"Kasus Misterius"
Kisah inspiratif bagi para yogi yg sering berlatih meditasi hingga memasuki samadhi
----------------------------------------------------------------------------
Ketika Ajahn Mun hidup di Wihara Ban Nong Pheu, seorang perempuan berusia lanjut, pengikut awam berjubah putih dari masyarakat setempat
yang memiliki rasa hormat besar kepada beliau, datang ke wihara dan memberitahukannya mengenai sebuah pengalaman yang ia dapati ketika bermeditasi.
Ketika ia duduk bermeditasi pada saat larut malam, citta-nya "berkumpul", jatuh secara mendalam ke samadhi
Tetap bergeming secara mutlak dalam keadaan itu selama beberapa saat, ia mulai menyadari sebuah sulur seperti benang yang sangat halus mengalir keluar dari citta-nya dan keluar dari tubuhnya.
Rasa penasarannya terpicu, dan ia mengikuti aliran citta-nya untuk menemukan ke mana ia pergi,
apa yang tengah dikerjakannya, dan mengapa.
Dalam melakukan hal itu, ia menemukan bahwa arus kesadaran nan halus ini sedang bersiap-siap untuk mengatur sebuah tempat kelahiran baru di dalam rahim keponakan perempuannya sendiri
yang hidup di dalam desa yang sama meskipun faktanya ia sendiri masih sangat sehat.
Penemuan ini mengguncangnya, sehingga ia merasa sangat masigul ketika ia mengetahui bahwa keponakannya itu sudah mengandung selama satu bulan
Pagi berikutnya, ia bergegas pergi ke wihara dan menceritakan seluruh kejadian ini kepada Ajahn Mun.
Mendengarkan tanpa bicara, banyak bhikku yang ikut mendengar apa yang perempuan itu katakan.
Tidak pernah mendengar hal seperti ini sebelumnya, kami semua merasa terheran-heran dengan kisah yang demikian aneh.
Saya terutama sangat tertarik dalam masalah ini dan bagaimana Ajahn Mun akan menjawab perempuan tua itu.
Kami duduk dengan diam sempurna, menahan napas dalam antisipasi, semua mata tertuju kepada Ajahn Mun, menunggu mendengar jawabannya.
Beliau duduk dengan mata tertutup selama dua menit kemudian berbicara kepada perempuan tua itu,
mengatakan kepadanya apa tepatnya yang ia harus lakukan.
Kali berikutnya citta-mu berkumpul ke dalam ketenangan seperti itu,amati dengan seksama aliran citta-mu.Seandainya kamu memerhatikan bahwa aliran citta-mu telah keluar lagi, maka kamu harus memusatkan untuk memutus aliran keluar tadi dengan kebijaksanaan, ia tidak akan muncul kembali pada masa depan
Tetapi merupakan keharusan bahwa kamu dengan seksama mengamatinya dan kemudian sepenuhnya memusatkan batin untuk memotongnya dengan kebijaksanaan.
Jangan sekedar melakukannya dengan setengah hati, atau jika tidak, kuperingatkan, ketika kamu meninggal, kamu akan terlahir kembali dalam rahim keponakanmu
Ingat baik-baik apa yang kuberitahukan kepadamu.Jika kamu tidak berhasil memotong aliran keluar dari citta-mu, ketika kamu meninggal, kamu pasti akan terlahir dalam rahim keponakanmu
Aku tidak memiliki keraguan dalam hal ini.
Setelah menerima nasihat ini, perempuan tua itu kembali ke rumah.
Dua hari kemudian ia datang ke wihara dengan cerah dan riang.
Tidak memerlukan pandangan cerah apa pun untuk bisa tahu dari ekspresinya bahwa ia telah berhasil.
Ajahn Mun mulai menanyainya ketika perempuan itu duduk.
Apa yang terjadi? Apakah kamu berhasil mencegah dirimu terlahir kembali dalam rahim keponakanmu meskipun kamu sekarang masih sangat sehat?
Ya, saya memutus hubungan itu pada malam pertama.
Segera setelah citta saya berkumpul ke dalam tahapan ketenangan sempurna, saya memusatkan perhatian ke sana,
saya melihat hal yang sama persis dengan yang telah saya lihat sebelumnya.
Jadi saya memusatkan perhatian untuk memotongnya dengan kebijaksanaan intuitif, seperti yang Anda katakan, sampai akhirnya itu putus.
Sekali lagi kemarin malam saya mengamati dengan seksama dan tidak bisa menemukan apa pun--ia telah lenyap
Hari ini saya tidak bisa lagi menunggu lebih lama.
Saya harus datang dan menceritakannya kepada Anda."
"Baiklah, ini adalah sebuah contoh yang baik bagaimana betapa halusnya citta bisa mewujudkan.
Hanya seseorang yang mempraktekkan meditasi yang bisa menyadari keberadaan hal-hal demikian--tidak ada cara lain.
Kamu hampir menjadi mangsa bagi kilesa, yang tengah bersiap mendorongmu ke rahim keponakanmu tanpa kamu sadari.
Baik sekali kamu mengungkapnya dalam meditasi dan berhasil mengatasinya pada saat yang tepat."
Begitu aliran citta bibinya ke rahim keponakannya telah diputus, keponakan perempuan tadi mengalami keguguran kandungan, sehingga memutus hubungan itu untuk selamanya.
Segera para bhikkhu di wihara mulai memikirkan dua pertanyaan yang menyangkut peristiwa itu:
yang pertama berkaitan dengan orang yang belum akan mati, yang lainnya berhubungan dengan keguguran kandungan.
Perempuan tua itu tidak pernah memberi tahu siapa pun di desa mengenai apa yang terjadi, sehingga tidak seorang pun mengetahui mengenainya.
