Wednesday 26 September 2018

Lonaphala Sutta Oleh YM. Bhante Ashin Kheminda

Lonaphala Sutta
Oleh YM. Bhante Ashin Kheminda

Lonaphala Sutta mencatat, "ketika seseorang melakukan kamma yang bisa dirasakan, dia akan merasakan buahnya yang sesuai," apabila demikian, para bhikkhu, kehidupan suci ada, kesempatan untuk mengakhiri penderitaan secara menyeluruh terlihat. Kalimat tersebut mengandung arti bahwa intensitas buah kamma yang dialami oleh setiap orang bisa berbeda-beda, walaupun kamma yang diperbuat adalah kamma yang sama. Untuk orang-orang tertentu, sedikit kamma yang tidak baik bisa membuat terlahir di neraka. Sedangkan untuk orang lain, sedikit kamma yang sama tersebut hanya dirasakan di kehidupan saat ini saja (ditthadhammavedaniya) dan tidak ada sedikit sisa kamma pun yang terlihat. Lalu apa yang membedakan intensitas buah kamma yang dialami oleh mereka? Buddha mengatakan bahwa perbedaan itu terjadi karena mahluk yang mengalaminya berbeda. Yang pertama mempunyai diri kecil (appatuma), sedangkan mehluk yang kedua mempunyai diri yang besar (mahatta).


Seseorang yang mempunyai diri yang kecil adalah seseorang dengan: 

* Tubuh yang tidak berkembang (abhavitakaya), yaitu seorang puthujjana yang menggembara di dalam samsara (vattagami) tanpa meditasi tentang tubuh (kayabhavanarahita) atau tidak berlatih meditasi vipassana.
* Sila yang tidak dikebangkan (abhavitasila), yaitu seseorang yang kualitas normanya sangat kecil atau rendah (parittaguna).
* Batin yang tidak dikembangkan (abhavitacitta), yaitu seseorang yang tidak mengembangkan meditasi samatha.
Kebijaksanaan yang tidak berkembang (abha vitapanna), dan
* Secara mental terbatas atau kecil (paritta).

Sedangkan jenis mahluk yang kedua----seseorang yang memiliki diri yang besar adalah seseorang dengan;

* Tubuh yang berkembang (bhavitakaya); yaitu mahluk suci yang telah menghancurkan noda-batin (khinasava).
* Sila yang dikembangkan (bhavitasila); yaitu seorang yang sila-nya telah tumbuh berkembang (vaddhitasila).
* Batin yang telah dikembangkan (bhavitacitta), yaitu seseorang yang telah mengembangkan meditasi samatha.
* Kebijaksanaan yang telah dikembangkan (bhavittapanna), dan
* Secara mental tidak terbatas atau tidak kecil (aparitta), yaitu seseorang yang kualitas moralnya sangat tinggi.

Jadi, disebabkan oleh perbedaan-perbedaan itulah maka buah kamma yang sama yang dirasakan oleh setiap orang bisa berbeda. Untuk seorang putthujanna yang tidak bermeditasi maka kamma kecil pun bisa membuatnya menderita berkepanjangan, bahkan bisa mengirimnya ke kelahiran di neraka. Sedangkan untuk seorang arahat, kamma kecil tersebut, kalau berbuah, hanya akan dialami di kehidupan saat ini. Hal ini karena seorang arahat sudah melampaui kelahiran----dia tidak akan terlahir lagi. Untuk seorang yang masih harus berlatih lagi (sekkha) maka buah kamma kecil tersebut tidak akan membuatnya terlahir di neraka dan alam-alam rendah yang lain.

Buddha mengilustrasikan keadaan tersebut dengan menggunakan perumpamaan garam. Aapabila seseorang meletakkan kristal garam (lonakapalla) di tempayan yang berisi sedikit air maka air menjadi sangat asin dan tidak bisa diminum. Akan tetapi apabila kristal garam tadi dimasukkan ke dalam sungai Gangga maka air sungai tersebut masih bisa diminum. Jadi, efek yang ditimbulkan berbeda karena jumlah air yang berbeda. Demikianlah perbedaan yang dialami oleh mereka yang memiliki diri yang kecil dan diri yang besar.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melihat orang-orang di sekeliling kita. Ada orang-orang tertentu yang melakukan kamma buruk sedikit saja, dia langsung menderita. Sementara ada orang lain melakukan kamma yang sama tetapi tetap saja kehidupannya baik-baik saja. Variasi dari efek kamma ini sesuai dengan ajaran Buddha bahwa ternyata buah dari kamma sangat terkait dengan apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Orang yang sudah banyak melakukan perbuatan baik, pada saat dia melakukan kamma buruk maka hasilnya bisa saja berbeda dengan seorang penjahat yang telah banyak melakukan kamma buruk dimasa lalu.

Intensitas buah kamma juga tergantung pada objek kamma-nya. Aapabila Anda melakukan hal yang sama terhadap objek yang berbeda maka akinatnya bisa berbeda. Sebagai contoh apabila Anda memarahi tukang parkir atau satpam maka buah yang dialami tentu akan berbeda dengan ketika Anda memarahi seorang presiden.

šŸ™

No comments:

Post a Comment