Thursday 15 November 2018

LANDASAN PERBUATAN BAJIK

LANDASAN PERBUATAN BAJIK
(BAGIAN 1: DANA)

Ketiga landasan perbuatan bajik (punna.kiriya.vatthu) adalah tiga cara menghasilkan kamma bajik, unutk mengembangkan kesadaran bajik. Mereka adalah:

1. Persembahan (Dana),

2. Moralitas (Sila),

3. dan Meditasi (Bhavana).


Semua tiga landasan perbuatan bajik bisa tidak bersekutu dengan pengetahuan (nana.vippayutta) atau bersekutu dengan pengetahuan (nana.sampayutta), dengan kata lain, berakar dua (dvi.hetuka) atau berakar tiga (ti.hetuka).

Untuk persembahan dan moralitas (dana dan sila), pengetahuan yang bersekutu adalah Pengetahuan Kepemilikan Kamma (Kamma.Ssakata.Nana); untuk meditasi, pengetahuan yang bersekutu adalah apakah kebijaksanaan jhana (jhana.panna), atau pengetahuan vipassana (vipassana.nana). Dan jika meditasi kita mencapai puncaknya, pengetahuan yang bersekutu adalah Pengetahuan Jalan (Magga.Nana) dan Pengetahuan Buah (Phala.Nana).

DANA

Landasan perbuatan bajik yang pertama adalah persembahan (dana): kamma mempersembahkan seorang sesuatu. Tindakan demikian adalah kebalikan dari keserakahan; berakar pada tidak serakah (a.lobha). Ini juga berakar pada tidak benci (a.dosa), karena kebencian tidak dapat muncul bersama dengan ketidakserakahan. Jika kita mempersembahkan tanpa keyakinan terhadap Pengetahuan Kepemilikan Kamma (Kamma.Ssakata.Nana), ia tidak bersekutu dengan pengetahuan (nana.vippayutta): dengan dua akar (dvi.hetuka). Jika kita mempersembahkan dengan keyakinan atau pengetahuan langsung dari Pengetahuan Kepemilikan Kamma, ia bersekutu dengan pengetahuan (nana.sampayutta): berakar tiga (ti.hetuka).

Seperti yang baru kita sebutkan, Pengetahuan Kepemilikan Kamma adalah Pandangan Benar dasar: ia juga ada di luar masa ajaran Buddha. Tetapi sepanjang seseorang belum melihat kerja dari paticca samuppada (sepanjang seseorang belum mencapai Pengetahuan Pemahaman Sebab (Paccaya.Pariggaha.Nana)), sepanjang Pandangan Benar itu berlandaskan pada keyakinan pada seorang guru. Jika gurunya adalah Buddha, Pandangan Benarnya dapat menjadi kuat. Dan ia bisa melakukan persembahan yang sangat besar yang bersekutu dengan pengetahuan.

Akan tetapi, jika persembahan seseorang tidak bersekutu dengan pengetahuan, tidak bersekutu dnegan Pengetahuan Kepemilikan Kamma, seseorang melakukan persembahan-persembahan untuk sebuah alasan yang lain daripada melakukan kamma bajik.

