Saturday, 22 October 2016

Mingyur Rinpoche Ini Membuktikan Bahwa Meditasi Itu Santai dan Menyenangkan

Penjelasan Mingyur Rinpoche Ini Membuktikan Bahwa Meditasi Itu Santai dan Menyenangkan
Sutar Soemitro | Senin, 17 Oktober 2016 17.51 PM Dharma

Penjelasan Mingyur Rinpoche Ini Membuktikan Bahwa Meditasi Itu Santai dan Menyenangkan
Budi Widjaja
Bagi Anda yang selama ini punya seribu alasan untuk tidak bermeditasi, setelah menyimak apa yang disampaikan oleh Yongey Mingyur Rinpoche dalam workshop “Awareness and Compassion”, mungkin akan sebaliknya menjadi punya seribu alasan untuk bermeditasi.


Dalam workshop yang diadakan oeh Tergar Meditation Center di Grand Auditorium Universitas Bunda Mulia, Jakarta selama dua hari, 14-15 Oktober 2016 tersebut, Mingyur Rinpoche menjelaskan tentang bermacam-macam teknik meditasi. Menariknya, teknik-teknik meditasi yang dijelaskan menggunakan obyek-obyek yang selama ini justru kita anggap sebagai rintangan, atau biasa disebut sebagai nivarana. Teknik-teknik meditasi yang diajarkan Mingyur Rinpoche juga berhasil membuktikan bahwa meditasi bukanlah sebuah aktvitas yang susah dan berat, melainkan santai dan menyenangkan.

Rinpoche memulai uraiannya dengan menanyakan apakah arti kesadaran (awareness) kepada para peserta workshop. Lalu Rinpoche bertanya, siapa yang sudah tahu artinya? Sejumlah peserta mengangkat tangannya. Rinpoche bertanya kembali, siapa yang belum tahu artinya? Peserta yang selebihnya gantian angkat tangan.

“Yang sudah tahu arti kesadaran, dan sadar bahwa dirinya tahu, itulah kesadaran. Yang belum tahu arti kesadaran, dan sadar bahwa dirinya belum tahu, itu juga kesadaran,” ujar Rinpoche yang membuat para peserta menjadi penasaran.

Lalu Rinpoche mengajak peserta untuk bermeditasi relaksasi. Usai meditasi, Rinpoche kembali bertanya, siapa yang bisa rileks? Sebagian peserta mengangkat tangan. Rinpoche bertanya kembali, siapa yang tidak bisa rileks? Peserta yang selebihnya gantian angkat tangan.

“Yang bisa rileks, dan sadar bahwa dirinya rileks, itulah meditasi. Yang tidak bisa rileks, tapi sadar bahwa dirinya tidak rileks, itu juga meditasi,” ujar Rinpoche.

Lalu Rinpoche membuat sebuah analogi tentang sungai, “Saat kita berada di luar sungai, kita mengamati sungai.” Begitulah meditasi. Mengamati.

“Esensi meditasi adalah kesadaran, dan kesadaran selalu bersama kita 24 jam. Ketika kita sadar bahwa kita tahu tentang arti kesadaran, itu adalah kesadaran. Ketika kita sadar bahwa kita tidak tahu arti kesadaran, itu adalah kesadaran.

“Kesadaran selalu ada bersama kita, bahkan saat kita tidur atau sedang tidak sadar. Tapi kita tidak meditasi selama 24 jam. Kita memiliki kesadaran tapi belum tentu mengetahui kesadaran.

“Meditasi adalah mengenali kesadaran kita, dan kemudian menjaga agar kita selalu mengenalinya,” Rinpoche menekankan.

Menariknya, Rinpoche menjelaskan bahwa kita bisa bermeditasi kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun. Apabila kita bisa melakukan itu, berarti kita pun bisa bahagia kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun. Karena pada saat meditasi, pikiran kita menjadi lentur, jernih dan damai sehingga kita bahagia. Itulah rahasianya kenapa Mingyur Rinpoche dikatakan sebagai orang yang paling bahagia di dunia, karena setiap saat selalu dalam kondisi meditasi dan bahagia.

Agar kita bisa menjaga supaya kita selalu mengenali kesadaran, kita perlu pendukung meditasi. Dan ternyata segala hal yang ada di sekitar kita dan yang sedang kita rasakan bisa menjadi pendukung meditasi, termasuk rintangan-rintangan (nivarana) yang selama ini kita anggap sebagai penghambat meditasi. Bagaimana caranya?

Rinpoche mengajak peserta workshop bermeditasi menggunakan objek berupa kontak oleh panca indera: (1) Apa yang kita lihat, (2) Apa yang kita dengar, (3) Apa yang kita cium, (4) Apa yang kita cecap, dan (5) Apa yang dirasakan oleh tubuh.

Pertama, meditasi pendengaran. Rinpoche mengajak peserta untuk duduk dan menegakkan posisi tubuh, kemudian memejamkan mata. Peserta diminta membuat dirinya rileks tanpa menggunakan objek apa pun. Peserta diminta menjulurkan tangannya ke depan, lalu Rinpoche membunyikan gong. Awalnya bunyinya pelan, lama-lama mengeras. Jika bunyi gong mengeras, tangan digerakkan ke atas. Dan sebaliknya jika bunyi gong mengecil, tangan digerakkan ke bawah.

