Tuesday, 21 March 2017

MELAWAN ARUS KEEGOISAN DENGAN CARA YANG BENAR

MELAWAN ARUS KEEGOISAN DENGAN CARA YANG BENAR

Keegoisan membawa rasa tidak tenteram,tetapi orang terus saja cenderung menjadi egois tanpa menyadari bagaimana pengaruhnya terhadap mereka.

Kalian dapat mengalami hal ini kapan saja, khususnya saat kalian lapar.Misalkan kalian mempunyai beberapa buah apel dan mempunyai kesempatan untuk membaginya dengan teman-teman; kalian mempertimbangkannya sebentar, dan memang niat untuk memberi sudah ada, tetapi memberi apel yang lebih kecil. Memberikan yang besar... sayang (sulit untuk berpikiran lurus). Kalian menyuruh mereka langsung saja mengambil tetapi kemudian kalian berkata, Ambillah yang ini!" dan memberi apel yang kecil! Ini adalah salah satu bentuk keegoisan yang jarang diperhatikan. Pernahkah kalian seperti ini?


Kalian harus benar-benar melawan arus-memberi semacam itu, meskipun kalian benar-benar ingin memberikan apel yang kecil, kalian harus memaksa diri untuk memberikan yang besar. Tentu saja, segera setelah kalian memberikan apel yang besar kalian akan merasa senang dalam hati.

Melatih pikiran untuk melawan arus seperti ini membutuhkan disiplin, kalian harus tahu bagaimana memberi dan bagaimana melepaskan, tidak membiarkan keegoisan melekat.

Segera setelah kalian belajar bagaimana memberi pada orang lain, pikiran kalian akan menjadi riang.

Jika kalian masih belum tahu bagaimana memberi, jika masih ragu-ragu buah mana yang diberikan, maka bila kalian memaksakan diri dan meskipun kalian akhirnya memberikan apel yang lebih besar, akan tetap ada perasaan enggan. Tetapi segera setelah kalian dengan tegas memutuskan untuk memberikan yang lebih besar, masalahnya terselesaikan dan terlewatkan. Inilah melawan arus dengan cara yang benar.

Dengan melakukan hal ini, kalian memenangkan penguasaan terhadap diri sendiri. Jika tidak dapat melakukan hal ini, kalian akan menjadi korban dan terus menjadi egois.

Kita semua telah menjadi egois di masa lalu. Ini adalah kekotoran batin yang harus dihilangkan. Dalam bahasa Pali, kata 'memberi' adalah 'dana', yang artinya: membawa kebahagiaan pada orang lain. Ini adalah salah satu cara untuk membantu membersihkan pikiran dari kekotoran batin. Renungkanlah hal ini dan kembangkanlah dalam latihanmu.

Kalian mungkin menganggap bahwa cara berpikir seperti ini melibatkan pemburuan diri sendiri, tetapi sebenarnya tidak seperti itu. Sebenarnya ini adalah pemburuan terhadap kemelekatan dan kegelapan batin. Jika kegelapan itu timbul kalian harus melakukan sesuatu untuk menggantinya.

Kekotoran batin sama halnya seperti kucing liar, jika kalian memberinya makanan ia akan terus datang. Tetapi jika kalian berhenti memberinya makan, setelah beberapa hari mereka akan berhenti berdatangan.

Sama halnya dengan kekotoran batin, dia tidak akan datang untuk mengganggu, sehingga pikiran kalian berada dalam damai. Jadi jangan takut menghadapi kekotoran batin itu, melainkan buatlah kekotoran batin itu takut padamu, untuk membuat kekotoran batin takut, kalian harus melihat Dhamma dalam pikiranmu sekarang juga.

Di mana Dhamma muncul? Ia muncul bersama pengertian dan pengetahuan kita.

Semua orang bisa dan mampu mengerti Dhamma, ini bukanlah sesuatu yang harus dicari di buku-buku. Kalian tidak harus belajar banyak untuk bisa melihatnya, renungkanlah sekarang uraian yang tadi saudara dengar maka kalian akan bisa melihat Dhamma, semua dapat melihatnya karena ia berada dalam hati kita masing-masing.

Semua mempunyai kegelapan batin bukan? Jika kalian mampu melihatnya, kalian akan mengerti. Dahulu kalian melihat kekotoran tersebut dan memanjakannya,tetapi sekarang kalian harus mengenali kekotoran batinmu dan tidak mengijinkannya datang dan mengganggumu lagi.

(Cuplikan pilihan dari buku “Meditasi” oleh : YM. Ajahn Chah)

No comments:

Post a Comment