Tetapi setelah mendengar seluruh kisahnya yang diceritakan kepada Ajahn Mun, para bhikkhu mengetahui insiden itu dengan baik.
Hal ini memunculkan beberapa pertanyaan, sehingga para bhikkhu memohon penjelasan kepada Ajahn Mun.
Terhadap pertanyaan:
"Bagaimana mungkin seseorang yang belum meninggal bisa mulai terlahir ke dalam sebuah rahim?", beliau menjawab sebagai berikut:
Ia hanya sedang bersiap untuk terlahir kembali, proses itu belum selesai dengan sempurna
Adalah hal yang umum untuk melakukan persiapan sebelum memulai pekerjaan.
Dalam hal ini, ia sedang membuat persiapan, tetapi belum menyelesaikannya.
Sehingga tidak tepat untuk mengatakan bahwa seseorang bisa terlahir kembali ketika ia masih hidup.
Tetapi seandainya ia tidak begitu waspada, ia tentu akan membangun sebuah rumah yang baru dalam rahim keponakannya."
Terhadap pertanyaan kedua:
"Tidakkah memotong aliran citta yang menghubungkan perempuan tua dengan keponakan perempuannya berarti menghancurkan kehidupan seorang manusia?
beliau menjawab sebagai berikut:
"Apanya yang dihancurkan?
Ia hanya memutus aliran citta-nya.
Ia tidak memenggal kepala sesosok makhluk hidup.
Citta tetap berada dalam perempuan itu sepanjang waktu;
ia hanya mengirimkan sebuah sulur untuk menempel pada keponakannya.
Segera setelah ia menyadarinya dan memotong aliran akhir dari masalah ini."
Poin pentingnya di sini adalah
Ajahn Mun tidak menyangkal perempuan tua itu ketika menjabarkan bagaimana aliran citta-nya telah keluar diam-diam untuk mencari tempat dalam rahim keponakannya.
Beliau tidak menentang kebenaran dari pengalamannya, memberi tahu perempuan itu bahwa ia salah atau ia seharusnya mempertimbangkan kembali kenyataan dari asumsinya
Alih-alih, beliau bereaksi dengan membahas mengenai pengalamannya secara langsung.
Kisah ini sangat menarik karena sesungguhnya terdapat sebuah alasan yang baik mengapa citta perempuan itu mengalir ke dalam keponakannya.
Perempuan itu mengatakan bahwa ia sangat suka dengan keponakannya, selalu menjaga hubungan dan selalu memanjakannya.
Tetapi ia tidak pernah mengira bahwa ada sesuatu yang misterius yang mengintai di dalam hubungan mereka,
menunggu untuk mengendap-endap keluar dan menyebabkannya terlahir kembali sebagai anak keponakannya.
Jika Ajahn Mun tidak membantu memecahkan masalah ini,ia pasti akan berakhir dalam rahim keponakannya.
Ajahn Mun menyatakan bahwa berada jauh di luar kemampuan orang biasa untuk memahami betapa rumitnya citta,
membuat sangat sulit bagi mereka untuk menjaga citta dan mencegahnya dari menghancurkan kesejahteraan mereka sendiri.
Seandainya perempuan itu tidak memiliki dasar dalam meditasi samadhi,ia tidak akan memiliki sarana untuk memahami bagaimana citta berfungsi dalam hubungannya dengan hidup dan mati
Meditasi samadhi merupakan sarana efektif untuk menghadapi citta dengan sepatutnya
Hal ini terutama berlaku dalam persimpangan penting kehidupan di mana penyadaran penuh dan kebijaksanaan adalah bantuan yang sungguh sangat penting dalam memahami dan menjaga citta.
Ketika kemampuan ini telah dikembangkan dengan baik,
mereka mampu dengan efektif mencegah dan menetralkan penderitaan hebat supaya tidak menaklukan hati pada saat kematian.
Kematian adalah masalah yang mutlak penting ketika kekalahan berarti, paling minimal , kehilangan kesempatan dalam kehidupan berikutnya.
Sebagai contoh, seseorang yang lalai pada saat kematian bisa terlahir kembali sebagai seekor binatang dan terpaksa menghabiskan waktu, terperangkap selama di alam rendah pula
Akan tetapi, jika citta itu piawai, setelah memiliki cukup penyadaran penuh untuk bisa menyokongnya dengan patut, maka kelahiran seorang manusia setidaknya adalah hal yang bisa diharapkan terjadi
Di atas itu, seseorang bisa terlahir di alam surgawi dan menikmati berbagai kesenangan surgawi selama jangka waktu yang lama sebelum pada akhirnya terlahir kembali sebagai manusia.
Ketika terlahir kembali sebagai manusia, kecenderungan bajik yang telah dikembangkan dalam kehidupan sebelumnya tidak terlupakan.
Dengan cara inilah, kekuatan dari kebajikan alami seorang individu meningkat setahap demi setahap seiring setiap kelahiran sampai citta mendapatkan kekuatan dan kemampuan untuk menjaga diri sendiri
Kematian kemudian hanya menjadi sekadar proses di mana seorang individu menukarkan satu wujud jasmaninya dengan wujud lainnya, maju dari yang lebih rendah ke lebih tinggi, dari wujud eksistensi yang lebih kasar sampai ke yang lebih halus
realisasi pada akhirnya terbebas dari lingkaran samsara menuju kebebasan Nibbana.
(Oleh: Ajahn Maha Boowa Nanasampanno)
===================================
Semoga kisah di atas menjadi guru penting bagi kita semua,di saat menghadapi hal yg serupa menjadi mengerti untuk mencegahnya
semoga dhamma ini menjadikan kebaikan dan manfaat besar pagi para yogi (((🙏)))
No comments:
Post a Comment