“Kita telah menyelesaikan meditasi pendengaran,” ujar Rinpoche. Rinpoche menjelaskan, suara apa pun dan kapan pun bukannya mengganggu meditasi, tetapi justru bisa menjadi objek meditasi.

Kedua, meditasi penglihatan. Rinpoche mengeluarkan setangkai bunga mawar, kemudian mengajak semua peserta untuk duduk dan menegakkan posisi tubuh dan pejamkan mata. Setelah rileks, peserta diminta membuka mata untuk kemudian mengamati bunga mawar.

“Mungkin mata melihat bunga, tapi pikiran kita memikirkan gado-gado,” celetuk Rinpoche.

Menurutnya, yang disebut meditasi adalah saat mata dan pikiran kita secara bersama-sama tahu bahwa itu bunga. Kita bisa melakukannya, tapi biasanya tidak bertahan lama, hanya bisa beberapa detik, kemudian pikiran melantur ke mana-mana.

Ketiga dan keempat adalah meditasi penciuman dan meditasi mencecap rasa. Rinpoche mengambil sebotol minuman, kemudian mencium aromanya. “Napas masuk, cium aromanya. Napas keluar, lepas. Baru kemudian diminum, cecap rasanya.

Kelima adalah meditasi merasakan sensasi tubuh. Teknik ini dilakukan dengan melakukan scanning terhadap anggota tubuh dan sensasi rasa yang timbul, kemudian mengamati.

20161017-penjelasan-mingyur-rinpoche-ini-membuktikan-bahwa-meditasi-itu-santai-dan-menyenangkan-2

Esensi Semua Teknik Meditasi: Menyadari
“Banyak teknik meditasi yang diajarkan, tapi sebenarnya hanya ada satu teknik: kesadaran,” Rinpoche menyimpulkan. Jangan menolak apa pun, tapi jadikanlah sebagai pendukung meditasi dengan menerima dan menyadarinya.

“Gagasan utamanya adalah segala sesuatu bisa menjadi pendukung meditasi, kita bisa sadar di mana pun dan kapan pun. Kita bisa meditasi di mana pun dan kapan pun, berarti kita bisa bahagia di mana pun dan kapan pun,” lanjut Rinpoche.

Selain kelima teknik meditasi tersebut, ada tiga teknik meditasi lagi, yaitu (1) Meditasi samatha tanpa objek, (2) Meditasi pikiran, dan (3) Meditasi emosi.

Meditasi samatha tanpa objek atau kesadaran terbuka dilakukan dengan duduk tegak dan memejamkan mata, kemudian tubuh dibikin rileks. Objek yang digunakan adalah tanpa objek, yaitu membiarkan pikiran mengembara ke mana saja, kita tinggal mengamati.

Meditasi pikiran biasanya berkaitan dengan sensasi yang berhubungan dengan tubuh, suara, dan perasaan. Biarkan pikiran datang, jangan dikekang, cukup perhatikan saja. Untuk meditasi pikiran, kita memerlukan pikiran sebagai objek. Tapi, menurut Rinpoche, “Saat mengamati pikiran, pikiran malah hilang. Biasanya banyak pikiran, tapi sekarang malah hilang.” Meditasi ini pada awalnya memang susah, tapi lama-lama akan mudah.

Jika pikiran muncul, Rinpoche menyebutnya seperti menonton televisi 360 derajat 3 dimensi. “Saya menyebutnya inner television. Gratis dan bisa dibawa ke mana-mana, sayangnya programnya jadul dan berulang-ulang yang membosankan. Tapi dengan menonton program yang membosankan ini akan membuat batin kita lebih damai, tenang, dan lentur,” jelas Rinpoche.

Sedangkan meditasi emosi dilakukan dengan mengamati emosi yang muncul akibat sensasi yang terjadi pada tubuh, misalnya rasa sakit, panik, patah hati, senang, malas, dan lain-lain. Tentang sensasi, Rinpoche memberi contoh kecanduan narkoba. Yang menyebabkan orang kecanduan bukanlah narkobanya, melainkan sensasinya.

Dalam meditasi emosi ini, ada empat langkah, yaitu: (1) Amati emosi yang timbul akibat munculnya sensasi dalam tubuh, (2) Jika emosi yang timbul terlalu kuat, coba objek lain atau ciptakan emosi lain sebagai pengganti, (3) Jika emosi makin membesar, mundur satu langkah dan amati apa yang membuat emosi menjadi besar (biasanya karena munculnya kebencian/penolakan), dan (4) Jika merasa lelah, istirahatlah.

Meditasi ini memang tidak mudah. Rinpoche berhasil melakukan teknik meditasi ini untuk menghilangkan trauma panik yang dialaminya ketika masih anak-anak. “Jika bisa lakukan ini semua, emosi negatif akan bisa ditransformasikan (menjadi positif). Bahkan ilmuwan tidak tahu kenapa,” jelas Rinpoche.

