Friday 8 January 2016

ISTANA SERISSAKA

(Peristiwa ini terjadi sekitar 150 tahun setelah Buddha Gotama wafat, sumber : Serissakavimana, Vimanavatthu, bagian dari kitab Tipitaka.)
Ada sekelompok pedagang yang melewati gurun pasir. Mereka berjalan pada malam hari karena takut kepanasan kalau siang. Kemudian mereka tersesat. Diantara mereka ada satu orang yang berkelakuan amat baik, orang ini bahkan memiliki potensi untuk mencapai kesucian, namanya Sambhava
.
            Gurun pasir ini dijaga oleh dewa yang bernama Serissaka ( setiap tempat pasti ada mahluk halus yang menjaga, apakah itu dewa atau jin). Dewa ini mau menolong Sambhava ( orang baik kalau mengalami kesulitan selalu ada yang mau menolong, bisa manusia, bisa bukan manusia)
            Kemudian dewa Serissaka menampakkan dirinya dan istananya. ( Kalau cuma mau menolong, buat apa sampai bawa istana segala, apa mau pamer ? Nanti maksudnya akan jelas di akhir cerita ).
Para pedagang yang sudah capek berjalan dan kebingungan, kini terbengong-bengong melihat pemandangan ajaib yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Lalu Dewa Serissaka bertanya :
Dewa Serissaka (DS) : “ Ini gurun pasir, tidak ada apa-apa disini. Kenapa anda datang kesini ? “
( Jelas dewa ini berbasa-basi, sudah tau bertanya pula. )
Pimpinan pedagang itu menjawab (P) : “ Kami pedagang keliling yang mau pergi ke Sindhu. Jadi lewat sini, dan sekarang tersesat. Kami bingung dan takut. Tapi setelah melihat Yang Mulia Dewa besaerta istananya, kami sekarang merasa senang.”
(DS) : “ Anda tentu sudah pernah pergi ke banyak tempat, bertemu dengan banyak orang dan melihat banyak hal. Apakah anda pernah melihat hal yang luar biasa ? “
(P) : “ Ya dewa. Sekarang kami melihat hal yang paling luar biasa sepanjang hidup kami.Tidak bosan-bosannya kami melihat wujud anda yang sangat tampan dan bersinar. Begitu pula dengan istanamu yang megah, dikelilingi taman yang sangat indah. Tapi ngomong-ngomong, anda dewa apa ? “
(DS) : “ Nama saya Serissaka. Saya ditugaskan oleh raja dewa Vessavana untuk menjaga gurun pasir ini. ( Vessavana adalah salah satu dari empat raja dewa yang menguasai surga Catumaharajika, surga tingkat I, kerajaannya ada di utara, yang lainnya DHATARATTHA (timur), VIRULHAKA (selatan), dan VIRUPAKKHA (barat)).
(P) : “ Kalau boleh tau, apa sebabnya anda bisa menjadi dewa ? “
( Rupanya orang ini kritis juga, jadi banyak tanya )
(DS) : “ Ya dengan melakukan perbuatan baik. “
(P) : “ Perbuatan baik yang bagaimana ? Tolong ceritakan lebih rinci. “
(DS) : “ Dulu, sewaktu menjadi manusia, nama saya Payasi, saya adalah kepala daerah kota Setavya ( lihat artikel tentang Pangeran Payasi.). Saya jarang melakukan perbuatan baik karena saya tidak percaya pada hukum karma dan kehidupan setelah kematian.
Kemudian saya bertemu dengan seorang petapa, namanya Kumara Kassapa ( Ada banyak aliran pertapaan, Bhikku adalah petapa, aliran Buddhisme ). Kemudian saya berubah total. Saya meyakini hukum karma dan kehidupan setelah kematian. Saya menjaga moralitas, dan memberikan banyak sumbangan kepada semua orang yang membutuhkan. “

