“Ada
tiga macam perbuatan baik, apakah itu ? Menyumbang, menjaga moralitas
dan membina pikiran.”
(Punnakiriyavatthu
Sutta, Itivuttaka)
Berbuat
baik adalah satu-satunya cara untuk meraih kebahagiaan dan
menghindari bahaya. Kita bisa memperoleh, cepat atau lambat, banyak
hal yang kita inginkan.
“Janganlah
ragu berbuat baik, karena Saya mengetahui dengan pasti, bahwa
perbuatan baik menyebabkan pelakunya mendapatkan kebahagiaan.”
(Metta
Sutta, Itivuttaka)
Perbuatan
Baik I (Menyumbang)
Ada
orang yang hanya mau menyumbang kalau sudah kaya, karena kalau belum
kaya, malah bisa membahayakan dirinya sendiri. Pendapat ini tidak
sepenuhnya benar. Setidaknya menurut dua dewa berikut :
“Ketika
sebuah rumah terbakar
Pemiliknya berusaha masuk untuk menyelamatkan hartanya supaya
tidak ikut musnah
Demikianlah ketika kehidupan terbakar oleh usia tua dan
kematian
Orang
berusaha menyelamatkan hartanya dengan cara disumbangkan.”
(Suatu dewa
mengemukakan pendapatnya pada Buddha Gotama, Devatasamyutta, 41
(1), 136 – 137, Samyutta Nikaya)
Dewa lain juga
mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang serupa kepada Buddha.
“.......Kelaparan
dan kehausan yang ditakutkan oleh orang kikir, yang menjadi sebab ia
tidak mau menyumbang, justru akan benar-benar menimpa orang itu.”
( Devatasamyutta,
32 (2), 86, Samyutta Nikaya)
Logikanya
begini, kemudahan dan fasilitas yang kita nikmati sekarang, sebagian
adalah hasil sumbangan kita di masa lalu (bahkan dari kehidupan
sebelumnya). Kalau sumbangan kita di kehidupan yang sekarang
jumlahnya sedikit atau bahkan nihil. Di kehidupan mendatang pasti
sengsara.
Tapi
kalau kita miskin, bahkan kalau untuk makan saja pas-pas-an, harus
bagaimana ?
“Seandainya
orang lain tahu, seperti yang Saya ketahui, manfaat dari menyumbang.
Maka mereka tidak akan bersikap kikir. Bahkan seandainya makanan yang
dimiliki cuma tinggal 1 porsi, mereka tidak akan makan tanpa
membaginya, jika didekatnya ada mahluk lain yang juga
membutuhkannya.”
(Dana
Sutta, Ekanipata, Itivuttaka)
Sumbangan
tidak harus dalam bentuk materi,
“Ada
dua macam sumbangan, sumbangan dalam bentuk materi, dan sumbangan
dalm bentuk ilmu pengetahuan.”
(Dana
Sutta, Tikanipata, Itivuttaka)
“Sumbangan yang paling berharga adalah yang berupa ilmu
pengetahuan spiritual.”
(Brahmanadhammayaga
Sutta, Itivuttaka)
Perbuatan Baik II
(Menjaga Moralitas)
“Jika
ada orang yang berkeinginan memperoleh nama baik, menjadi orang kaya
dan setelah meninggal masuk surga, maka orang itu harus menjaga
moralitasnya.”
(Sukhapatthana
Sutta, Itivuttaka)
“Bagaimana
cara menjaga moralitas ? Anda bisa berpedoman seperti ini : Inilah
saya, waras, mau bahagia, tidak mau menderita. Saya tidak mau
disakiti orang lain. Orang lain juga tidak mau disakiti saya. Karena
apa yang tidak saya sukai, orang lain juga pasti tidak suka. Dengan
berpikir seperti ini, mungkinkah saya menyakiti orang lain ? ”
(Sotapattisamyutta,
Samyutta Nikayaa)
Memang
tidak ada orang waras yang menyakiti orang lain lebih dulu. Orang
selalu punya alasan untuk menyerang. Masalahnya apakah serangan itu
dikarenakan benci mau balas dendam, atau sekedar untuk
bersenang-senang mengisi waktu luang, selalu ada akibat karma yang
muncul bagi si pelaku.
