5. Jangan Melamun / Menghayal. Penuh Perhatian pada Kegiatan Sehari – hari.
Di dalam kitab Digha
Nikaya, bab Sattipathana Sutta, Sang Buddha berkata bahwa “ Perhatian Penuh
“ ( atau disebut Sati ) merupakan jalan yang paling singkat untuk mengakhiri
segala penderitaan.
Buddha menganjurkan perhatian penuh pada segala aktifitas
sehari hari. Seperti berjalan, duduk, berbaring, makan, minum, bekerja,
berpikir, pokoknya semua kegiatan.
Sekitar November 2014, saat liver saya sedang sakit
karena insomnia menahun, iseng iseng saya mempraktekkan meditasi jalan. (Yang dimaksud dengan meditasi jalan ( TINGKAT DASAR ) sebenarnya cuma
memperhatikan langkah kaki, dan segala sensasinya saat kaki melayang dan
menyentuh lantai.). Saat itu juga terasa agak nyaman, dan mengantuk,
padahal saya insomnia. Baru berjalan sekitar 10 menit langsung bisa tidur.
Bangunnya lumayan segar, padahal biasanya kalau bangun tidur gak segar. Bahkan
saya jadi bisa merasakan bentuk liver itu kira kira seperti apa, karena merasa
nyaman di seluruh bagian organ liver.
Awalnya, saya kira ini cuma kebetulan, tapi sekitar tujuh
bulan kemudian, yaitu juni 2015, saya baca di Anguttara Nikaya V.............ada lima manfaat dari sering
meditasi jalan, yaitu :
1.
Mampu menempuh perjalanan jauh.
2.
Memiliki semangat yang baik dalam bermeditasi
3. BISA MEREDAKAN PENYAKIT
4. Memelihara
kesehatan organ pencernaan.
5. Bisa
lebih lama berkonsentrasi.
Ada
yang berpendapat seperti ini : “ Jika beraktifitas sambil melamun, maka energi
/ batere hidup akan melemah, kualitas hidup akan menurun, usia akan lebih
pendek. Sebaliknya, jika beraktifitas dengan penuh perhatian, maka energi hidup
akan terpelihara, kualitas hidup akan terjaga baik, bisa panjang usia.
Pengalaman
saya sendiri, jika berlatih Qigong ( senam pernafasan ), atau senam energi yang
lain seperti Pan Gu Shengong, maka akan terasa ada peningkatan energi yang
lebih besar saat berkonsentrasi dibandingkan saat melamun.
Di dalam Kayagatasati Sutta, paragraph 22, kitab Majhima Nikaya, Sang Buddha
bersabda : “ Barang siapa mempraktekkan perhatian penuh pada tubuhnya secara
sungguh sungguh dan berkesinambungan, maka ia sedang menempuh jalan menuju
pencerahan.”
Sewaktu melakukan meditasi jalan di
tahun 2002, baru beberapa menit melangkah, muncul pencerahan. Kebijaksanaan
transendental yang didapat bukan dari berpikir atau diberitahu. Saya tidak bisa
menjelaskan seperti apa. Lebih baik Anda praktekkan sendiri. Pengalaman tiap
orang berbeda. Saat meditasi jalan, jangan mencari cari pencerahan, karena
semakin dicari, semakin gak dapat. Pencerahan akan muncul sendiri jika
kondisinya sesuai.
Di bagian akhir bab Satipathana Sutta, Sang Buddha berkata
: “ Barang siapa yang mempraktekkan perhatian penuh secara serius. Total dalam
seluruh kegiatannya dan tanpa putus selama tujuh tahun, maka orang ini bisa
mencapai tingkat kesucian tertinggi. Atau tidak perlu selama tujuh tahun, ada yang
kurang dari itu. Dalam beberapa kasus bahkan ada yang cuma butuh waktu tujuh
hari saja.”
6. Mengendalikan dan Menjinakkan Indera ( Indriya Samvara Sila )
Orang yang matanya jelalatan ,
akan kehilangan wibawa dan dipandang rendah orang lain. Ada juga yang
berpendapat bahwa orang yang inderanya tidak terkendali, maka energi hidupnya
akan menurun. Mirip dengan melamun, buktikan saja.
