1.
Menghormati Triratna ( Buddha, Dhamma,
Sangha )
Sumber
: Candali vimana – Vimanavatthu
“
Waktu itu Sang Buddha sedang tinggal di suatu daerah yang bernama Rajagaha.
Saat menjelang fajar, Beliau melihat dengan mata batin, siapa yg bisa ditolong pada hari itu. ( Yaitu orang orang yang karma baiknya memungkinkan untuk bisa ditolong
langsung oleh Beliau ).
Kemudian tampaklah seorang nenek yg tinggal di
pemukiman kumuh. Ia akan meninggal dunia pada hari itu, dan ia memiliki karma
buruk yg akan membawanya masuk ke alam sengsara. Buddha melihat bahwa wanita
tua ini bisa ditolong.
Kemudian
Buddha beserta sejumlah besar Bhikku pergi memasuki kota Rajagaha untuk
mengumpulkan persembahan makanan. Pada saat bersamaan, nenek ini juga berjalan keluar dari
kota. Dia melihat Sang Buddha datang dari arah yg berlawanan. ( Sang Buddha ada di seberang jalan ).
Ketika sudah mencapai jarak terdekat, ia berhenti berjalan sambil termangu
menatap Buddha. Buddha
juga berhenti berjalan untuk menunggu reaksinya
Para
Bhikku yg lain jadi bingung, ‘ Ada apa ? ‘ pikir mereka. Kemudian Bhikku
Moggalana ( kesaktianNya nomer dua
setelah Buddha ), mencari tahu apa yg sedang terjadi. Beliau membaca
pikiran Sang Buddha, dan melihat kondisi kehidupan si nenek. Setelah itu Bhikku
Moggalana berkata : “ Candali ( nama
panggilan si nenek ), Beliau ini adalah Petapa Gotama yg terkenal itu ( maksudnya Buddha, saat itu memang Ia lah
yg paling populer di Rajagaha ). Beliau sengaja datang kesini karena ingin
menolongmu. Cintai dan hormatilah Beliau. Ayo cepat ! Kamu sebentar lagi akan
meninggal !!”
Setelah
mendengar perkataan Bhikku Moggalana, Candali langsung memperoleh keyakinan penuh pada Sang Buddha ( maksudnya ia sangat percaya, bahwa Buddha
memang Orang Suci ). Ia lalu memberi
hormat dengan bersujud. Pikirannya terkonsentrasi karena suka pada
Buddha, kemudian ia bangkit berdiri dengan kepala menunduk.
Buddha
berkata : “ Perbuatan ini sudah cukup untuk membuat ia masuk surga.”. Lalu
Beliau melanjutkan perjalanan. Setelah rombongan Buddha pergi, Candali
diseruduk sapi dan tewas di tempat kejadian. Ia muncul kembali secara spontan
di alam Tavatimsa ( Surga tingkat 2 ).
Disana ia memiliki pengiring sebanyak 100.000 (seratus ribu) bidadari.
Di
hari yg sama, dewi Candali datang dari surga ke bumi untuk menghadap Bhikku
Moggalana. Ia datang dengan membawa serta kompleks istananya. (rumah para dewa bersifat mobile, artinya
bisa bergerak sesuai keinginan pemiliknya). Setelah sampai, dewi Candali
memberi hormat pada B. Moggalana, dan berkata : “ Petapa Agung, saya adalah
dewi, datang untuk memberi hormat pada Anda.”.
B. Moggalana menjawab : “ Wah,
tubuh anda memancarkan sinar terang berwarna keemasan, dengan diiringi
serombongan besar bidadari. Anda dewi apa ? “
( Tanpa perlu bertanya pun, B.
Moggalana pasti sudah tahu identitas si dewi, tapi enggak seru kan ? )
Dewi : “ Saya adalah Candali,
Bhante. ( Yang Mulia
Guru, sebutan bagi Buddha dan para Bhikku ). Karena
diminta oleh Mu, saya lalu menghormati Petapa Gotama. Setelah itu saya
meninggal, dan saya muncul di suatu istana yang indah dalam segala hal, di
Nandana. ( Nandana adalah nama suatu tempat di alam
Tavatimsa. Merupakan kawasan ‘elite’ disana. Taman hiburan para dewa. Masuk
surga bisa lewat pintu gerbang, biasanya dijemput oleh dewa lain pada saat
sekarat, lalu diantar terbang sampai ke tujuan. Atau langsung muncul di tengah
surga, bagaikan bangun tidur.)
Dengan dilayani oleh (sekitar) seratus ribu bidadari, diantara mereka semua,
sayalah yg paling cantik, paling sakti, dan usianya paling panjang ( makanya jadi pemimpin ).
