Saturday, 17 November 2018

Rumah Yang Sebenarnya. Ven Ajahn Chah.

Rumah Yang Sebenarnya.
Ven Ajahn Chah.

Segera setelah kita dilahirkan, kita membawa kematian. kelahiran dan kematian kita adalah satu hal. Seperti pohon, ketika ada akar maka akan ada cabang, dan saat ada cabang maka akar harus ada. kalian tidak bisa hanya menginginkan satu sisi saja.

Agak lucu bila kita lihat bagaimana sedih dan berdukanya seseorang pada saat ada kematian, dan bagaimana bahagia dan senangnya mereka pada saat ada kelahiran. Itu semua hanyalah salah pandangan, tidak melihat hal ini dengan jelas. Saya rasa kalau kalian benar-benar ingin menangis, seharusnya kalian lakukan hal itu pada saat datangnya kelahiran. Kelahiran adalah kematian, kematian adalah kelahiran, cabang adalah akar, dan akar adalah cabang. Jika kamu harus menangis, menangislah pada akarnya, menangislah pada kelahiran. Lihatlah dengan cermat: jika tidak ada kelahiran, tidak akan ada kematian, dapatkah kalian mengerti hal ini?


Jangan terlalu khawatir tentang segala sesuatunya, berpikirlah "Ya inilah adanya". Ini adalah tugasmu, kewajibanmu, saat ini tidak ada seorangpun yang dapat menolongmu. Tidak ada yang bisa dilakukan, baik oleh sanak-saudara ataupun harta kekayaanmu, yang dapat menolongmu hanyalah kesadaran yang jernih dan perbuatan baikmu.

Jadi jangan ragu-ragu, lepaskanlah-buanglah semuanya. Sekalipun tidak kau lepaskan, semuanya toh telah mulai meninggalkanmu, dapatkah kau lihat itu, bagaimana bagian-bagian tubuhmu mulai lepas? Lihatlah rambutmu, ketika kamu masih muda rambut itu begitu lebat dan hitam, sekarang mulai rontok, mulai pergi. Penglihatanmu dulunya jelas dan kuat, tetapi sekarang mulai melemah. Saat organ-organ tubuhmu sudah sampai waktunya, semuanya akan pergi, karena tubuh itu bukan rumah mereka. Ketika kamu masih kecil, gigi kalian masih sehat dan kuat. Tetapi sekarang sudah goyah, atau bahkan kalian telah menggunakan gigi palsu. Mata, hidung, telinga, lidah kalian semuanya mencoba untuk pergi karena tubuh itu bukan rumah mereka. Karena terkena kondisi, kamu tidak dapat membuat sesuatu itu tidak berubah. Kamu hanya bisa tinggal sementara dan pada saatnya harus pergi.

Jadi kamu tidak perlu khawatir mengenai apapun karena tubuh ini bukanlah rumahmu yang sesungguhnya, ia hanyalah tempat tinggal sementara. Setelah datang di dunia ini maka kamu harus merenungkan tentang proses alaminya. Segalanya yang ada disiapkan untuk lenyap, lihatlah tubuhmu apakah masih ada yang memiliki wujud asli? Apakah kulitmu masih sama seperti dahulu? Demikian pula rambutmu, apakah masih sama? Tidak sama lagi, bukan? Kemanakah perginya? Inilah hukum alam, begitulah adanya. Ketika sudah tiba masanya, kondisi berjalan seperti apa adanya. Di dunia ini tidak ada satupun yang bisa dijadikan pegangan, dunia ini adalah lingkaran gangguan, kesulitan dan sakit yang tidak ada akhirnya. Tidak ada kedamaian.

Pada saat kita tidak memiliki rumah yang sesungguhnya, kita seperti pengembara yang berada di jalanan, pergi kesana kemari, berhenti sementara, untuk kemudian berjalan kembali. Sebelum dapat kembali ke rumah kita yang sesungguhnya, kita akan merasa tidak nyaman, seperti seorang penduduk desa yang meninggalkan desanya. Hanya jika ia telah sampai kembali ke desa asalnya maka ia dapat santai dan berada dalam kedamaian.

No comments:

Post a Comment