Friday, 8 September 2023

Insight dan Perenungan.

 Insight dan Perenungan. 

Ajahn Sumedho

Diterjemahkan oleh Ervin Liong


[Insight hanya bisa datang melalui perenungan / refleksi; mereka tidak bisa datang melalui keyakinan. Jika Anda menemukan bahwa dengan melekat pada keinginan Anda adalah pembebasan, maka lakukanlah. MELEKATLAH PADA SEMUA KEINGINAN DAN LIHATLAH HASILNYA.]

Seluruh tujuan ajaran Buddha adalah mengembangkan pikiran reflektif untuk melepaskan delusi. EMPAT KEBENARAN MULIA ADALAH AJARAN TENTANG MELEPASKAN DENGAN MENYELIDIKI ATAU MELIHAT KE DALAM — MERENUNGKAN: 'Mengapa seperti ini? Kenapa begini? 'Adalah baik untuk merenungkan hal-hal seperti mengapa para biarawan mencukur kepala mereka atau mengapa Buddha-rupa terlihat seperti yang mereka adanya. Kita merenungkan ... pikiran juga membentuk opini tentang apakah ini baik, buruk, berguna atau tidak berguna. Pikiran sebenarnya membuka dan mempertimbangkan, 'Apakah artinya ini? Apa yang dilambangkan oleh para biarawan? Mengapa mereka membawa mangkuk sedekah? Kenapa mereka tidak bisa memiliki uang? Mengapa mereka tidak bisa menanam makanan mereka sendiri? 

Monday, 22 March 2021

RENUNGAN: "Sebenarnya"

 RENUNGAN: "Sebenarnya"

👉 Berbuat baik pada orang itu kelihatannya maupun faktanya, akan tetapi sebenarnya; ketika orang berbuat baik membantu orang lain, itu berbuat baik pada dirinya sendiri. Jika hukum kebenaran yang digunakan orang untuk memahahi, akan perbuatan baik itu.

👉 Perbuatan jahat pada orang yang dilakukan, itu hanya kelihatannya berdasar fakta. Akan tetapi yang sebenarnya, orang melakukan perbuatan jahat pada orang lain itu, melakukan kejahatan pada dirinya sendiri. Karena setiap perbuatan, pasti kembali pada pelakunya, tinggal tunggu waktunya saja. Jika orang memahami dari hukum kebenaran, bukan hanya dilihat dari faktanya yang terlihat oleh mata.

👉 Sebenarnya dari diri sendiri kebaikan mau pun kejahatan, bukan berasal dari orang lain. Seperti halnya orang bercermin, bukan cermin menyediakan warna pakaian yang dipakai. Akan tetapi, cermin hanya memantulkan atau mengembalikan warna pakaian yang digunakan orang saat bercermin.

👉 Dengan menyadari serta memahami hukum kebenaran sebab akibat, orang hanya akan berbuat baik, dan semangat melakukan kebaikan kepada siapa pun; karena orang lain hanya sebagai sarana untuk berbuat baik. Yang sebenarnya kebaikan itu untuk dirinya sendiri.

✍️ (B.Saddhaviro)

Wednesday, 10 February 2021

MUSUH YANG SANGAT KITA SAYANGI BERNAMA KLESHA

 MUSUH YANG SANGAT KITA SAYANGI BERNAMA KLESHA


"Apa yang sebelumnya terjadi?

Seseorang sudah di dalam pikiranku sejak waktu tak bermula.

Kapan itu terjadi?

Sekejap pun pikiran itu tidak pernah lenyap.

Siapakah mereka?

Aku hidup, dan hidup lagi, faktor-faktor mental pengganggu.

Dan pada akhirnya?

Mereka akan meninggalkanku untuk membusuk di dalam samudera penderitaan hidup, yang tak kelihatan ujungnya.


Bagaimana dengan karma?

Ia datang bagai angin, dengan segala hal yang tak pernah kuinginkan.

Seberapa jauh?

Ia menderaku dalam segala arah, mengobarkan gelombang besar, ketiga jenis penderitaan.

Seberapa lama?

Bisa jadi aku mengembara di samudera ini untuk selama-lamanya; suluh akan berputar, dan lingkaran api pun berkobar.


Apa yang seharusnya kulihat?

Pikirkanlah ini, dan lihatlah betapa gangguan-gangguan pada batin adalah musuh sesungguhnya.

Apa yang seharusnya dilakukan?

Musuh berupa keinginan menjalani kehidupan saat ini haruslah binasa.

Siapa yang akan melakukannya?

Berpura-puralah engkau cukup ksatria untuk menjadi sosok yang melakukannya.


Kapan ia akan datang?

Musuh-musuhmu, gangguan-gangguan di dalam batin, senantiasa di sana menunggu, siap sedia untuk bertempur.

Lalu sekarang?

Waktunya sudah pasti telah tiba: majulah sekarang juga dan taklukkan mereka.


