Friday 25 August 2017

APAKAH ANDA KESINI UNTUK MATI ?

APAKAH ANDA KESINI UNTUK MATI ?
Oleh Ven Ajahn Brahm

Ada banyak trik untuk membantu Anda menenangkan pikiran. Kita memikirkan berbagai cara untuk mampu melakukan praktik lama melepas, pasrah, meninggalkan keduniawian, melepaskan kendali, dan menghentikan kelekatan dan nafsu. Rasanya saya membicarakan hal-hal ini setiap waktu. Jadi hari ini saya akan membicarakan tentang salah satu dari teknik meditasi utama, namun dengan cara yang berbeda. Saya akan membicarakan tentang ini dari perspektif kematian. Saya selalu ingat salah satu ujaran dari guru saya Ajahn Chah
, ketika saya berada di viharanya di Thailand. Beliau akan menghampiri Anda dan bertanya, "Apakah Anda kesini untuk mati?" Dan tentu saja, sangatlah aneh bahwa seseorang yang menanyakan hal itu kepada Anda dan Anda akan berpikir, "Aku tidak datang kesini untuk mati. Aku datang kesini untuk tercerahkan, dan untuk bermeditasi dengan baik," tetapi beliau malah menanyakan "Apakah Anda kesini untuk mati?!" Dan karena Ajahn Chah selalu mengulang-ngulang kalimat itu, maka menjadi sangat jelaslah bahwa gagasan mengenai kematian ini adalah hal yang sangat mendalam dan berguna di dalam melepas. Jadi inilah yang akan saya bicarakan saat ini.

Jika meditasi Anda sedang tidak berjalan dengan baik, bayangkanlah diri Anda mati, bayangkan seperti apa rasanya kematian itu. Mulailah bermeditasi secara khusus pada tujuan yang satu itu. Saya tidak benar-benar bermaksud Anda harus terbujur sebagai mayat, apa yang sesungguhnya saya maksudkan adalah supaya Anda dapat melepas. Itulah sesungguhnya kematian itu.

Ketika seseorang mati, ia harus melepaskan, ia harus menanggalkan segala sesuatu yang menjadi "milikku", yang terkasih dan menyenangkan hati akan terenggut dari Anda ketika Anda mati. Jadi disinilah kita, kita berlatih mati. Kita membayangkan kematian itu dengan sepenuh hati dan meninggalkan segalanya, yang dalam konteks ini secara jelas menyadari bahwa hal-hal itu bukan lagi milik kita. Mereka semuanya bukanlah "milikku". Mereka bukanlah suatu 'diri' (milik) - seperti yang kita baca dalam Anattalakkhana Sutta (Samyutta Nikaya 22.59).

Sekarang bayangkan diri Anda sedang duduk bermeditasi dan melepas segala sesuatu yang Anda senangi, proyek-proyek besar kecil, rencana-rencana besar kecil, dan semua urusan yang Anda miliki. Letakkan mereka semua dalam perspektif kematian, sehingga Anda benar-benar bisa melepaskan mereka. Dalam perspektif kematian ini, sangatlah mudah bagi kita untuk melepaskan segala hal.

Beberapa saat yang lalu seseorang mengajukan pertanyaan kepada saya mengenai Ratthapala Sutta (Majjhima Nikaya 82). Saya membaca sutta itu pada hari yang lain dan sutta ini menyatakan ungkapan yang indah mengenai alasan-alasan bagi seseorang untuk melepas. Begitu orang meninggal, banyak sekali urusan yang belum terselesaikan. Mereka meninggal dengan membawa nafsu, mereka meninggal dengan membawa hal-hal yang belum tuntas.

Jadi, sudahkah Anda menunaikan tugas Anda di vihara ini? Satu-satunya cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan mengingat ujaran lama dari Ajahn Buddhadasa, "Apa yang sudah selesai, ya selesai", dan jika Anda dapat memahami makna yang mendalam dalam kalimat tersebut, barulah Anda dapat benar-benar melepaskan dan meninggalkan masa lalu Anda.

