupan ini memerlukan faktor pengkondisi untuk perkembangan kemajuan, dan kelangsungan proses hidupnya.

Sisi fisik membutuhkan penunjang seperti makanan dan minuman yang bergizi, bersih dan tidak polusi, guna menjadikan badan kita sehat, kuat dan segar bugar, sehingga jasmani kita tidak sakit²an, lemah, lesu, loyo, dan badan kita dapat berfungsi dengan baik dan normal.

Sisi batin juga membutuhkan faktor pengkondisi. Karena batin merupakan hal yang non materi, maka kebutuhan batin adalah non materi yakni hal² yang bersifat spritual dan dalam Buddhis adalah Dhamma. Keteduhan, ketentraman, ketenangan, kedamaian, keheningan, kasih sayang, kesabaran, kesadaran, dan lainnya adalah makanan batin. Guna mewujudkan dan menghadirkan hal² tersebut di atas, maka manusia membuat kalimat doa-doa sesuai kebutuhannya.

Apa bedanya doa dan paritta?
Dalam paham Buddhis, doa merupakan ungkapan² batin yang di penuhi harapan, atau spirit dan motivasi.

Bagaimana kita berdoa secara Buddhis? Karena kita menyakini adanya hukum karma, maka cara kita berdoa sebagai berikut: semoga dengan kekuatan jasa baik yang saya lakukan pada saat ini, hari ini dan juga di waktu yang lain membuahkan kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan dan lain² sesuai apa yang kita harapkan, dan di tutup dengan ucapan semoga semua makhluk berbahagia, semoga Triratana memberkahi.

Paritta adalah khotbah Sang Buddha yang berisikan urai-uraian Dhamma. Paritta mempunyai dua sisi kekuatan yakni: keberkahan dan perlindungan. Kedua, kekuatan pelaksana, praktek, penyelaman dan penghayatan.

Sejak zaman Sang Buddha Gotama masih ada di tengah² umat manusia, paritta telah di yakini memberikan manfaat keberkahan dan perlindungan. Beberapa paritta yang sangat populer dalam masyarakat Buddhis adalah Ratana Sutta, Karaniyametta Sutta, Khanda Paritta, Angulimala Paritta, Mora Paritta, Bojjhanga Paritta, Manggala Sutta, Atanatiya Sutta, Abhaya Paritta dan lainnya.

Beberapa kisah tentang kekuatan Paritta di antaranya: Ratana Sutta dibacakan Sang Buddha saat kota makmur Vesali terancam bencana kelaparan, wabah penyakit, malapetaka, dan gangguan makhluk² jahat.

Bhikhu Ananda di intruksikan untuk mengulang membaca Ratana Sutta dan berjalan mengelilingi penjuru kota Vesali dengan memercikan air yang telah di berkahi. Dengan kekuatan keberkahan Ratana Sutta, kota Vesali terbebas dari bencana, wabah penyakit, dan pengaruh makhluk jahat.

Karaniya Metta Sutta di ajarkan oleh Sang Buddha kepada 500 bhikkhu yang mengalami kesulitan saat mereka berlatih meditasi di hutan karena gangguan makhluk penghuni setempat. Setelah mereka mengulang dan mempraktekkan cinta kasih (Karaniyametta) dan kembali ke hutan untuk berlatih meditasi, merekapun terbebas dari gangguan lagi serta memperoleh keberkahan dan perlindungan.

Bagiamana Paritta mempunyai kekuatan spritual/magis atau energi psikis? Bilamana Paritta di baca dengan sungguh², penuh konsentrasi, hikmah dan di sertai keyakinan mantap, maka Paritta akan memiliki energi batin yang luar biasa.

Paritta akan kehilangan kekuatannya karena tidak ada keyakinan, perbuatan jahat, dan Kamma berat masa lampau. Oleh sebab itu, saat kita membaca Paritta harus di sertai dengan pemahaman terhadap makna yang terkandung di dalamnya dengan sungguh², penuh konsentrasi, hikmat dan di sertai keyakinan batin sehingga batin dan pikiran kita menjadi tenang, sejuk, teduh, tentram, damai, gembira, sukacita, dan bahagia.

Seperti makna yang terkandung dalam Karaniyametta Sutta di mana yang mengajak kita untuk tulus, lemah lembut, tidak sombong, mudah di nasehati, bersahaja, berindra tenang, tidak tercela dan penuh cinta kasih kepada semua makhluk tanpa batas di manapun berada dan akan membawa seseorang tak terlahir dalam rahim manapun juga. Itulah sesungguhnya energi dan kekuatan nyata yang kita miliki karena Paritta.

Kalau kondisi batin tersebut di atas terus kita jaga dan kembangkan, maka energi yang ada akan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan badan jasmani. Energi juga memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar kita, dan akan menjadi kekuatan yang melindungi.

Apakah bedanya Doa dan Paritta? Doa merupakan ungkapan hati yang tidak ada tuntutan untuk kita jalankan, bahkan sering isinya hanya permintaan, permohonan, dan kala tertentu justru menimbulkan gejolak batin karena yang di mohon tidak terkabul.

Namun, Paritta saat di baca pun telah memberikan berkah ketenangan, kedamaian, keteduhan, kesejukan, ketentraman, kegembiraan, dan kebahagiaan karena yang kita baca langsung menuntun untuk praktik, menghayati dan menyelami seperti dalam Karaniyametta Sutta.

Guna memperoleh kedamaian maka kita harus cakap, jujur, tulus, lemah lembut, tidak sombong, mudah di nasehati, bersahaja, berindra tenang, tidak tercela, dan penuh cinta kasih kepada semua makhluk tanpa batas. Oleh karena itu mari kita membaca Paritta untuk ketenangan, ketentraman, keberkahan, dan perlindungan.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia.

No comments:

Post a Comment