Y.M.S. Dalai Lama V - Instruksi Lisan Manjughosa


Seperti yang ditunjukkan oleh baris-baris di atas, ada satu hal yang bertindak selaku penyebab akar dari seluruh penderitaan kita di dalam lingkaran kehidupan. Ini tak lain tak bukan adalah musuh dalam bentuk faktor-faktor mental pengganggu (Klesha), yang begitu kita sayangi, begitu dekat dengan hati kita.


Simak artikel selengkapnya di tautan berikut ini: 

https://www.facebook.com/8479004128828105/posts/23970008672634400/

Monday, 8 February 2021

Praktik Niat Baik

 Praktik Niat Baik

Bhikkhu Ṭhānissaro

Sang Buddha mengawali instruksi-instruksinya [kepada Rāhula, putranya] dengan gambar dari sebuah cermin: Sama seperti Anda menggunakan sebuah cermin untuk melihat bagaimana Anda memandang orang lain, Rāhula harus melihat tindakan-tindakannya untuk melihat bagaimana penampilannya di mata yang bijak. Dan yang bijak akan menyuruhnya menilai tindakannya seperti ini:

— Apa pun yang dia lakukan dalam pemikiran, perkataan, dan perbuatan, pertama-tama dia memeriksa niatnya: 


— Jika dia mengetahui sebelumnya bahwa tindakan yang dia rencanakan akan menyebabkan bahaya (melukai) di dalam atau di luar, dia tidak boleh bertindak berdasarkan niat itu. Jika dia tidak mengetahui sebelumnya bahayanya, dia bisa terus maju dan bertindak. 


— Saat bertindak, dia memeriksa hasil-hasil tindakannya. Jika dia menyebabkan bahaya yang tidak terduga, dia harus berhenti. Jika tidak, dia bisa melanjutkan tindakannya.


— Setelah tindakan selesai, dia harus melihat hasil-hasil jangka panjang dari tindakan tersebut. Jika ternyata dia telah menyebabkan bahaya [melukai] dalam PERKATAAAN ATAU PERBUATAN, dia harus membicarakannya dengan seorang teman terpercaya pada sang jalan yang akan menasihatinya tentang bagaimana untuk menghindari penyebab bahaya itu terulang kembali. 


Kemudian dia harus memutuskan untuk tidak mengulangi tindakan itu. Jika PEMIKIRAN-PEMIKIRANNYA menyebabkan bahaya, DIA SEHARUSNYA MERASA MALU DENGAN PEMIKIRAN SEPERTI ITU DAN BERTEKAD UNTUK TIDAK MENGULANGINYA. Namun, jika dia tidak menyebabkan bahaya, dia harus bersukacita atas kemajuannya pada sang jalan tersebut, dan terus berlatih.


Dengan cara ini, Sang Buddha tidak begitu saja menyuruh Rāhula untuk tidak menyakiti. Sebaliknya, dia mengatakan kepadanya, pada dasarnya, "COBALAH UNTUK TIDAK MENYEBABKAN BAHAYA (MELUKAI), TETAPI JIKA ANDA MENYEBABKAN BAHAYA, INILAH CARA ANDA BELAJAR DARI KESALAHAN-KESALAHAN ANDA." Ini menunjukkan dasar praktik niat baik yang meliputi ajaran-ajaran ini.


Refleksi dari Ajahn Geoff [Thanissaro Bhikkhu] ini berasal dari buku: First Things First, (pdf) hlm. 15-16.


Diterjemahkan oleh Ervin Liong

Sunday, 7 February 2021

Melihat secara obyektif

 RENUNGAN: "Melihat secara obyektif"

👉 Ketika orang benci, dan rasa benci itu tumbuh berkembang dalam batin, semuanya terlihat jelek. Walau pun orang baik, tidak terlihat kebaikannya. Jangan melihat dengan kebencian pada orang lain, tidak akan terlihat sebenarnya, karena pengaruh dari sifat benci itu, tidak bisa terlihat secara obyektif.  


👉 Ketika orang suka, dan rasa suka itu tumbuh berkembang menguasai batin, semua yang terlihat pada orang tersebut menjadi indah. Jika melihat pada orang yang disukai dengan perasaan suka, maka nyaris sempurna, dan  tidak terlihat akan kekurangannya. Demikianlah rasa suka itu tidak akan obyektif, untuk melihat tidak akan terlihat sebenarnya.


👉 Ketika orang netral, dan batinnya tidak dikuasai oleh rasa benci maupun suka, jika melihat orang akan terlihat sebagaimana adanya orang tersebut. Akan terlihat kekurangannya, mau pun terlihat dari kelebihannya secara obyektif, jika batin dalam keadaan netral.


👉 Orang bisa benci, sebelum sempurna. Dan orang juga sering merasa suka, pada orang lain. Keduanya rasa benci dan suka, tidak bisa digunakan melihat secara obyektif, hanya dengan batin seimbang serta perasaan yang netral, bisa melihat orang lain secara obyektif.


✍️ (B.Saddhaviro).