Sesudah menceritakan apa yg
dilakukannya, dewi Candali kembali memberi hormat ( berpamitan ), lalu lenyap
seketika.
B. Moggalana memberitahukan hal
ini kepada Sang Buddha, kemudian Buddha menjadikan kisah Candali sebagai topic
untuk berkhotbah.
Sumber
: Candali vimana – Vimanavatthu
Mengormati
Dhamma
maksudnya mempraktekkan Dhamma atau kebajikan.
2.
Meyakini Triratna ( Buddha, Dhamma, Sangha )
Pada kasus Candali, sebelum memberi
hormat, ia terlebih dahulu merasa yakin pada kesucian Buddha, yang saat itu
sedang berada di dekatnya.
Meyakini
Buddha,
maksudnya meyakini bahwasanya Siddharta Gautama memang sungguh pernah ada.
Beliau adalah Orang Suci tingkat tertinggi, dengan kesaktian dan kebijaksanaan
yang tidak tertandingi oleh Dewa dan Manusia manapun juga.
Meyakini
Dhamma,
maksudnya meyakini bahwasanya Dhamma adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan
duniawi, surgawi, dan kesucian. Dhamma adalah jalan untuk terbebas total dari segala
bentuk penderitaan.
Meyakini
Sangha,
maksudnya meyakini bahwasanya (pernah) ada sejumlah Bhikku yang telah mencapai
kesucian. Mereka ini adalah komunitas yang tertinggi derajatnya di alam
semesta.
Di kitab Pabhassara vimana, Vimanavattu, ada dewa yg berkata bahwa orang yg
memiliki keyakinan pada Triratna, jika masuk surga, maka orang ini akan jadi
dewa dengan kesaktian, usia / masa hidup, dan pengaruh yg lebih besar
dibandingkan dg para dewa lain pada umumnya, yg tidak meyakini Triratna sewaktu
mereka jadi manusia.
3.
Ikut senang atas perbuatan baik yg dilakukan oleh orang lain.
Sumber
: Viharavimana, Vimanavattu.
Suatu ketika, Bhikku Anuruddha ( Kemampuan mata batinnya nomer dua setelah
Buddha ) mengunjungi alam Tavatimsa ( Surga
tingkat 2, banyak orang baik masuk ke alam ini ). Beliau melihat ada satu
dewi yg sangat menonjol, paling cantik di dalam kelompoknya. Lalu Beliau
bertanya kepadanya : “ Perbuatan apakah yg Anda lakukan sewaktu di alam manusia
sehingga bisa muncul disini ? “
Dewi itu menjawab : “ Sewaktu
tinggal di Savatthi ( nama tempat ),
teman saya membangun Vihara yg sangat besar. Setelah selesai dibangun, saya
ikut senang atas perbuatan baik yg telah dilakukan teman saya itu. Karena
pikiran baik itu, setelah meninggal saya muncul di sini. Tinggal di istana yg
luar biasa besar dan indah.”
4.
Ikut senang atas keberhasilan yg telah dicapai oleh orang lain.
Sumber
: Kanthakavimana, Vimanavatthu.
Ringkasan cerita :
Bhikku Moggalana berkunjung ke
salah satu surga, lalu Beliau bertemu dengan pemimpin suatu kelompok dewa, dan
berbincang dengannya. Dewa itu bercerita, di kehidupan sebelumnya ia adalah
kuda yg ditunggangi oleh Pangeran Siddharta saat meninggalkan istana. Namanya
Kanthaka. Setelah Pangeran mencukur rambut dan mengenakan jubah petapa, Beliau
pun melanjutkan perjalanan sendirian.
Ia (
Kanthaka) merasa sangat sedih berpisah dengan Majikannya. Sampai jatuh sakit
dan akhirnya mati. Kemudian ia muncul sebagai dewa. ( Sebagai akibat karma karena mencintai Sang Calon Buddha ) Saat
itu Siddharta masih bertapa di alam manusia. Setelah Beliau menjadi Buddha,
berita ini menyebar dengan sangat cepat sampai ke seluruh lapisan alam Dewa.
Begitu ia mendengar mantan Bossnya berhasil mencapai Pencerahan Agung tertinggi,
ia merasa sangat senang.
Begini
katanya : “ Karena merasa
sangat bersuka cita atas keberhasilan Petapa Siddharta Gautama menjadi Buddha,
maka pikiran baik ini akan menyebabkan saya mencapai tingkat kesucian pula. “
Usai
berbincang dengan Bhikku Moggalana, Kanthaka turun ke alam manusia guna
menghadap Sang Buddha dan mendengarkan khotbahNya. Setelah khotbah selesai,
Kanthaka mencapai tingkat kesucian pertama.
No comments:
Post a Comment