CARA BEKERJA DARI DANA YANG TIDAK BERSEKUTU DENGAN PENGETAHUAN

Contoh, adalah sangat jarang bagi anak-anak untuk berdana dengan pengetahuan tentang cara bekerja kamma. Biasanya anak-anak akan berdana karena mereka ingin mencontoh orang tua mereka, atau karena orang tua mereka telah meminta mereka untuk berdana, atau karena mereka menikmati berdana, atau menikmati pujian ketika mereka berdana. Meskipun hampir semua orang dewasa berdana tanpa pengetahuan tentang cara bekerja kamma. Seseorang mungkin berdana, contoh: atas dasar cinta kasih, berkeinginan untuk menolong pihak lain, seperti berdana makanan dan kebutuhan lainnya bagi yang miskin, yang kelaparan, dan sebagainya. Seseorang juga bisa berdana kepada seorang petapa dan bhikkhu, dan sebagainya, karena kebikan hati. Ia mungkin juga berdana karena kebiasaan atau tradisi, atau karena agamanya mengatakan bahwa ia harus melakukannnya. Dan seseorang bisa berdana karena keangkuhan, ingin memperoleh nama baik, dan ingin dihormati. Seseorang juga bisa berdana karena ia takut disalahkan. Ketika orang tua memberikan sesuatu kepada anak-anak mereka juga karena ada kemelekatan dan perhatian yang tidak bijaksana (berpikir, ‘Ini adalah puteraku’ , atau ‘Ini adalah puteriku’): hal yang sama ketika seorang suami memberikan sesuatu kepada istrinya, istri kepada suaminya, seorang teman kepada temannya, dan sebagainya. Seseorang bahkan bisa berdana dengan pandangan salah: berdana dengan percaya bahwa tidaklah ada buah dari berdana, tidak ada kelahiran kembali sesudah kematian, dan sebagainya. Meskipun demikian, berdana di dalam semua kasus adalah hal yang bajik: jika ia diselingi oleh kesadaran-kesadaran bajik, ia bahkan bisa menjadi superior (ukkattha). Tetapi ketika tidak bersekutu dengan pengetahuan akan cara bekerja kamma, maka ia akan menjadi kurang superior, ia hanya berakar dua (dvi.hetuka): bersekutu dengan ketidakserakahan (a.lobha) dan ketidakbencian (a.dosa). Kekuatan kammanya berkurang yang berarti akibat kammanya juga berkurang kekuatannya.

BERSEKUTU DENGAN PENGETAHUAN

Berdana diikuti dengan pengetahuan akan cara bekerja kamma adalah lebih besar kekuatannya. Mengapa? Karena dengan adanya kebijaksanaan berarti kesadarannya berakar tiga (ti.hetuka): berakar pada ketidakserakahan (a.lobha), ketidakbencian (a,dosa), & tidak gekao batin (a.moha). Itu membuat kamma bajiknya lebih kuat. Faktor penting berikutnya adalah apakah berdana itu inferior (omaka) atau superior (ukkattha).

BERDANA YANG INFERIOR

Apakah faktor-faktor berdana yang inferior (omaka)/ tidak sempurna/ bermutu rendah? Ada empat:

1.Penderma memperoleh barang (yang akan didanakan) melalui mata pencaharian yang salah.

2. Penderma memiliki moralitas yang cacat atau tidak memiliki moralitas, ia hanya menjalankan beberapa sila atau tidak sama sekali.

3. Sebelum atau sesudah kesadaran-kesadaran kamma dari berdana yang sebenarnya, batinnya bersekutu dengan hal-hal yang tidak bajik. Contoh, sebelum berdana, ia mungkin marah atau tidak sabar; ia mungkin tidak puas dengan dananya, atau ia mungkin mendanakan dengan sikap tanpa perhatian atau dengan kegelisahan; setelah berdana, ia menyesal telah berdana. Ia bisa juga hanya memiliki keyakinan yang dangkal pada cara bekerja kamma. Ia juga bisa berdana dengan keinginan untuk keuntungan duniawi, atau untuk kesenangan indra pada kehidupan mendatang sebagai orang yang kaya, atau menjadi dewa.

(Contoh yang baik, dari apa yang telah kita bahas adalah jutawan yang meninggal di Savatthi, tanpa seorang anakpun yang mewarisi kekayaannya. Sehingga hartanya menjadi milik Raja Pasenadi dari Kosala. Dan raja memberitahu kepada Buddha bagaimana jutawan itu hidup seperti seorang yang sangat miskin, meskipun ia sangat kaya. Buddha kemudian menjelaskan bahwa karena jutawan itu pada sebuah kehidupan lampaunya telah mempersembahkan makanan kepada seorang Pacceka Buddha, ia tujuh kali terlahir sebagai dewa, dan tujuh kali sebagai manusia yang menjadi seorang jutawan. Tetapi karena ia pada kehidupan lampaunya telah menyesal memberi persembahan makanan pada Pacceka Buddha, di dalam kehidupan-kehiduapannya sebagai manusia, batinnya cenderung tidak menggunakan uang untuk menikmati kesenangan indra. Meskipun ia seorang jutawan, ia lebih senang makan makanan murahan, memakai pakaian murahan, dan mengendarai kereta murahan. Demikianlah, kepelitan dan kekikirannya adalah akibat dari kamma tidak bajik lampaunya).