            Saat sedang berbicara, satu buah sirisa ( nama buah surgawi) jatuh dari pohonnya yang terletak  di dekat gerbang istana. Melihatnya, dewa itu tampak sedih.
(P) : “ Kenapa, dewa ? “
(DS) : “ Setiap 2 hari, buah itu akan jatuh. Saya baru 2 hari jadi dewa. 2 hari disini = 100 tahun manusia. ( 1 hari di surga Catumaharajika = 50 tahun di alam manusia ).Batas usia para dewa di alam ini rata-rata 500 tahun surgawi. Saya takut memikirkan kalau batas usia saya habis, meninggal dari sini, lalu bakal jadi apa saya ? “
(Ini dewa keterlaluan deh, hidupnya kan masih panjang, umurnya baru 2 hari, baru lahir, koq mikir begitu ).
(P) : “ Dewa kan sudah banyak melakukan perbuatan baik, kenapa sedih ? Kecuali kalau dewa berbuat jahat, baru pantas sedih, karena hanya orang jahat yang setelah mati akan menderita. “
( Sikap si dewa yang kekanakan ditanggapi pula secara kekanakan oleh si pedagang.)
Terhibur oleh penjelasan  sederhana ini, dewa itu lalu berkata :
(DS) : “ Betul juga. Baiklah tuan-tuan, dengan bantuan saya, anda sekalian bisa keluar dari gurun pasir ini.”
(P) : “ Sebagai ucapan terima kasih, setelah pulang, kami akan mengadakan upacara penghormatan untuk Yang Mulia Dewa Serissaka. “
(DS) : “ Tidak perlu. Lakukan saja perbuatan baik dan jangan melakukan kejahatan. Itu sudah cukup.
Oh ya. Diantara anda ada satu orang yang luar biasa. Moralitasnya baik, dermawan, penuh cinta kasih dan bijaksana.
Dia bekerja untuk menghidupi orang tuanya, bukan untuk dirinya sendiri. Rencananya, setelah orang tuanya meninggal, dia akan meninggalkan hidup keduniawian untuk menjadi petapa.
Sebenarnya saya ingin menolong orang ini, makanya saya menampakkan diri. Kalau dia tidak ada, anda sekalian pasti sudah mati. ( Bisa dibuktikan, orang baik membawa keberuntungan bagi kelompoknya, sebaliknya orang brengsek bawa sial).
(P) : “ Siapa orangnya ? “
(DS) : “ Sambhava, si tukang cukur  “
            Sontak para pedagang itu  menoleh ke arah Sambhava dengan rasa heran.
(P) : “ Oh, jadi dia. Selama ini kami tidak tahu kalau dia seperti Yang Mulia Dewa katakan. “
( Orang bisa bersandiwara menyembunyikan sifatnya, sehingga orang lain bisa salah menilai. Tapi para dewa tidak bisa dibohongi, mereka kenal betul siapa kita.)
(DS) : “ Sebelum pergi, anda semua saya undang untuk melihat-lihat kedalam istana saya. Inilah hasil dari perbuatan baik, dari hasil kedermawanan. Silakan masuk. “
            Tanpa perlu disuruh dua kali, mereka semua berebut untuk masuk. Tetapi mereka kemudian tersadar, bahwa Sambhava yang pantas masuk lebih dulu. Setelah mempersilakan tukang cukur itu berjalan paling depan, baru mereka semua masuk.
            Setelah puas melihat-lihat, para pedagang itu pun dipandu keluar dari gurun pasir oleh dewa Serissaka. Dan dengan kesaktiannya, dewa itu membuat perjalanan menjadi lebih singkat dari seharusnya.
            Setelah menyelesaikan urusan dagang di Sindhu, mereka semua pulang ke Pataliputta. Kemudian mereka membangun kuil dan melakukan upacara besar untuk menghormati dewa Serissaka.
From: Teddy Teguh Raharja <teddy.teguh@gmail.com>

No comments:

Post a Comment