Tuesday, 6 September 2016

Mengapa bhikkhu Theravada diperbolehkan makan daging hewan ?

Tanya : Saya sering mendapatkan pertanyaan dari umat beragama lain, yaitu Mengapa bhikkhu-bhikkhu Theravada diperbolehkan makan daging hewan ?
Bukankah dengan makan daging tersebut secara tidak langsung akan mengakibatkan seseorang (penjagal) akan terus melakukan pembunuhan terhadap hewan agar dagingnya bisa dijual dan dibeli orang untuk dimakan ?

Bagaimana tanggapan Bhante dan bagaimana seharusnya saya menjawabnya? Mohon Bhante memberikan petunjuk. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas jawaban Bhante. Semoga dengan jawaban Bhante dapat memuaskan saya.

Jawab : Dalam peraturan ke bhikkhuan tradisi Theravada, tidak pernah disebutkan adanya keharusan bagi seorang bhikkhu untuk tidak makan daging. Bahkan, pada jaman Sang Buddha ketika ada seorang bbikkhu yang mengusulkan kepada Sang Buddha agar para bhikkhu tidak makan daging, Beliau memberikan jawaban bahwa para bhikkhu diperkenankan untuk melatih diri tidak makan daging, namun latihan ini hendaknya tidak dijadikan suatu peraturan atau keharusan.

Sikap tidak menjadikan sayuranis sebagai peraturan untuk para bhikkhu Theravada ini karena para bhikkhu makan hanyalah untuk sekedar bertahan hidup, bukan menjadi tujuan hidup. Para bhikkhu yang selalu mendapatkan makanan dari para umat hendaknya mudah dirawat dan tidak mempersulit umat. Oleh karena itu, apabila ada umat yang menyediakan para bhikkhu makanan tanpa daging, para bhikkhu tidak akan menolak atau meminta makanan yang lain. Sebaliknya, apabila ada umat yang menyediakan para bhikkhu makanan yang berdaging, maka para bhikkhu juga tidak akan menolak serta meminta makanan yang lain pula. Dengan demikian, umat menjadi lebih mudah menyantuni makanan serta merawat kehidupan para bhikkhu.

Adanya pandangan bahwa jika para bhikkhu tidak makan daging akan mengurangi pembunuhan hewan sebenarnya adalah pandangan yang sangat sempit dan menganggap dunia ini hanya berisi para bhikkhu saja sebagai penduduknya.

Dengan demikian, ketika para bhikkhu tidak makan daging, pembunuhan hewan akan berkurang atau bahkan berhenti sama sekali. Hal ini jelas tidak masuk akal. Buktinya, Indonesia dengan sebagian besar penduduknya tidak mengkonsumsi daging babi, di pasar tradisional daging babi tetap dengan mudah dapat diperoleh.

Terdapat tiga persyaratan daging yang tidak dapat dimakan oleh para bhikkhu yaitu:

1. Melihat,
2. Mendengar, atau
3. Meragukan binatang itu dibunuh untuk dipersembahkan sebagai makanan untuk para bhikkhu.

Dengan adanya tiga persyaratan daging ini maka umat yang membeli daging atau bangkai di pasar setelah dimasak dapat dipersembahkan kepada para bhikkhu tanpa mempunyai kesalahan maupun kamma buruk apapun juga. Di pasar, dibeli ataupun tidak, dimakan bhikkhu ataupun tidak, bangkai itu sudah ada di sana dan sudah terjadi pembunuhan mahluk hidup.

Oleh karena itu, bhikkhu Theravada makan daging ataupun tidak, sebenarnya hal ini sangat tergantung pada umat yang memberikan dana makanan, bukan tergantung pada para bhikkhu yang tidak dapat memesan maupun memasak makanannya sendiri.

Jadi, kalau memang ada umat walaupun dari agama lain mengharapkan bhikkhu Theravada tidak makan daging, sebaiknya mereka dipersilahkan untuk membantu dan mendukung kehidupan para bhikkhu dengan menyediakan SELAMANYA makanan tanpa daging untuk para bhikkhu Theravada di vihara terdekat. Dengan demikian, mereka bukan hanya sekedar memberikan usulan atau bahkan kritikan tentang jenis makanan para bhikkhu, melainkan mereka juga dapat memberikan jalan keluar yang bermanfaat untuk semua fihak

Semoga jawaban ini dapat membantu melengkapi jawaban atas pertanyaan para umat beragama lain tersebut. Semoga bahagia.

No comments:

Post a Comment