Tuesday 14 February 2017

I AM TIRED TO FAITH

I AM TIRED TO FAITH --- Kisah nyata perjalanan tradisi hutan Theravada di Europe/eropa--- oleh Mendiang Bhikkhu Ajahn Chah Bodhinyana.

Ketika sampai di barat beserta rombongan Bhikkhu muridnya, Ajahn Chah mengubah Gereja menjadi Vihara tempat ia dan muridnya tinggal kala itu. Namun rombongan Bhikkhu tidak mengubah sisi luar bangunan yang masih persis gereja. Ajahn Chah dan para siswanya hanya merapikan bagian dalamnya untuk ditinggali buat para Bhikkhu
.

Tantangan terbesar adalah saat itu adalah pertama kalinya orang-orang kristen di sana melihat Bhikkhu Buddhis, dan juga pertama kalinya melihat ajaran Buddha di barat. Dan seorang pendeta gereja dengan percaya dirinya menawarkan Tuhannya sebagai juru selamat dan memberikan sebuah alkitab kepada dua murid dari Ajahn Chah, para Bhikkhu murid Ajahn Chah hanya tersenyum saja menyikapi hal ini.

Dan rasa penasaran orang-orang di lingkungan Vihara baru disana membuat warga penasaran, dan berbondong-bondong mendatangi Bhikkhu untuk memberi dana makanan serta memberi pertanyaan. Sebagaimana orang yang tidak pernah mendengar Dhamma ajaran Buddha sama sekali, yang pertama ada di pikiran mereka pastilah 'mengajukan pertanyaan'.

Tingkat ketertarikan dari kalangan muda maupun yang tua, setelah mendengarkan Dhamma tahapan awal dari Ajahn Chah, dan menerima ajaran Meditasi untuk pertama kalinya, sangatlah bagus.

Yang paling berkesan adalah ucapan pria tua yang berkata:

'I'm tired, to believing; I am the God, I am the creator, I am the Saviour, but Buddhism is different than other religion.
They came from far away, from the east, then teach Buddhism in here, is a right answer for me. Because Buddhism says ; UNDERSTANDING IS MORE IMPORTANT THAN BELIEVING'.

Sebuah pengakuan yang luar biasa dari seorang pria tua yang seumur hidupnya baru pertama kali bertemu ajaran agama yang berkata:

PEMAHAMAN ADALAH LEBIH PENTING DARI PADA IMAN.

Dan kini tak perlu dipertanyakan bagaimana Buddhism perkembangannya amat pesat di barat.
Tak hanya Theravada, bahkan Mahayana, Zen hingga Vajrayana juga tumbuh subur di kalangan masyarakat barat yang telah jemu dengan doktrin-doktrin 'Tuhan maha ini itu'.

Sebab ajaran Buddha mengajarkan hal yang terbalik dari doktrin agama yang umumnya memuja tuhan yang penuh 'aku' , Buddhism mengajarkan hal yang sebaliknya, bukan menyuruh seseorang melekati doktrin/beriman kepada Buddha, namun Buddha sendiri menganjurkan seseorang untuk menginvestigasi dulu sebuah dogma sebelum dilekati sebagai agama. Bahkan Buddha berkata; JANGAN PERCAYAI BEGITU SAJA, MESKI ITU BUDDHA SENDIRI YANG MENGUCAPKANNYA.

Ada masanya orang telah lelah dengan dogma-dogma agama 'ada Tuhan penyelamat', sejak dahulu manusia mempercayai hal ini, hingga kini janji-janji Tuhan itu, janji-janji agama Tuhan itu terus dikumandangkan, tanpa peduli bukti kebalikannya sudah tak terhitung banyaknya abad demi abad. Di era teknologi yang semakin canggih, pemikiran manusia yang semakin cerdas, orang-orang yang cerdas melihat janji-janji surgawi adalah hal yang tidak menarik lagi untuk digeluti, orang barat sangat maju dalam gaya berpikir, sehingga pemikiran-pemikiran kuno yang bertentangan dengan realita tak lagi di anut oleh orang barat kebanyakan, terutama agama-agama yang mendoktrin erat pengikutnya untuk tidak dapat berpikir melebihi Tuhan agama tersebut, dikarenakan hal inilah atheism lebih banyak mencetak ilmuwan, karena ilmu agama tidak bisa menghasilkan ilmuwan.
Boleh jadi orang beragama menjadi ilmuwan, namun ia menjadi ilmuwan bukan karena ilmu agamanya, tetapi karena sains.
Dan di barat, pelajaran agama di pisah sekolahnya dengan sains.

Buddhism sering di sebut oleh ilmuwan barat sebagai:

SCIENCE OF MIND.

Bahkan ada celoteh yang kurang tepat yang pernah saya dengar, mengatakan:

Agama Buddha hanya cocok untuk orang ilmuwan.

Hal ini mungkin karena kapasitas orang tersebut tidak mumpuni untuk menerima Dhamma, lantaran takut mendengar kebenaran.
Karena kebiasaan lingkungan kita adalah mendoktrin anak-anaknya untuk mempercayai bualan, jadi sejak kecil sudah terbiasa diberi makan bualan, sehingga ketika disuguhkan kebenaran, akan susah untuk dicerna olehnya.

Meski banyak ilmuwan yang lebih tertarik pada Buddhism atau ajaran Buddha, tetapi ajaran Buddha memiliki tahapan, bahkan di zaman Sang Buddha, beliau tak hanya mengajar pada para Brahmana, dan raja, tetapi dari petani hingga pelacur juga di ajari Dhamma yang sesuai kapasitas mereka.
Jadi Dhamma sebetulnya adalah bisa dipraktikkan untuk difahami oleh siapa saja. Cara memahaminya adalah dengan mempraktikkan instruksi-instruksi Buddha dalam Sutta. Bukan dengan menghafal tulisan teori.

Karena kata Ajahn Chah---LEMON ITU ASAM APABILA DI MAKAN.

DEMIKIAN PULA DHAMMA AJARAN BUDDHA, TAK DAPAT DIMENGERTI APABILA TIDAK DICICIPI DENGAN MEMPRAKTIKKANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

Seorang Buddhis tidak dijanjikan surga abadi setelah mati, apabila semasa hidup beriman kepada Buddha. Karena Buddha mengatakan kepercayaan semacam itu adalah KEBODOHAN.

Tentu anda bodoh apabila mempercayai hal-hal yang tak dapat dibuktikan semasa hidup. Kalau harus menunggu mati dulu, anda tak dapat membuktikan apapun. Jangankan untuk membuktikan ada surga abadi di alam kematian, bahkan anda kentut saja sudah tidak bisa.
jangankan anda bisa membuktikan ada roh dalam tubuh anda sebagai jiwa anda yang akan kekal di surga bersama Tuhan, pada waktu hidup saja manusia sejak dulu hingga sekarang tak pernah bisa membuktikan roh & Tuhan itu ada untuk tampil di depan publik.

Dari dulu hanya berupa keyakinan orang beragama saja, karena
itulah agama disebut sebagai KEPERCAYAAN, bukan kebenaran.

Buddhism atau Buddha mengajarkan agar seseorang >>> MENGINVESTIGASI KEBENARAN SUATU DOKTRIN, MENYELIDIK SUATU DOGMA, SERTA MENYIDIK SUATU GURU<<<<

Seperti kata Buddha 'JANGAN JADI ORANG BODOH'.

Maha Anumodana_()_

Terimakasih Yang Mulia Mendiang Ajahn Chah, karena agama Buddha hidup di seluruh dunia di abad 20-21 berkat jasa besar Luang Por.

No comments:

Post a Comment