Di
dalam Anguttara Nikaya IV 165, Sang Buddha berkata : “ Apakah yang
dimaksud dengan menjinakkan indera ? Ketika melihat suatu bentuk dengan mata,
atau mendengar suara dengan telinga, atau mencium bau dengan hidung, atau
merasa dengan lidah, atau menyentuh benda dengan kulit, atau memikirkan sesuatu
( ada enam indera ), seseorang hendaknya tidak melekati gambaran secara keseluruhan ataupun bagian
tertentunya. Karena jika ia membiarkan inderanya liar tidak terkendali, maka
nafsu atau kebencian akan muncul.”
(
Maksudnya begini, misalkan saya melihat
ada ceweq cantique, bodynya seksi. Saya menikmati melihat seluruh tubuhnya dari
ujung kaki sampai ujung kepala. Inilah yang disebut melekati gambaran secara
keseluruhan. Kalau saya tertarik melihat dadanya saja, maka itu disebut
melekati bagian tertentunya. Kebencian
akan muncul kalau objeknya jelek. Memangnya kenapa kalau muncul nafsu atau
kebencian ? )
“
Jika seseorang tidak segera menghilangkan nafsu atau kebencian, atau pemikiran
buruk yang terlanjur muncul, maka saat itu juga ia akan merasa tidak nyaman,
dan kelak setelah mati, ia akan masuk ke alam menderita ( sebagai akibat karmanya ).
Sebaliknya,
jika seseorang bisa segera menghilangkan nafsu atau kebencian, atau pemikiran
buruk yang sudah terlanjur muncul, maka saat itu juga ia akan merasa nyaman ( di pikiran ), dan kelak setelah mati, ia
akan masuk ke alam bahagia.” Dhatusamyutta. Samyutta Nikaya 12 (2).
Sekitar tahun 2012, selama dua atau tiga hari, saya
pernah merasakan pikiran yang bersih tanpa nafsu, kebencian dan kegelisahan.
Saya belum pernah mengalami hal itu sebelumnya. Rasanya nyaman dan bahagia.
Tidak terbayangkan. Setiap detik saya menikmati pikiran bersih itu.
Jadi
pikiran bersih memang benar benar membahagiakan. Karena pikiran kita sudah
terlalu lama kotor, makanya gak akan bisa membayangkan. Nah, pembersihan
pikiran diawali dengan mengendalikan dan menjinakkan indera.
7. Pikiran Yang Terisi Kasih Universal
“
Perbuatan baik apapun juga, pahalanya tidak ada yang dapat menyamai pikiran
yang terisi kasih universal. “
Metttabhavana
Sutta – Itivuttaka.
Menurut Kutadanta Sutta, paragraph 24, Digha Nikaya, persembahan materi
yang tertinggi pahalanya adalah membangun Vihara bagi Sangha ( menjadi milik seluruh Bhikku, bukan hanya
Bhikku tertentu saja).
Di zaman Sang Buddha setidaknya
ada dua orang yang membangun Vihara besar. Pertama namanya Anathapindika ( Pria
), kedua namanya Visakha ( Wanita ). Setelah mati, Anathapindika muncul di alam
Tusita ( surga tingkat IV, lihat Anathapindikovada
Sutta, Majjima Nikaya ). Sedangkan Visakha muncul di alam Nimanarati (
surga tingkat V, lihat Viharavimana,
Vimanavatthu).
Bukan cuma membangun Vihara,
mereka berdua juga memenuhi semua kebutuhan dasar para Bhikku, seperti makanan,
pakaian dan obat dalam jumlah yang luar biasa. Bahkan Anathapindika sempat
jatuh miskin karena terlalu banyak beramal.
Sekarang bandingkan dengan orang
ketiga yang bernama Dhananjani ( pria ). Dia orang biasa yang gak baik baik
amat. Tapi saat menjelang ajal dia mengisi pikirannya dengan kasih universal.
Tidak lama, paling satu sampai dua jam. Setelah itu dia meninggal dan muncul di
alam Brahma ( surga tingkat VII, lihat Dhananjani
Sutta, Majjhima Nikaya ). Alam Brahma jauh lebih tinggi dibandingkan alam
Dewa yg dihuni dua orang sebelumnya. Dimana kenikmatan, keindahan dan kesaktian
para Brahma jauh melebihi para Dewa biasa.
T A M A T
No comments:
Post a Comment