Mahluk Hidup Diikat Oleh Kamma.
Oleh YM. Bhante Ashin Kheminda
Kita berbeda karena kamma. Kita terlahir di alam mana pun juga karena kamma. Kamma-lah yang merancang semuanya itu. Indah dan tidaknya kehidupan kita tergantung pada timbunan kamma kita. Kamma yang merancang dan membentuk kebiasaan-kebiasaan Anda. Yang menarik adalah bahwa ciri atau benih kelahiran di 31 alam bisa kita temukan di dalam batin kita saat ini---kecuali batin para ariya.
Seseorang yang dikuasai oleh kemarahan, secara psikologis, sedang menikmati kehidupan di alam neraka. Lebih jauh lagi, kemarahan itu sendiri adalah benih kamma yang mempunyai potensi untuk memunculkan kelahiran di alam neraka. Jadi, buat orang tersebut, ketika sedang marah maka dia adalah seorang manusia yang salah alam---bukan hidup di alam manusia tetapi, seolah-oleh, hidup di neraka! Potensi ini, apabila berbuah, akan terus menyeretnya hingga ke alam neraka setelah kehidupannya di alam manusia saat ini.
Seseorang yang penuh nafsu, mengubar nafsu ragawi di mana pun dia berada, secara psikologis sedang hidup di alam binatang. Jadi, dia juga adalah seorang yang salah alam---bukan hidup di alam manusia melainkan dikerajaan binatang. Nafsu-nafsu ragawinya, apabila berbuah, akan menyeret dia untuk terlahir dikerajaan binatang nantinya. Demikian pula seseorang yang hatinya penuh kemurahan hati, penuh cinta kasih dan kebijaksanaan adalah seorang manusia yang hidupnya di surga. dengan kata lain, benih-benih kelahiran di 31 alam sesungguhnya di arus batin seorang puthujjana.
Pada suatu hari, ketika Buddha tingga di Icchanangala, terjadilah percakapan di antara dua brahma muda Vasettha dan Bharadvaja. Kedua brahma muda ini tidak bisa mencapai kesepakatan tentang siapakah yang bisa disebut sebagai brahma. Menurut Bharadvaja, seseorang dengan kelahiran yang baik (sujata) dari garis ayah dan garis ibu, dari keturunan yang murni (samsuddhagahanika) hingga tujuh generasi leluhurnya, kelahirannya tidak terbantahkan dan sempurna maka dia adalah seorang brahma. Akan tetapi, Vasettha berpendapat lain. Menurut dia, seseorang yang bermoral (silavant) dan penuh pengendalian diri (vatasampanna) adalah orang yang pantas disebut sebagai brahma.
Oleh karena tidak mencapai kata sepakat maka keduanya setuju untuk menanyakan hal tersebut kepada Buddha. Menjawab pertanyaan tersebut, Buddha menjelaskan dengan panjang lebar. Seseorang yang hidupnya bergantung kepada pertanian (gorakkha) disebut sebagai petani (kassaka); yang bergantung pada perdagangan (vohara) disebut sebagai pedagang (vanija); yang hidupnya melayani orang lain (parapessa) disebut sebagai pelayan (pesika) dan lain-lain. Jadi, menurut Buddha, seseorang disebut sebagai brahmana bukan karena keturunan atau kelahirannya melainkan karena perbuatan atau kamma-nya.
Seseorang tidak menjadi brahmana karena kelahiran, tidak karena kelahiran seseorang disebut bukan-brahmana. Karena kamma, seseorang menjadi brahmana; karena kamma seseorang menjadi bukan-brahmana (Na jacca brahmana hoti, na jacca hoti abrahmano. Kammuna brahmano hoti, kammuna hoti abrahmano. (KN 5.35)
Dengan kata lain, seseorang menjadi petani, pedagang, pelayan dan lain-lain karena kamma mereka sendiri. Selanjutnya, Buddha menyampaikan kalimat yang sangat terkenal ini;
Oleh kamma, dunia bergerak; oleh kamma, manusia bergerak. Mahluk diikat oleh kamma, seperti pasak-roda kereta. (Kammuna vattati loko, kammuna vattati paja. Kammanibandhana satta, rathassaniva yayato. (Ibid).
Sayir ini menyampaikan pesan yang sangat kuat, yaitu bahwa dunia, manusia atau mahluk hidup (istilah dunia, manusia dan mahluk hidup merujuk pada makna yang sama. Ketiganya berbeda hanya ditingkatan verbal.) apa pun bergerak karena kammanya masing-masing. Lebih jauh lagi, syair tersebut menolak pandangan tentang adanya brahma, mahabrahma....yang terbaik, sang pencipta, penguasa, Bapak untuk untuk yang telah terlahir (Atthi brahma mahabrahma...pe...settho sajita vasi pita bhutabhayanna'ti (DN 1:18) dan akan terlahir. Dengan kata lain, kamma-lah pencipta dan penguasa kehidupan kita. Dikarenakan oleh kamma maka dunia berputar dan seseorang muncul di berbagai alam kehidupan. Lalu, siapa pencipta sesungguhnya?
Karena kamma seseorang terlahir, di sepanjang kehidupannya dia tetap akan selalu berputar-putar karena kamma masa lampau dan kamma saat ini. Melalui kamma-kamma tersebut dia akan terus mengalami kenyamanan dan rasa sakit, mendapatkan kehidupan yang baik maupun yang tidak baik. Inilah mengapa di syair diatas dikatakan bahwa mahluk hidup diikat oleh kamma; bukan oleh yang lainnya. Jadi, seperti halnya pasak-roda yang mengikat roda kereta ke as roda sehingga kereta bisa bergerak; dan apabila pasak-roda tidak terpasang maka kereta tidak akan bisa bergerak. Demikian pula halnya dengan kehidupan seseorang yang terus berputar karena diikat oleh kamma. Apabila sudah tidak diikat lagi oleh kamma maka kehidupan akan berakhir; dengan pencapaian ke-arahat-an maka kelahiran tidak akan muncul lagi. Ketika dia keluar dari samsara maka dunia sudah tidak akan bergerak lagi.
Pernahkah kita merenungkan kenapa kita masing-masing berbeda? Tidak hanya kelahiran dan kehidupan kita yang berbeda tetapi wajah, perilaku, cara kita menyelesaikan masalah dan cara berpikir kita juga berbeda. Bahkan dua orang kembar yang secara medis mungkin dikatakan sama persis, apabila kita teliti pasti ada saja perbedaannya. Secara fisik pasti ada bedanya. Mungkin 1% atau 2% dari tubuhnya berbeda. Andaikan kedua orang tersebut dianggap mempunyai fisik jasmani 100% sama, tetapi kita bisa pastikan bahwa nasib mereka, kebijaksanaan, kesabaran, kualitas kewelasasihan dan emosi mereka berbeda. Banyak hal yang berbeda bisa ditemukan diantara keduanya. Apabila diatas bumi ini ada 7 miliar manusia maka mereka adalah 7 miliar pribadi yang berbeda. Perbedaan tidak hanya ditemukan di alam manusia melainkan juga di alam binatang dan di alam-alam yang lain di seluruh jagat raya ini.
Semoga Bermanfaat. 🙏🏻
Semoga Semua Hidup Berbahagia.
🙏🙏🙏
No comments:
Post a Comment