Monday 1 May 2017

Happiness Beyond Troubles

Happiness Beyond Troubles
Oleh: Pdt. Dharmanadi Chandra, S.E., CPS.

Pada umumnya jika manusia hidup dengan masalah, tidak bahagia. Bagaimana bisa hidup penuh masalah tapi tetap bahagia? Apakah mungkin?

Ketika kita mendapatkan masalah, kita harus tahu merasakan bahwa itu masalah, rasakan kehadirannya dan pahami masalah itu. Jangan lari dari masalah. Ketika kita dapat masalah, harusnya kita bersyukur. Kenapa? Karena karma kita berbuah. Masalah harus dipahami, harus dimengerti. Jika kita tidak bisa merasakan masalah, kita tidak hidup dalam hidup ini. Ketika kita dapat masalah, artinya kita sedang hidup. Ketika kita tahu masalah itu, kita pahami, kita bisa cari jalan keluar mengatasi masalah. Kita tidak khawatir, tidak panik. Kalau kita panik, kita tidak akan menemukan jalan.


Apakah hidup itu sulit? Kenapa dibuat rumit? Menurut Confucius, hidup ini benar-benar sederhana, tapi kita bersikeras membuatnya rumit. Sejak lahir kita tidak membawa apa pun. Tidak membawa HP, uang, harta lainnya. Sederhana. Namun seiring waktu, manusia suka membuat ruwet. Orang yang hidungnya pesek, ingin dibuat lebih mancung. Rambut dicat warna-warni. Yang rambutnya keriting ingin lurus, yang rambutnya lurus ingin keriting. Kenapa dirumit-rumitkan? Kita cenderung menuntut terlalu banyak. Padahal hidup ini sangat sederhana. Sang Buddha mengatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah makanan, rumah, pakaian, dan obat. Simple.

Sang Buddha juga mengatakan bahwa terlahir menjadi manusia itu sangat sulit. Apakah kita tidak merasa beruntung menjadi manusia? Selama ini kita meributkan hal-hal yang tak penting. Kita lupa kesempatan menjadi manusia itu sangat sulit. Apakah kita tidak sadar betapa berharganya, mulianya menjadi seorg manusia? Ingat bahwa di alam manusia inilah kita bisa melakukan banyak kebajikan. Sungguh sulit bisa terlahir menjadi manusia yang baik. Begitu kita lahir, kita bisa melakukan banyak hal dengan jasmani kita ini. Bukan semata untuk mencapai kebahagiaan kita sendiri, tapi juga untuk menghapus penderitaan dan membawa kebahagiaan untuk diri sendiri dan makhluk lain. Tapi banyak dari kita tidak lakukan itu. Justru sebaliknya kita malah membuat masalah, nafsu kita tidak bisa dibendung. Kita ingin ini itu, padahal kita bisa memberi, melakukan banyak kebajikan.

Kenapa kita sulit menghadapi masalah? Kita terlalu suka memanjakan diri, membiarkan pikiran selalu lemah, menyebabkan kita tidak dapat melihat manfaat masalah dan penderitaan yang kita alami sebagai akar penyebab kebahagiaan. Ketika kita mampu menyelesaikan masalah, akan muncul kebahagiaan. Tapi karena kita memenjarakan pikiran kita, kita sulit mencapai kebahagiaan tersebut. Bagaimana kita menempatkan masalah sebagai dasar untuk mendukung praktek spiritual kita, jika kita tidak pernah mengalami kesulitan? Berterimakasihlah kepada masalah, karena dari situlah kita tahu betapa kuat atau lemahnya kita. Masalah muncul, inilah saatnya kita berlatih, bagaimana menghadapinya, bukan sebaliknya, nangis, merajuk. Kita itu menjadi lemah jika terus mengeluh aja. Jika kita bersikap demikian, kita adalah manusia-manusia cengeng. Nahkoda yang kuat adalah nahkoda yang sering menghadapi badai.

Orang yang bahagia dan sukses adalah orang yang dapat membangun fondasi dari batu-batu yg dilemparkan oleh orang lain kepadanya. Kalau kita melihat hidup dengan pikiran yang kotor dan coreng moreng, maka hidup pun akan terlihat kotor dan coreng moreng. Sebaliknya kalau kita melihat dengan pikiran bersih, hidup kita akan terlihat bersih dan jernih. Keindahan hidup tergantung dari cara kita melihat, dari jendela/pikiran yang kita gunakan untuk melihat dunia kehidupan ini. Pikiran itu adalah diri kita sendiri. Tapi kita jarang melihat diri kita sendiri. Meditasilah. Dari situlah kita mengerti kehidupan ini. Ketika kita berhadapan dengan masalah, kita dituntut untuk memahami masalah tersebut. Kalau kita merasa masalah ada di luar kita, sesungguhnya masalah itu ada di pikiran kita (Steven Covey). Masalah diciptakan oleh pikiran sendiri. Kebahagiaan dan penderitaan diciptakan oleh pikiran sendiri. Pahamilah bahwa masalah muncul karena dari perbuatan-perbuatan kita sendiri. Kekuatan menghadapi masalah tidak datang dari luar, tapi dari diri kita sendiri.

Semua eksistensi bergantung pada mula keinginan. Karena punya keinginanlah kita mendapatkan masalah. Kita bisa melihat kenyataan, tapi belum tentu bisa menerima kenyataan. Kalau bisa menerima kenyataan, selesai masalah. Di saat bisa kita terima dengan senang hati, muncullah kebahagiaan. Menerima masalah, artinya menghadapi masalah. Semua kebahagiaan, semua pndritaan bergantung pada keinginan. Perubahan itu adalah hal yang wajar. Kadang kita berada di atas, kadang berada di bawah. Jangan memusuhi perubahan.

Sikap menghadapi masalah:
Melalui transformasi pikiran, berlatihlah mengubah pikiran, gunakan penderitaan dan kebahagiaan menjadi jalan menuju pencerahan.

Sering kita lari dari masalah, mengeluh, berpikiran negatif, yang tanpa disadari mengembangkan pengertian salah. Pernahkan kita bertanya, "Apakah hidup saya yang paling berat?"
Bersyukurlah atas diri kita apa adanya, jangan membandingkan, karena orang lain juga memiliki masalah mereka sendiri. Akar dari samua masalah adalah pikiran kita yang sangat egois. Sangat sulit untuk membersihkan batin ini dari kebencian. Sering-seringlah melihat keadaan batin kita. Seringlah bercermin dalam diri kita. Masalah sebenarnya adalah diciptakan dalam pikiran kita sendiri. Karena memiliki keinginan menimbulkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan tersebut yang menimbulkan penderitaan. Menerima perubahan-perubahan yang terjadi tidaklah mudah. Meluruskan pandangan tidaklah mudah. Untuk mengatasi masalah yang muncul, luruskan pandangan, kelola pikiran kita, sadari masalah yang muncul. Keputusan fatal yang tidak boleh dilakukan adalah menghindari masalah dan memilih jalan singkat dengan mengakhiri kehidupan sendiri.

No comments:

Post a Comment