(Peristiwa ini
terjadi sekitar 150 tahun setelah Buddha Gotama wafat, sumber : Serissakavimana,
Vimanavatthu, bagian dari kitab Tipitaka.)
Gurun pasir ini dijaga oleh dewa
yang bernama Serissaka ( setiap tempat pasti ada mahluk halus yang menjaga,
apakah itu dewa atau jin). Dewa ini mau menolong Sambhava ( orang baik
kalau mengalami kesulitan selalu ada yang mau menolong, bisa manusia, bisa
bukan manusia)
Kemudian dewa Serissaka
menampakkan dirinya dan istananya. ( Kalau cuma mau menolong, buat apa
sampai bawa istana segala, apa mau pamer ? Nanti maksudnya akan jelas di akhir
cerita ).
Para pedagang
yang sudah capek berjalan dan kebingungan, kini terbengong-bengong melihat
pemandangan ajaib yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Lalu Dewa
Serissaka bertanya :
Dewa Serissaka
(DS) : “ Ini gurun pasir, tidak ada apa-apa disini. Kenapa anda datang kesini ?
“
( Jelas dewa
ini berbasa-basi, sudah tau bertanya pula. )
Pimpinan pedagang
itu menjawab (P) : “ Kami pedagang keliling yang mau pergi ke Sindhu. Jadi
lewat sini, dan sekarang tersesat. Kami bingung dan takut. Tapi setelah melihat
Yang Mulia Dewa besaerta istananya, kami sekarang merasa senang.”
(DS) : “ Anda
tentu sudah pernah pergi ke banyak tempat, bertemu dengan banyak orang dan
melihat banyak hal. Apakah anda pernah melihat hal yang luar biasa ? “
(P) : “ Ya dewa.
Sekarang kami melihat hal yang paling luar biasa sepanjang hidup kami.Tidak
bosan-bosannya kami melihat wujud anda yang sangat tampan dan bersinar. Begitu
pula dengan istanamu yang megah, dikelilingi taman yang sangat indah. Tapi
ngomong-ngomong, anda dewa apa ? “
(DS) : “ Nama
saya Serissaka. Saya ditugaskan oleh raja dewa Vessavana untuk menjaga gurun
pasir ini. ( Vessavana adalah salah satu dari empat raja dewa yang
menguasai surga Catumaharajika, surga tingkat I, kerajaannya ada di utara, yang
lainnya DHATARATTHA (timur), VIRULHAKA (selatan), dan VIRUPAKKHA (barat)).
(P) : “ Kalau
boleh tau, apa sebabnya anda bisa menjadi dewa ? “
( Rupanya
orang ini kritis juga, jadi banyak tanya )
(DS) : “ Ya
dengan melakukan perbuatan baik. “
(P) : “ Perbuatan
baik yang bagaimana ? Tolong ceritakan lebih rinci. “
(DS) : “ Dulu,
sewaktu menjadi manusia, nama saya Payasi, saya adalah kepala daerah kota
Setavya ( lihat artikel tentang Pangeran Payasi.). Saya jarang
melakukan perbuatan baik karena saya tidak percaya pada hukum karma dan
kehidupan setelah kematian.
Kemudian saya
bertemu dengan seorang petapa, namanya Kumara Kassapa ( Ada banyak
aliran pertapaan, Bhikku adalah petapa, aliran Buddhisme ). Kemudian
saya berubah total. Saya meyakini hukum karma dan kehidupan setelah kematian.
Saya menjaga moralitas, dan memberikan banyak sumbangan kepada semua orang yang
membutuhkan. “
Saat sedang berbicara, satu buah
sirisa ( nama buah surgawi) jatuh dari pohonnya yang terletak di dekat gerbang istana. Melihatnya, dewa itu
tampak sedih.
(P) : “ Kenapa,
dewa ? “
(DS) : “
Setiap 2 hari, buah itu akan jatuh. Saya baru 2 hari jadi dewa. 2 hari disini =
100 tahun manusia. ( 1 hari di surga Catumaharajika = 50 tahun di alam
manusia ).Batas usia para dewa di alam ini rata-rata 500 tahun surgawi.
Saya takut memikirkan kalau batas usia saya habis, meninggal dari sini, lalu
bakal jadi apa saya ? “
(Ini dewa
keterlaluan deh, hidupnya kan masih panjang, umurnya baru 2 hari, baru lahir,
koq mikir begitu ).
(P) : “ Dewa kan
sudah banyak melakukan perbuatan baik, kenapa sedih ? Kecuali kalau dewa
berbuat jahat, baru pantas sedih, karena hanya orang jahat yang setelah mati
akan menderita. “
( Sikap si
dewa yang kekanakan ditanggapi pula secara kekanakan oleh si pedagang.)
Terhibur oleh
penjelasan sederhana ini, dewa itu lalu
berkata :
(DS) : “ Betul
juga. Baiklah tuan-tuan, dengan bantuan saya, anda sekalian bisa keluar dari
gurun pasir ini.”
(P) : “ Sebagai
ucapan terima kasih, setelah pulang, kami akan mengadakan upacara penghormatan
untuk Yang Mulia Dewa Serissaka. “
(DS) : “ Tidak
perlu. Lakukan saja perbuatan baik dan jangan melakukan kejahatan. Itu sudah
cukup.
Oh ya.
Diantara anda ada satu orang yang luar biasa. Moralitasnya baik, dermawan,
penuh cinta kasih dan bijaksana.
Dia bekerja
untuk menghidupi orang tuanya, bukan untuk dirinya sendiri. Rencananya, setelah
orang tuanya meninggal, dia akan meninggalkan hidup keduniawian untuk menjadi
petapa.
Sebenarnya
saya ingin menolong orang ini, makanya saya menampakkan diri. Kalau dia tidak
ada, anda sekalian pasti sudah mati. ( Bisa dibuktikan, orang baik
membawa keberuntungan bagi kelompoknya, sebaliknya orang brengsek bawa sial).
(P) : “ Siapa
orangnya ? “
(DS) : “
Sambhava, si tukang cukur “
Sontak para pedagang itu menoleh ke arah Sambhava dengan rasa heran.
(P) : “ Oh, jadi
dia. Selama ini kami tidak tahu kalau dia seperti Yang Mulia Dewa katakan. “
( Orang bisa
bersandiwara menyembunyikan sifatnya, sehingga orang lain bisa salah menilai.
Tapi para dewa tidak bisa dibohongi, mereka kenal betul siapa kita.)
(DS) : “
Sebelum pergi, anda semua saya undang untuk melihat-lihat kedalam istana saya.
Inilah hasil dari perbuatan baik, dari hasil kedermawanan. Silakan masuk. “
Tanpa perlu disuruh dua kali, mereka
semua berebut untuk masuk. Tetapi mereka kemudian tersadar, bahwa Sambhava yang
pantas masuk lebih dulu. Setelah mempersilakan tukang cukur itu berjalan paling
depan, baru mereka semua masuk.
Setelah puas melihat-lihat, para
pedagang itu pun dipandu keluar dari gurun pasir oleh dewa Serissaka. Dan
dengan kesaktiannya, dewa itu membuat perjalanan menjadi lebih singkat dari
seharusnya.
Setelah menyelesaikan urusan dagang di Sindhu, mereka
semua pulang ke Pataliputta. Kemudian mereka membangun kuil dan melakukan
upacara besar untuk menghormati dewa Serissaka.From: Teddy Teguh Raharja <teddy.teguh@gmail.com>
No comments:
Post a Comment