Mingyur Rinpoche juga mengajarkan meditasi tidur. Ya, meditasi tidur! Caranya adalah dengan mengamati rasa kantuk sampai akhirnya tertidur. Jika tidak mengantuk, gunakan meditasi tanpa objek sampai akhirnya tertidur. Tanda-tanda apakah kita berhasil melakukan meditasi tidur atau hanya tidur biasa ada dua, yaitu: (1) Tidak ada mimpi, dan (2) Terbangun dalam kondisi segar.

Jika kesemua teknik meditasi tersebut masih tidak cocok juga, Rinpoche mengajarkan satu teknik meditasi lagi, yaitu meditasi melupakan kesadaran. Meditasi ini adalah kebalikan dari semua teknik meditasi yang disebutkan sebelumnya. Jika meditasi biasanya menekankan kita untuk sadar, teknik meditasi ini justru sebaliknya, membiarkan kita untuk tidak sadar. Caranya adalah dengan mendorong pikiran kita untuk hanyut dalam pikiran monyet nakal (monkey mind).

Teknik meditasi ini bagus untuk melepas kemelekatan. Saat pikiran dijejali ‘meditasi kesadaran’ justru akan susah sadar. Tetapi sebaliknya saat dijejali ‘meditasi melupakan kesadaran’, malah susah hanyut, yang berarti sadar terus. Ini seperti kita bermeditasi dengan objek ‘jangan memikirkan gado-gado’. Semakin pikiran kita dipaksa untuk tidak memikirkan gado-gado, pikiran kita justru akan makin memikirkan gado-gado.

20161017-penjelasan-mingyur-rinpoche-ini-membuktikan-bahwa-meditasi-itu-santai-dan-menyenangkan-3 20161017-penjelasan-mingyur-rinpoche-ini-membuktikan-bahwa-meditasi-itu-santai-dan-menyenangkan-4

Menjadikan Meditasi Sebagai Kebiasaan
Setelah belajar dan praktik tentang teknik-teknik meditasi, Rinpoche mendorong para peserta untuk menjadikan meditasi sebagai kebiasaan sepulang dari workshop. Rinpoche memberi PR kepada peserta untuk bermeditasi sebanyak 50 jam dalam 6 bulan: 25 jam meditasi pendengaran-penglihatan-penciuman-pencecapan-sensasi tubuh-kesadaran terbuka dan 25 jam meditasi pikiran dan emosi.

“Jika sudah selesaikan (PR ini), kita akan mendapatkan peta lengkap tentang meditasi yang bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Rinpoche.

Rinpoche juga menambahkan, untuk menjadikan meditasi sebagai kebiasaan, lakukan meditasi 5 menit setiap hari selama 20-30 hari. Lama-lama otot tubuh akan menyesuaikan sehingga menjadi terbiasa. Setelah itu baru ditingkatkan lagi durasinya.

“Pengalaman meditasi selalu berubah, seperti pasar saham. Naik-turun, naik-turun. Lama-lama akan stabil. Kita harus menerimanya,” ujar Rinpoche. Pengalaman meditasi bukan yang paling penting, yang lebih penting adalah niat. Niat itu yang akan membawa pada realisasi untuk bermeditasi.

Teknik-teknik meditasi tersebut biasanya diajarkan dalam workshop Joy of Living 1. Workshop ini terdiri dari tiga level. Banyak teknik untuk bermeditasi, tinggal disesuaikan dengan kondisi kita. “Orang pikir kan selama ini meditasi harus butuh waktu, harus konsentrasi, harus butuh sesuatu yang spesial. Tapi ternyata apa pun yang kita lakukan, selama kita memiliki awareness (kesadaran), itu adalah meditasi. Karena esensi dari meditasi adalah kesadaran,” ujar Bhiksu Sakya Sugata, salah satu peserta workshop.

Sedangkan Ardi, peserta lain menjadi menyadari kesalahannya dalam menyikapi halangan meditasi (nivarana) selama ini. “Yang selama ini kita anggap obstacle (halangan), dulu dianggapnya halangan. Kita berusaha gimana caranya ngilangin halangan-halangan itu, ternyata malah bisa men-support meditasi kita,” ujar Ardi.

“Saya dicerahkan bahwa ada metode untuk bikin kita happy. Kita berhak loh untuk happy terus dan kita dikasih tahu caranya,” ujar Luli, seorang peserta lainnya.

Pengalaman yang didapat perempuan berjilbab ini dari workshop juga diakuinya justru makin meningkatkan kehidupan spiritualnya sebagai pemeluk agama Islam. “Rasanya ini ajaran yang tidak terikat pada agama. Semua orang punya path (jalan) masing-masing untuk mencari yang terbaik untuk dia. Justru saya makin belajar tentang diri kita sendiri, yang saya rasakan saya justru makin melakukan ajaran agama saya dengan lebih baik. Jadi membantu saya untuk meningkatkan spiritual saya dalam aktivitas religi saya,” tambah Luli.⁠⁠⁠⁠

No comments:

Post a Comment