Kesaksian dari bapak Apeng tjoa.. Semoga bisa membantu menjawab
PELIMPAHAN JASA.
Pengalaman saya membuktikan ajaran Sang Buddha ternyata benar apa yang saya alami.
Sekitar tahun 1983 Papa saya sakit keras komplikasi, sakit sesak nafas, jantung..., mengharuskan dibawa ke Rumah Sakit dan dirawat.
Selang beberapah saat, Papasaya ngorok, koma, sepertinya Papa saya sangat menderita dengan penyakitnya.
Saya bingung harus berbuat apa, waktu itu saya belum mendalami ajaran Agama Buddha.
Akhirnya hanya dirawat beberapa jam saja, papasaya meninggal dunia pada usia 59 tahun.
Acara persembahyangan untuk terakhir kalinya secara tradisi, dilakukan, dimeja sembahyang penuh dengan makanan2 kesukaan Papa saya, waktu masih hidup sebagai wujud bakti anak2nya kepada orang tuanya.
Pemakamanpun diurus sampai selesai. Saya 8 bersaudara bersama mama tercinta berjuang meneruskan usaha papah saya.
1 tahun berlalu kepergian papa saya. Adik saya mau menikah, seperti biasa sanak saudara berkumpul dirumah saya, karena ada hajat.
Ada saudara tua, duduk bersedih, melamun diam saja tidak berkata kata, lalu saudara saya yang lainnya menyapa, diam saja., rupanya saudara tua saya ini, kemasukan makhluk halus, lalu ditanya siapah ini..., dan dijawab: gua.., ini papahnya si..., sambil menyebut nama saya..,
Menurut pengakuannya dia adalah "arwah" papa saya. Sedih sekali kelihatanya. lalu ditanya lagi..., ada keperluan apa.., datang kesini.., gua mau lihat anak gua menikah jawabnya..., iyaa.., lihatnya dari jauh saja yaa..., do'akan saja pernikahanya yaa.., kata saudara saya yang lainnya.
Akhirnya arwah papa saya pergi, keluar dari jasat saudara tua saya. Saya mulai berpikir sepertinya papah saya menderita, apa yang bisa saya perbuat untuk papa. Lalu saya datang ke Vihara, mencari tahu. untuk belajar Agama Buddha.
Tak sengaja saya mendengar ceramah bhante Sri Pannavaro MT, yang bunyinya tentang Pelimpahan Jasa.
Apa yang bisa dilakukan oleh keluarga setelah kepergian orang tuanya untuk selamanya.
Biasanya keluarga mengadakan upacara persembahyang, menyediakan meja sembahyang penuh dengan makanan2 kesukaan yang meninggal, ini sebagai wujud bakti, ini adalah tradisi turun temurun, dan masih dilakukan hingga sekarang.
Dan ini dilakukan bukan tidak ada nilainya, tapi nilainya kecil. Tentunya saudara2 ingin yang besar nilainya. Seperti apakah yang besar nilainya, kata bhante Sri Pannavaro MT.
Kita sebagai umat Buddha, punya tradisi yang baik. Berdana, cetak buku2 Dhamma, melatih sila yang baik, melatih Meditasi, ceramah, atau berkotbah kalau kita punya kemampuan.
Dan ini semua adalah jasa yang kita buat yang dapat kita salurkan kepada orang tua yang telah meninggal, atas nama orang tua kita. Inilah seklumit ceramah dari bhante Sri Pannavaro MT.
Yang saya ingat. Setelah saya mendengar ceramah dari bhante, membuat saya tergerak untuk melakukan nya.
Sejak itu, saya bertekad membina diri baca parita, melatih meditasi, belajar Dhamma, mendengarkan ceramah2 dari para Pandita, para Bhikkhu, dan mencoba untuk belajar ceramah, ditempat kebaktian selama 1 tahun saya membina diri.
Semua yang saya lakukan atas nama Papa saya, sambil merenung sejenak membayangkan wajah Papa saya, senyum bahagia.
Demikian seterusnya setelah melakukan perbuatan baik, langsung salurkan dengan merenung sejenak bayangkan wajah papah saya.
Selanjutnya adik saya yang kedua akan menikah. Seperti biasa sanak saudara pada kumpul lagi ada hajat. Saudara tua yang dulu pernah kemasukan papah saya, sekarang kemasukan lagi...., kali ini nampak lebih bahagia.., lalu dia("arwah" papah) memanggil adik saya, kamu kesini memanggil adik saya, adik saya menghampiri, ada apa..., kamu suka buat minuman dari kunyit untuk dikasihkan pada orang yang palanya gundul(botak) yang berjubah kuning, (maaf Papah saya masa hidupnya tidak kenal para bhikkhu). itu baik sekali..., lakukan terus yaa..., kata arwah papah saya.
Lalu saya bertanya pada adik saya, apa..! betul itu..., itu yang dikatakan arwah papah..., betul ko..., saya sebelum masuk kantor, saya buat minuman dari kunyit, lalu saya persembahkan pada para bhikkhu setiap hari sebelum masuk kerja kata adik saya..., ko bisa tahu yaa..., dalam pikiran saya.
Berikutnya saya dipanggil juga, saya menghampiri saya dipeluknya, kepala saya dielus elus, sambil berkata: kamu juga suka berbicara didepan mimbar..., apa namanya.., kotbah maksudnya kata saya. Iyaa...betuuul...kamu baguuuss..., kembangkan teruuus...yaa..., sekarang papah sudah bahagia, sudah senanng...! kata arwah Papah saya.., yaa..., sudaah Papah mau pamit yaa..., sekarang papah bahagia..., sekaliii...!
Lalu "arwah" papah saya pun meninggalkan jasat saudara tua saya. Itulah yang saya buktikan ajaran Sang Buddha, dan saya pun tidak mengira akan mendapatkan pengalaman seperti ini. Makasih.www.dhammatv.com www.bukudharma.com
No comments:
Post a Comment