Friday, 1 March 2019

Apakah Sati itu?

Apakah Sati itu?

Kata benda Sati berhubungan dengan kata kerja "sarati" yaitu  mengingat.
Sati dalam arti "ingatan" disebut beberapa kali dalam Sutta.
(Bhikkhu Bodhi 1993, dan Nanamoli 1995).

Sati yang berkonotasi ingatan khususnya menonjol dalam konteks "mengingat kembali" (anussati). Sati akan Buddha (Buddhanussati), Sati akan Dhamma (Dhammanussati), Sati akan Sangha (Sanghanussati), sati akan Sila (Silanussati) dll.
 Pubbenivasanussati adalah ingatan kembali akan kehidupan lampau. Berkaitan dengan semua hal di atas, adalah sati yang memiliki fungsi mengingat kembali
.

Meskipun demikian, melalui kajian yang lebih seksama terhadap arti sati sebagai "ingatan"  ini, terungkap bahwa sesungguhnya sati tidak berarti ingatan, namun sati memfasilitasi dan memungkinkan ingatan.

Ini berarti bila ada sati, ingatan akan dapat berfungsi dengan baik.

Jadi, adanya Sati dengan sendirinya menghasilkan ingatan yang tajam.

 Jadi, jika Sati dipahami dengan cara demikian, itu berarti Sati dalam konteks satipatthana, bukanlah mengingat kejadian-kejadian lampau namun Sati adalah sepenuhnya sadar akan saat ini.

Jadi, dalam konteks meditasi dengan adanya Sati maka kita dapat mengingat hal yang biasanya dengan mudah terlupakan yaitu saat ini.

Ciri khas Sati adalah "hadir" . Oleh karena itu, adanya sati berarti kesadaran yang hadir, artinya dengan adanya sati, kita benar-benar sadar akan saat ini. Karena dengan kesadaran yang selalu hadir, apapun yang kita lakukan, atau katakan akan dipahami dengan jelas, sehingga mudah untuk diingat kembali setelahnya.

Sati diperlukan tidak hanya untuk menyadari sepenuhnya saat ini, namun juga mengingat kembali saat tersebut di kemudian hari.

Selain itu Sati memiliki fungsi tambahan yaitu mempunyai peran pelindung untuk mencegah timbulnya keadaan pikiran yang tidak bajik dengan cara membatasi input indrawi.

Selain itu Sati berfungsi sebagai landasan yang penting untuk mengembangkan tingkat-tingkat ketenangan batin yang lebih mendalam.

Dalam tahap awal meditasi dibutuhkan upaya yang cukup kuat agar tidak hanyut dalam pikiran-pikiran monyet dan Sati yang mantap akan menyebabkan pikiran semakin fokus dan tenang.

Namun, kita harus mempunyai Sati yang benar (samma-sati) bukan sati yang keliru (miccha- Sati). Karenanya, Sati perlu dibarengi dengan usaha yang rajin (atapi), dan tahu dengan jelas (sampajana), serta bebas dari keinginan dan penolakan, itulah yang akan menjadikan Sati yang benar (samma-sati).

Oleh karena itu, untuk memenuhi syarat sebagai samma-sati, Sati harus dipadukan dengan berbagai karakteristik mental lainnya.

Dalam Sutta Manibhadda, Buddha mengatakan bahwa meskipun memiliki berbagai manfaat, Sati itu sendiri tidaklah memadai untuk mengatasi niat jahat. Namun, ini tidak berarti bahwa Sati Tak dapat mencegah munculnya niat jahat, karena adanya Sati sangat membantu seseorang agar tetap tenang ketika menghadapi kemarahan orang lain.

 Demikian juga Sati berperan sebagai persiapan yang penting bagi munculnya kebijaksanaan (pañña).

 Artinya bahwa munculnya kebijaksanaan dalam memahami fenomena hanya ketika pengalaman diketahui melalui Sati.

Hal ini mencerminkan bahwa kita memberikan perhatian sepenuhnya atas hal yang sedang kita alami.

 Disadur dari buku Satipatthana oleh Bhikkhu Analayo

No comments:

Post a Comment