Mari
kita pelajari kasus berikut. Di zaman Buddha Gotama, ada bhikku yang
bernama Cakkupala. Bhikku ini mencapai tingkat kesucian tertinggi,
tapi pada saat yang bersamaan menjadi buta. Berikut penjelasan dari
Buddha :
“Di
kehidupan sebelumnya, bhikku Cakkupala adalah seorang dokter mata.
Suatu hari ada wanita yang datang mau berobat tapi tidak punya uang.
Wanita itu berjanji bahwa ia dan anaknya akan bekerja menjadi
pembantu bagi dokter yang akan menolongnya, asalkan sakit matanya
bisa disembuhkan.
Setelah
sepakat, si dokter pun mengobati matanya sampai sembuh. Akan tetapi,
bukannya berterima kasih dan menepati janjinya, wanita itu malah
berusaha mengelak dengan mengatakan bahwa sakit matanya bertambah
parah.
Tahu
dibohongi, dokter ini lalu balas membutakan kedua mata pasien yang
tidak mau bayar itu.
Itulah
sebabnya, mengapa di kehidupan sekarang, bhikku Cakkupala (si dokter
di kehidupan lampau) menjadi buta.”
(Yamaka
Vagga I, Dhammapada)
Jelas,
balas dendam malah memperpanjang penderitaan. Yakinilah hukum karma,
penderitaan anda disebabkan oleh kesalahan anda sendiri, dan orang
yang membuat anda menderita akan menerima balasannya kelak. Tetaplah
pertahankan moralitas.
Perbuatan Baik III (Membina Pikiran)
“ Hal
yang paling bermanfaat adalah pikiran yang terkendali.”
(Anguttara
Nikaya 1 - 4)
“Setelah
tujuh tahun memancarkan pikiran cinta kasih kepada semua mahluk,
setelah meninggal Saya muncul di alam Brahma (alam Dewa tingkat
tinggi), berkali-kali Saya muncul disana. Puluhan kali Saya menjadi
raja para dewa. Ratusan kali Saya menjadi Maharaja dunia.”
(Metta
Sutta, Itivuttaka)
Melatih
pikiran bisa jadi pilihan tepat bagi mereka yang berdalih tidak punya
uang untuk disumbangkan.
“Andaikan
ada orang yang meyumbangkan sejumlah besar uang pada pagi, siang dan
malam hari, atau sebagai gantinya orang itu memancarkan pikiran cinta
kasih kepada semua mahluk pada pagi, siang dan malam hari, maka
tindakan ini lebih bermanfaat dibandingkan menyumbangkan uang.”
(Samyutta
Nikaya II 264)
Cinta
kasih (universal) merupakan salah satu dari sekian banyak aspek
pembinaan pikiran.
Daya
upaya / olah pikiran benar
Meditasi Perhatian
benar
Konsentrasi
benar
Pembinaan Pikiran
Pemahaman benar
Kebijaksanaan Tanpa
nafsu
Pikiran benar
CINTA KASIH
Welas asih
Kita
belum membahas semuanya, dimulai dari yang paling gampang dulu (tapi
bisa jadi yang paling sulit), cinta kasih bisa menghasilkan manfaat
yang luar biasa.
“Perbuatan
baik yang paling tinggi dan paling bermanfaat adalah pikiran
mengasihi semua mahluk. Perbuatan ini jauh mengungguli perbuatan baik
yang manapun juga.”
(Metta
Sutta, Itivuttaka)
“Ada
11 manfaat dari pikiran yang penuh cinta kasih :
- dapat tidur dengan mudah dan nyenyak
- bangun tidur dalam kondisi segar
- tidak bermimpi buruk
- disukai banyak orang
- disukai mahluk bukan manusia
- dilindungi mahluk halus
- tidak bisa terluka oleh apapun juga
- mudah mengendalikan pikiran
- kulitnya menjadi cerah dan indah
(10) meninggal dengan bahagia
(11) kalau cinta kasihnya sempurna, ia akan mencapai kesucian,
bila tidak, ia akan masuk surga tingkat tinggi.
(Anguttara
Nikaya XI, 16)
No comments:
Post a Comment