Thursday 4 May 2017

Mengelola Hidup dengan 3M

Mengelola Hidup dengan 3M
Oleh: Bhikkhu Saddhaviro Mahathera

Dalam kehidupan ini sebaiknya jangan hanya mencari kebahagiaan yang sementara. Orang cenderung mencari dan terus mencari, setelah itu pun masih belum merasa cukup. Kebahagiaan material memang penting, tapi sisihkanlah juga waktu untuk melakukan perbuatan baik. Kebaikan akan menjadi pelindung, tidak akan pernah hilang dari pelakunya, kebaikan tak akan menyakiti pelakunya.


Dalam hidup, jika kita punya 3M, hidup kita akan merasa cukup. Apakah 3M itu?

1) M yang pertama adalah mengerti diri kita, di mana kita berada, dan mengerti karakter.
Kita hidup di lingkungan keluarga, hidup di masayarakat, atau lebih luas hidup di dunia. Sebelum hidup di keluarga, kita hidup secara individu. Kita harus mengerti diri kita, jangan menuntut orang mengerti diri kita. Jangan mengharap orang lain mengerti kita. Itu sulit. Yang lebih mudah adalah kita mengerti diri kita sendiri. Orang yang mengerti dirinya, biasanya adalah orang yang berlatih meditasi. Itu adalah proses mengenal, mengerti diri kita. Jika kita mengenali diri kita, bisa dikatakan kita ini orang yang tahu diri, tidak mencari kambing hitam. Setelah melatih diri, mengenal diri, tahu diri, setelah itu bisa membawa diri, dan bisa menempatkan diri. Inilah wujud mengerti diri.  Mengerti di sini maksudnya adalah mengenal karakter, carita. Tanpa mengenali karakter, kita justru mengalami ksulitan berinteraksi. Ada 5 carita, karakter, yg terbawa sejak kita lahir:
1. Dosa carita, yaitu sifat buruk, kebencian. Didominasi oleh tidak suka, benci, dendam.
2. Roga carita, dominan untuk kesenangan. Ingin enak terus, tidak mau yang tidak enak. Makan ingin enak, kerja ingin enak, gaji ingin besar.
3. Moha carita, tidak mau tahu.
4. Vitaka carita, ragu-ragu. Dalam hidup yang serba cepat ini, keragu-raguan ini sangat menganggu. Di saat mau mengambil keputusan, terus dipikirkan berkepanjangan.
5. Saddha carita, memiliki keyakinan.

M1 ini untuk mengatasi persoalan. Pentingnya belajar Dhamma adalah supaya kita mengerti. Kita membicarakan keadaan batin, kita membicarakan diri kita. Pentingnya pengetahuan Dhamma adalah juga untuk mengerti bahwa manusia terlahir dengan karakternya, karmanya. Kalau berbuat, jangan takut salah. Kalau ada kesalahan, kita perbaiki. Yang paling ditakutkan adalah berbuat salah. Jangan takut salah, tapi takutlah berbuat salah. Kalau berbuat salah, itu kita niati. Kalau salah, itu wajar karena ketidaksengajaan.

2) M yang kedua adalah menyikapi dalam interaksi.
Misalnya karakter anak menjengkelkan, dosa carita. Teman karakternya juga mengesalkan. Butuh M1 untuk memudahkan kita untuk bersikap. Jangan ibarat meminta kambing untuk mengeong. Setelah mengenali karakter, maka kita harus menyikapi. Penyikapan itu adalah kelanjutan dari mengenal. Jika bisa kita menyikapinya, kita cenderung bisa menerima. Tanpa punya sikap menerima yang elegan, kesulitan-kesulitan akan bertambah, akan menjadi sumber permasalahan.

3) M yang ketiga adalah menerima apa adanya, sebagaimana adanya, baik itu kelebihan maupun kekurangan. Jangan meminta seseorang untuk menjadi orang lain. Jika kita tidak mengerti, kita tidak bisa menerima, akan menolak. Jika kita bisa mengerti karakter orang, kita tentu bisa menerima. Inilah lanjutan dari penyikapan, ini membuat hidup kita damai. Ciri khas batin yang tenang itu, ya bisa menerima. Bukan kelihatannya bisa menerima, tapi batinnya kesal menerima realitas hidup ini. Ciri pikiran tenang itu tidak membuat masalah, jika ada masalah akan diperkecil, diminimalisir, bisa menerima masalah.

Kita akan mudah menjalani kehidupan jika kita punya 3M. 3M sesungguhnya adalah cerminan dari batin yang terkontrol. Batin yang terkontrol itu adalah hasil dari latihan meditasi. Dari meditasi, akan muncul pengertian, penyikapan, dan penerimaan dalam kehidupan ini. Kebutuhan fisik jika tidak dipenuhi sehari saja, kita sudah merasa tidak nyaman. Apalagi kebutuhan batin. Padahal ini juga perlu. Sebab dengan meditasi, 3M ini akan muncul. Latihlah meditasi perlahan-lahan namun konsisten. Ibarat air tetesan di batu yang lama kelamaan melubangi atau bahkan menghancurkan batu. Batu tidak bisa dihancurkan langsung dengan disirami oleh banyak air sekaligus, namun setetes demi setetes dengan konsisten. Inilah kekuatan konsistensi. Begitu pula dalam meditasi, dilatih sedikit demi sedikit namun konsisten.

No comments:

Post a Comment