Thursday, 24 December 2020

 PUPPHA VAGGA

Kisah Garahadinna

(Dhammapada 4 : 58)

Seperti tumpukan sampah yang dibuang di tepi jalan,

tumbuh bunga teratai yang berbau harum dan menyenangkan hati.

Ada dua orang sahabat bernama Sirigutta dan Garahadinna tinggal di Savatthi. Sirigutta adalah seorang pengikut Buddha dan Garahadinna adalah pengikut Nigantha, pertapa yang memusuhi Sang Buddha.

Dalam hal berkaitan dengan Nigantha, Garahadinna seringkali berkata kepada Sirigutta, “Apa manfaat yang kamu dapatkan menjadi pengikut Buddha? Kemarilah, jadilah pengikut guruku.” Setelah berulang kali dibujuk, Sirigutta berkata kapada Garahadinna, “Katakan padaku, apa yang diketahui oleh gurumu?” Garahadinna mengatakan bahwa gurunya dapat mengetahui segalanya. Dengan kekuatannya, dia dapat mengetahui masa lampau, saat ini, dan masa depan dan juga dapat membaca pikiran orang lain. Maka, Sirigutta mengundang Nigantha untuk datang ke rumahnya untuk menerima dana makanan.

Tuesday, 22 December 2020

MENGAPA VEDANĀ/PERASAAN ADALAH BUKAN DIRI

 Disalin dr fb Bhante Ashin Vappa🙏

MENGAPA VEDANĀ/PERASAAN ADALAH BUKAN DIRI

“Para bhikkhu, jika vedanā adalah diri, inti dari tubuh, maka vedanā tidak akan cenderung menyakiti atau menyusahkan. Dan seseorang akan dapat mengatakan tentang vedanā, “Biarlah vedanā seperti ini (selalu menyenangkan); biarlah vedanā tidak seperti ini (selalu tidak menyenangkan). Adalah mungkin mempengaruhi vedanā dengan cara ini sesuai keinginan seseorang.

sseorang Bhikkhu yang menghidupi ibunya

 GIJJHA-JĀTAKA

Sumber : Indonesia Tipitaka Center

“Seekor burung hering bisa melihat bangkai,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan Sang Guru tentang seorang bhikkhu yang menghidupi ibunya.

Cerita pembukanya akan dikemukakan di dalam Sāma-Jātaka 38 . Sang Guru bertanya kepadanya apakah dia, seorang bhikkhu, benar menghidupi umat awam yang masih hidup di dunia ini. Bhikkhu ini mengiyakannya. “Apakah hubungan dirinya denganmu?” Sang Guru melanjutkan. “Mereka adalah orang tua saya, Bhante.” “Bagus, bagus,” kata Sang Guru; dan meminta para bhikkhu untuk tidak marah kepada bhikkhu ini. “Orang bijak di masa lampau,“ katanya, “telah melayani orang-orang yang bahkan bukan sanak saudaranya, kewajiban orang ini adalah menghidupi orang tuanya sendiri.” Berbicara tentang ini, Beliau kemudian menceritakan sebuah kisah masa lampau.

Monday, 21 December 2020

Sifat Dhammamma

 Dhamma Nature{1} ~ A Dhammatalk by Ajahn Chah

For english please refer the comment box. 

Sifat Dhamma [1/4]

Terkadang, ketika pohon buah-buahan sedang mekar, angin sepoi-sepoi menggoyangkannya dan menyebarkan bunga-bunga yang mekar ke tanah. Beberapa tunas tetap dan tumbuh menjadi buah hijau kecil. Angin bertiup dan beberapa dari mereka juga berjatuhan! Yang lain mungkin menjadi buah atau hampir matang, atau beberapa bahkan matang, sebelum jatuh. Demikian juga dengan orang-orang. Seperti bunga dan buah dalam angin, mereka juga jatuh dalam berbagai tahapan kehidupan. Beberapa orang meninggal ketika masih dalam kandungan, yang lain hanya dalam beberapa hari setelah dilahirkan. Beberapa orang hidup selama beberapa tahun kemudian meninggal, tidak pernah mencapai kedewasaan. Pria dan wanita mati di masa muda mereka. Yang lainnya mencapai usia lanjut sebelum mereka meninggal. Ketika merenungkan atas orang-orang, pertimbangkanlah sifat buah dalam angin: keduanya sangat tidak pasti. Sifat hal-hal yang tidak pasti ini juga dapat dilihat dalam kehidupan biara. Beberapa orang datang ke biara yang bermaksud untuk ditahbiskan tetapi berubah pikiran dan pergi, beberapa dengan kepala yang sudah dicukur. Yang lain sudah menjadi samanera, lalu mereka memutuskan untuk pergi. Beberapa ditahbiskan hanya pada satu Retret Hujan kemudian melepas jubah.