4. Penerima dana memiliki moralitas yang cacat atau tidak memilikinya: ia hanya menjalankan beberapa sila, atau tidak sama sekali.

Ini adalah contoh-contoh bagaimana dana seseorang dapat diselingi oleh miliaran kesadaran tidak bajik yang tidak terhitung yang diikuti keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha). Itu yang membuat dana seseorang menjadi inferior. Jika ia tidak memahami cara bekerja kamma, ini jadi tidak bersekutu dengan bukan kegelapan batin, yang membuat dana seseorang menjadi inferior, berakar dua (dvi.hetuka): yang berarti kesadaran hasilnya akan menjadi tidak berakar (a.hetuka). Jika ia memahami cara bekerja kamma, ia juga bersekutu dengan bukan kegelapan batin (a.moha), meskipun demikian, selingan kesadaran-kesadaran tidak bajik yang tidak terhitung membuat dana seseorang yang berakar tiga (ti.hetuka) itu menjadi inferior: itu berarti kesadaran hasilnya hanya akan menjadi berakar dua (dvi.hetuka).

Di dalam kitab Pali, ada contoh seseorang yang melakukan dana-dana yang inferior demikian. Pada satu kehdupan lampauNya, saat Beliau hanya  seorang Bodhisatta yang belum tercerahkan, Beliau adalah seorang petapa (tapasa) yang bernama Kanhadipayana. Suatu hari, seorang bapak dan ibu membawa putra bungsu mereka untuk menemuinya, karena putera mereka telah digigit seekor ular. Dan untuk melawan racun itu, mereka semua memutuskan untuk membuat pernyataan-pernyataan kebenaran (Sacca.kiriya). Setelah Bodhisatta membuat pernyataannya, si bapak juga melakukannya. Ia menyatakan bahwa ia berdana tanpa rasa senang, tidak ikhlas: tidak memiliki keyakinan pada akibat dari berdana, ia berdana tanpa keyakinan. Ini berarti semua dananya adalah inferior.

PERSEMBAHAN YANG SUPERIOR

Faktor-faktor berdana yang superior (ukkattha)/ terbaik atau teratas, adalah kebalikannya:

1. Penderma memperoleh barang (yang akan didanakan) dengan Mata Pencaharian Benar.

2. Penderma memiliki moralitas yang baik: ia menjaga silanya.

3. Sebelum dan sesudah kesadaran-kesadaran berdana, batin penderma bersekutu dengan hal-hal baik. Sebagai contoh sebelum berdana, ia mungkin diliputi kegiuran (piti) memiliki usaha yang kuat untuk memperoleh barang-barang dana yang baik, ia berdana dengan penuh hormat, terkonsentrasi, dan sikap yang penuh kegiuran: setelah berdana, ia bersuka cita atas dana yang dilakukannya. Dan ia memiliki keyakinan yang mendalam pada cara bekerja kamma. Ia berdana dengan niat untuk pencapaian Nibbana.

4. Penerima dana memiliki moralitas yang baik: ia menjaga sila-silanya. Penerima yang paling superior adalah, sudah pasti, seorang Buddha Arahat lainnya, seorang Yang Mulia, atau seseorang yang berlatih untuk pencapaian tingkat kesucian Arahat. Tetapi bahkan penerima yang lebih superior lagi adalah satu atau lebih bhikkhu atau samanera yang dilihat sebagai perwakilan Sangha.

Ini adalah contoh-contoh bagaimana dana seseorang itu bisa diselingi oleh miliaran kesadaran bajik yang bersekutu dengan ketidakserakahan (a.lobha), ketidakbencian (a.dosa), kegiuran (piti). Jika ia tidak memahami cara bekerja kamma, ia tidak bersekutu dengan bukan kegelapan batin, yang membuat dananya superior, berakar dua (dvi.hetuka): itu berarti kesadaran hasil akan berakar dua. Jika ia memahami cara bekerja kamma, ia juga bersekutu dnegan bukan kegelapan batin (a.moha), yang membuat dananya superior, berakar tiga (tihetuka): yang berarti kesadaran hasilnya akan berakar tiga.

~ Pa Auk Sayadaw

No comments:

Post a Comment