Apa pun yang telah berlalu, Anda telah selesai dengan hal itu. Anda benar-benar meninggalkan hal itu karena Anda membayangkan diri Anda dalam keadaan sekarat menuju ambang pintu kematian. Jika ini adalah momen kematian Anda, segala urusan dan tetek-bengek yang sudah lalu tidak menjadi begitu penting lagi. Apalah pentingnya ucapan orang-orang ini, atau apa yang dikerjakan orang itu? Apalah pentingnya segala kepemilikan Anda di rumah atau pondok Anda, semua buku, pakaian, dan benda-benda berharga Anda lainnya, yang sebagai seorang pemeditasi terlalu banyak yang Anda cemaskan? Anda tidak perlu mencemaskan fashion model terbaru. Mangkuk terbaik, atau segala jenis baju, atau jenis tas yang model ini untuk keperluan yang itu, atau jenis tas yang itu untuk keperluan yang ini - itulah yang namanya materialisme.

Bayangkan diri Anda sedang menuju gerbang kematian sekarang. Mengapa Anda masih mencemaskan hal-hal seperti itu? Anda hanya punya waktu sisa satu hari, jadi semua baju sudah cukup, Anda tidak perlu membeli yang baru dan model yang terbaru. Bayangkan diri Anda sedang sekarat saat Anda duduk bersila diatas bantal meditasi Anda, atau dimanapun Anda duduk. Ketika Anda membayangkan diri Anda sedang sekarat - semua hal yang mengacaukan meditasi Anda dan segala hal yang memenuhi pikiran Anda, mulai menghilang. Benda-benda di rumah Anda, telah selesai tugasnya; mereka hanya membawa diri Anda sampai sejauh ini. Anda tidak lagi memerlukan mereka karena Anda sedang sekarat sekarang.

Semua kerabat, teman-teman Anda, Anda sudah siap untuk meninggalkan mereka semua, jadi Anda tidak membawa mereka ke dalam meditasi. Anda bayangkan hal ini terjadi dan Anda benar-benar datang ke tempat ini duduk dan meninggalkan dunia Anda, Anda meninggalkan masa lalu Anda.

Adalah hal yang menarik ketika berjalan melintasi pekuburan di kota, dan melihat bahwa pada tahun-tahun awal setelah kematian seseorang, disana ada sebuah batu nisan, barangkali karena ada orang yang ingin mengenangnya, tetapi setelah 20, 30, atau 50 tahun, mereka akan mem-buldozer makam itu karena harga tanahnya yang sangat mahal, dan menguburkan orang lain disana. Jadi bahkan batu nisan Anda pun di hancurkan menjadi debu. Semua catatan kehidupan Anda disini telah bubar, karena tak seorang pun yang akan ingat siapa gerangan Anda atau apa yang telah Anda lakukan. Bukankah hal itu indah?

Jadi mengapa tidak melakukannya sekarang ini? Buldozerlah semua gagasan mengenai siapa diri Anda ini, mengenai 'diri' Anda, jangan lekati reputasi Anda. Saat saya mengatakan reputasi Anda, maksud saya jangan lekati masa lalu Anda, dari mana Anda berasal dan anggapan Anda tentang 'diri Anda'. Ketika Anda memikirkan sebuah batu nisan bagi tubuh ini, dengan nama Anda yang menandakan siapakah diri Anda di vihara ini, dari mana asal Anda, berapa tinggi kedudukan Anda, berapa vassa yang telah Anda lalui, apakah Anda seorang bhikkhu, samanera, anagarika, atau umat awam; bayangkan batu nisan granit yang hancur jadi debu sehingga tidak ada catatan kehidupan Anda yang tersisa.

Hanya dengan begitulah Anda dapat benar-benar mengatakan bahwa Anda sudah meninggalkan tubuh ini, beserta segenap sejarah kehidupannya. Bayangkan betapa bebas rasanya. Ketika Anda meninggalkan masa lalu Anda, hal itu tidak akan muncul ke dalam meditasi Anda, seolah-olah hal itu telah lenyap. Anda Bebas.

No comments:

Post a Comment