Wednesday 3 July 2019

DUKKHA ( Penderitaan )

DUKKHA ( Penderitaan )

Dukkha berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul.
Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.

Sabbe sankhara dukkha berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang tidak memuaskan yang akan menimbulkan beban berat atau penderitaan.

Mengapa segala fenomena tidak memuaskan dan menimbulkan beban berat atau penderitaan? Hal ini dikarenakan segala fenomena tersebut mengalami perubahan, tidak kekal. Dan ketika kita tidak bisa memahami dan menerima bahwa segala fenomena selalu mengalami perubahan, tidak kekal, maka timbul perasaan ketidaksukaan, ketidakpuasan pada diri kita dan akhirnya menimbulkan beban berat atau penderitaan.


Terdapat 12 macam dukkha, yaitu:
1. Penderitaan dari kelahiran (Jati-dukkha)
2. Penderitaan dari ketuaan (Jara-dukkha)
3. Penderitaan dari kesakitan (Byadhi-dukkha)
4. Penderitaan dari kematian (Marana-dukkha)
5. Penderitaan dari kesedihan (Soka-dukkha)
6. Penderitaan dari ratap tangis (Parideva-dukkha)
7. Penderitaan dari jasmani (Kayika-dukkha)
8. Penderitaan dari batin (Domanassa-dukkha)
9. Penderitaan dari putus asa (Upayasa-dukkha)
10. Penderitaan karena berkumpul dengan orang yang tidak disenangi atau dengan musuh (Appiyehisampayoga-dukkha)
11. Penderitaan karena berpisah dengan sesuatu / seseorang yang dicintai (Piyehivippayoga-dukkha)
12. Penderitaan karena tidak tercapai apa yang dicita-citakan. (Yampicchannaladhi-dukkha)

" Para Bhikkhu, apakah yang disebut Dukkha itu?
Dukkha itu bukan lain adalah kelima kelompok kemelekatan atau
Panca-Khandha. "
(Samyutta Nikaya, Khandha Samyutta, 104)

Didalam Ajaran Empat Kebenaran Mulia, pengertian tentang Dukkha tidak terbatas pada penderitaan saja. Dalam arti yang lebih luas, Dukkha bisa juga berarti ketidak puasan, ketidak sempurnaan atau ketidak abadian.

Agama Buddha tidak pernah menyangkal adanya kegembiraan atau kebahagiaan dalam hidup sehari-hari walaupun diakui bahwa salah satu ciri keberadaan dari alam semesta adalah Dukkha. Tetapi hendaknya dimengerti bahwa setiap kegembiraan bahkan dalam keadaan Jhana yang dicapai dengan meditasi tingkat tinggi, yang telah bebas dari pencerapan suka dan duka pun masih tetap berada dalam ciri keberadaan Dukkha.

Tidak seperti ciri keberadaan atau corak kehidupan yang lain seperti Anicca dan Anatta yang mudah diterima secara obyektif, Corak Penderitaan (Dukkha Lakkhana) ini sulit diterima begitu saja oleh manusia, karena secara obyektif sulit bagi kita memahami bahwa segala sesuatu di alam semesta ini adalah menimbulkan penderitaan dan ketidak puasan.

Pandangan tentang Dukkha dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu:

1. Dukkha-Dukkha, yaitu Dukkha sebagai penderitaan yang biasa atau Dukkha yang dialami manusia secara langsung pada fisiknya melalui panca indera dan pada perasaannya. Penderitaan pada kehidupan manusia seperti lahir, sakit, usia tua, berkumpul dengan orang yang tidak disenangi, tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan dan lain-lain termasuk dalam kelompok Dukkha ini.
2. Viparinama-Dukkha, yaitu Dukkha sebagai akibat dari perubahan. Segala keadaan yang menyenangkan manusia adalah tidak kekal dan selalu berubah dari saat ke saat. Perubahan ini biasanya menimbulkan penderitaan atau kemurungan.
3. Sankhara-Dukkha, yaitu Dukkha yang timbul akibat kondisi- kondisi yang selalu bergerak atau berubah-rubah. Dukkha inilah yang berhubungan dengan lima kelompok kemelekatan (Pancakkhandha).

Dari kelima khandha tersebut. tidak satupun yang dapat dikatakan sebagai diri atau ciri dari suatu individu, tetapi apabila kelima khandha itu saling berhubungan dan bekerja sama, maka akan terasa seakan-akan ada suatu diri yang menjadi ciri dari suatu individu atau keadaan tertentu.
Jelmaan yang terbentuk oleh kombinasi kelima khandha itulah yang tak lain merupakan Dukkha itu sendiri.
Dukkha yang dimaksudkan disini memiliki arti yang lebih luas daripada hanya sekedar pengertian duka atau penderitaan secara umum  yaitu dukkha yang mencakup segala kefanaan, perubahan dan ketidak kekalan.
Tidak ada suatu jelmaan atau diri yang berada di balik kelima khandha ini, tak ada suatu jelmaan atau diri yang mengalami Dukkha ini sebab pancakkhandha itu sendiri merupakan Dukkha dalam arti yang luas itu, dan di dalam Dukkha yang mempunyai arti yang luas inilah terdapat kehidupan, kehidupan yang tak lain merupakan perubahan itu sendiri. Dukkha, kehidupan dan perubahan sebenarnya bukanlah hal berbeda.

Di dalam pengertian Sankhara-Dukkha, ditekankan bahwa tidak ada suatu diri atau atta yang berada di balik Pancakkhandha ini yang akan merasakan Dukkha; bahwa Dukkha itu timbul akibat kondisi-kondisi yang tercakup di dalam kelima khandha yang selalu bergerak dan berubah-ubah , pula tidak ada sesuatupun yang berada di luar kondisi yang berubah-ubah tersebut  yang menggerakkan atau yang menyebabkan perubahan-perubahan itu; bahwa yang ada hanyalah perubahan-perubahan itu sendiri.

No comments:

Post a Comment