BAGAIMANA
MEMILIH AJARAN
Suatu hari, Sang Buddha bersama dengan sejumlah besar
bhikku sedang berkunjung ke suatu daerah yang bernama Kessaputta. Ini
adalah tempat tinggal suku Kalama. Kemudian suku Kalama mendengar
bahwa Petapa Gotama ( maksudnya Buddha ),
bekas putra mahkota
kerajaan Sakya yang telah meninggalkan keduniawian, sedang berada di
wilayah mereka.
Tersiar pula berita bahwa Petapa Gotama telah mencapai
kesucian tertinggi ( Arahat). Suku Kalama berpikir bahwa sangat baik
jika bisa bertemu dengan orang suci seperti itu.
Lalu dengan beramai-ramai, para warga suku Kalama
berjalan dari rumah masing-masing menuju ke tempat tinggal Buddha.
Setelah bertatap muka, beberapa orang memberi hormat pada Buddha
kemudian duduk. Ada yang memperkenalkan diri mereka terlebih dahulu,
kemudian duduk.Ada yang mencoba beramah-tamah sebentar dengan Beliau,
baru kemudian duduk. Sisanya langsung duduk tanpa berkata apa-apa.
Setelah mereka semua duduk, kepala suku Kalama memulai
percakapan :
“ Tuan. Ada banyak petapa dan brahmana ( pendeta) dari
agama lain yang datang kesini. Mereka menjelaskan ajaran agama mereka
masing-masing, lalu saling mencela ajaran agama yang lain. Kami
bingung. Ajaran mana yang harus kami pilih ? ”
Kemudian Sang Buddha menjawab :
“ Sudah sewajarnyalah anda meresa bingung, karena
keadaan yang anda alami memang membingungkan.
Jangan langsung percaya begitu saja, sekalipun hal
itu sudah menjadi tradisi atau ajaran turun temurun.
Jangan langsung percaya begitu saja, sekalipun hal
itu merupakan pendapat mayoritas orang / opini publik.
Jangan langsung percaya begitu saja, sekalipun hal
itu tercantum pada kitab suci.
Jangan langsung percaya begitu saja, sekalipun hal
itu tampaknya masuk akal.
( Kebenaran biasa yang mendasar, memang masuk akal,
tapi kebenaran tertinggi, berada di luar nalar, tidak bisa
dipikirkan. Hanya bisa dialami. Dalam Buddhisme, hal ini disebut
Lokuttara )
Jangan langsung
percaya begitu saja, sekalipun pembicaranya terlihat meyakinkan (
jago ngomong ).
Jangan langsung percaya begitu saja, sekalipun
pembicaranya adalah guru spiritual atau tokoh masyarakat.
Tetapi, jika suatu
ajaran, setelah anda praktekkan dan terbukti hasilnya merugikan,
maka sudah selayaknyalah anda
tidak mengikuti ajaran
itu.
Tetapi, jika suatu
ajaran, setelah anda praktekkan dan terbukti hasilnya menguntungkan,
maka sudah selayaknyalah anda mengikuti
ajaran itu.
ANGUTTARA NIKAYA,
KALAMA SUTTA
No comments:
Post a Comment